(bagian 5) 12 PEMIMPIN DALAM KONTROVERSI: MENYOAL KEYAKINAN WAHABI TENTANG 12 PEMIMPIN YANG ADA DALAM HADITS-HADITS SAUDARA AHLU SUNNAH
LANJUTAN
Al-Ustadz Alvaeni El-Mahbub (semoga Allah memanjangkan usianya dan memanjangkan akalnya) mempermasalahkan hadits yang saya bawa yaitu hadits yang berbunyi:
"Dari Abdul Malik bin 'Umair, dari Jabir bin Samrah yang ber-kata, 'Saya pernah bersama ayah saya berada di sisi Rasulullah saw, dan ketika itu Rasulullah saw bersabda, 'Sepeninggalku akan ada dua belas orang khalifah.' Kemudian Rasulullah saw menyamarkan suaranya. Lalu saya bertanya kepada ayah saya, 'Perkataan apa yang disamarkan olehnya?' Ayah saya menjawab, 'Rasulullah saw berkata, 'Semua berasal dari Bani Hasyim."
Kemudian beliau melanjutkan dalam posting yang lain sebagai berikut:
#: nubuwah nabi mana yang anda maksud..?? nubuwah hadist yang anda anggap masyhur lalu ternyata anda lumpuh tidak bisa membuktikan kemasyhuran hadist tersebut..?? apa anda tahu apa itu definisi dari hadist masyhur ?? jika anda seorang yang ilmiyah dan menjunjung tinggi akan kebenaran maka anda tak akan asal cuap dengan bertendensi kepada alama link yang juga asal cuap. tidak mampu mempertahankan apa yang di nyatakan.
silahkan buktikan !!! di mana bukti sudara terhadap hadist palsu tersebut adalah hadist mashur..??
saya tunggu bukti saudara !!
biar saya mempreteli kepalsuan dna kedustaan yang anda bangun !!
silahkan buktikan !!! di mana bukti sudara terhadap hadist palsu tersebut adalah hadist mashur..??
saya tunggu bukti saudara !!
biar saya mempreteli kepalsuan dna kedustaan yang anda bangun !!
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dengan segenap kerendahan hati saya akan mencoba untuk menjawab kegelisahan anda. Saya akan bahas satu persatu (posting yang satu dulu kemudian posting yang kedua). Semoga anda diberikan kesabaran dan kelapangan dada untuk membaca tulisan saya.
POSTING YANG PERTAMA:
1. Untuk rujukan kitab dari hadits itu Al-Ustadz bisa mencari sendiri karena akses terhadap kitab mungkin Al-Ustadz lebih cepat dan lebih mudah daripada akses saya terhadapnya. Jadi, anda carilah sendiri. Anda ini ustadz, sedangkan saya hanya seorang awam. Kitab saya tak banyak; kitab anda saya yakin berlimpah. Sangatlah mudah bagi anda untuk mencari rujukannya. Yang jelas hadits itu juga pernah saya dengar dulu sekali ketika saya masih tergabung dalam masyarakat Nahdhatul Ulama (bukan sebagai ulama, melainkan sebagai anak kecil berumur 10 tahun yang mendapatkan pengajian dari ustadz saya yang NU). Beberapakali saya mendapati hadits itu di kalangan Ahlu Sunnah, malah saya belum pernah dengar dari ustadz saya yang Syi’ah (mungkin beliau tidak perlu lagi meriwayatkan hadits semacam itu mengingat murid-muridnya sudah mentaati yang 12 dan tidak perlu diberikan dogma lagi untuk patuh dan taat pada 12 Imam)
2. Keshahihan sebuah hadits itu sangatlah subyektif. Anda pasti tahu karena anda seorang ustadz. Kalau tidak tahu malah saya meragukan ke-ustadzan anda. Sudah mafhum adanya kalau sebuah hadits itu disebut shahih oleh satu golongan dan disebut dhaif. Itu sudah wajar dan sangat dimaklum karena setiap golongan akan memakai hadits yang kira-kira tidak bertentangan dengan kelompoknya atau golongannya. Buktinya santri anda—As-Sakran—pernah menyebut hadits-hadits yang saya bawakan itu sebagai sampah dan ia menghapus posting-posting saya yang memuat hadits itu sampai ia sadar bahwa tak mungkin ia menutupi hadits-hadits nabi tersebut karena hadits-hadits tersebut sangat masyhur atau terkenal. (ini juga sekaligus menyinggung posting anda yang kedua)
3. Jadi saya maklum dan mafhum adanya kalau anda menolak hadits yang merugikan anda karena anda memiliki kepentingan untuk melindungi keyakinan anda (betapapun rapuh keyakinan itu). Itu sudah wajar dan seringkali dilakukan oleh seorang lawan diskusi apabila terdesak oleh sebuah hujah atau dalil berupa hadits. Cukup anda sebutkan: “ITU DHAIF, ITU MAUDHU, ITU TIDAK ADA” dan lain sebagainya. Santri anda sudah melembagakan tradisi ini dengan cara yang kasar yaitu dengan menyebut “ITU SAMPAH” (sambil menghapus posting saya!)
POSTING YANG KEDUA
Saya yakin sekali bahwa anda belum (berani) membaca ulasan saya tentang surat Al-Baqarah ayat 124 sebagai nubuwwah atau “kabar langit” tentang kedatangan Imam dari jalur keturunan Nabi Ibrahim. Itu sudah dijanjikan oleh Allah.
Anda tahu tetapi anda tidak punya keberanian untuk mengakui bahwa anda tahu.
Gabungkanlah ayat itu dengan hadits-hadits tentang 12 Imam.
Tambahkanlah hadits yang barusan saya ulas untuk memperjelas gambaran yang saya buat.
Hiasi ia dengan kutipan dari Injil (karena para Imam itu bukan hanya untuk kaum Muslimin melainkan untuk seluruh umat termasuk umat Nasrani. Dan saya menambahkan itu untuk memperkuat hujjah bagi mereka kaum Nasrani yang mungkin menyimak tulisan saya ini karena saya berkawan dan berhubungan secara intensif juga dengan pemeluk agama lain yang mungkin membaca apa yang saya tuliskan).
MAKA HASILNYA MENGAGUMKAN. LUKISAN INDAH MENGGAMBARKAN 12 IMAM YANG AKAN MENJADI PENUNJUK JALAN BAGI SETIAP ORANG BERIMAN BAIK DARI ISLAM MAUPUN YANG SELAINNYA.
MEREKA PEMIMPIN YANG DIJANJIKAN. MEREKA BERASAL DARI JALUR KETURUNAN IBRAHIM (lihat al-Baqarah: 124); MEREKA JUGA MELEWATI JALUR KETURUNAN ISMAIL (lihat Genesis/kitab Kejadian 17: 20, Injil versi Derby); MEREKA AKHIRNYA MELEWATI JALUR KETURUNAN BANI HASYIM SAMPAI PADA RASULULLAH (DITAMBAH SEPUPUNYA, Ali bin Abi Thalib) DAN KETURUNANNYA YANG TERJAGA DARI DOSA.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada pemaksaan kehendak dari saya; tidak ada pemaksaan pendapat dari saya; karena kebenaran itu bukan untuk dipaksakan.
لا إكراه في الدين قد تبين الرشد من الغي فمن يكفر بالطاغوت ويؤمن بالله فقد استمسك بالعروة الوثقى لا انفصام لها والله سميع عليم
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 256)
Semoga anda (al-Ustadz Alvaeni El-Mahbub) bertambah ilmu lewat diskusi ini. Amin.
Comments