(bagian dua) BAGAIMANA ALI BISA MENJADI KHALIFAH serta RANGKUMAN SEKITAR PERMASALAHAN KHILAFAH (hal-hal aneh dalam pengangkatan khalifah)


AKIBAT BURUK DARI SISTEM KHILAFAH YANG AMBURADUL

Marilah kita kesampingkan dulu pembahasan akademis dari metoda pemilihan khalifah ini yang memang susah sekali untuk dicarikan dalil dan hujah untuk membenarkan sistem-sistem yang dipakai oleh para elit politik Madinah waktu itu untuk mengejar dan meraih jabatan khalifah. Marilah kita bahas dampak buruk yang timbul karena sistem khilafah yang amburadul itu. Kita akan bicarakan dampaknya terhadap mental kaum Muslimin dan terhadap kepemimpinan.

Dalam kurun waktu tiga puluh tahun setelah Rasulullah wafat, setiap elit politik di kota Madinah menggunakan berbagai macam cara untuk merealisasikan ambisinya menduduki dan mengangkangi kursi khilafah. Berbagai macam cara mereka lakukan seperti sistem pemilihan (walaupun yang memilih cuma beberapa gelintir itupun memakai cara ancaman dan kekerasan); syura (memilih lewat dewan pemilih yang sekaligus calon yang bakal dipilih); atau pengangkatan langsung lewat surat penunjukkan; dan lewat kekuatan militer yang mengutamakan kemenangan dalam medan peperangan atau stratedi peperangan. Akibatnya yang langsung terasa ialah setiap orang berbondong-bondong terinspirasi untuk mendapatkan kursi khilafah yang sekaligus “pemimpin agama” di dunia Muslim. Dengan ini umat disibukkan untuk berpikir keras mendapatkan kursi khilafah itu baik dengan mencalonkan diri (dengan malu-malu) atau dengan mendukung calon yang mereka anggap layak untuk jabatan itu. Ini menimbulkan ketidak stabilan politis di dunia Muslim dari dulu hingga sekarang. Setiap pemimpin Muslim, sebagai seorang Muslim, yang telah dididik bahwa “kekuatan militer” itu adalah cara yang konstitusional untuk mendapatkan khilafah (seperti Mu’awiyyah) akan mencoba untuk melemahkan kekuatan para pemimpin atau tokoh agama sesama Muslim lainnya agar hanya dialah yang tersisa yang masih memiliki kekuatan militer yang tangguh agar nantinya dengan gampang ia akan menjadi kekuatan satu-satunya yang menonjol di wilayah itu (di dunia moderen anda bisa mengambil contoh Saddam Husein sebagai contoh yang paling shahih—red). Dengan perlombaan pengarus kekuatan militer ini, kaum Muslimin akan menjadi lemah karena tidak bersatu di bawah satu bendera. Mereka terkotak-kotak dan masing-masing kelompok memusuhi kelompok lainnya yang memiliki pemimpin yang berbeda dengan mereka.
Sebelum melangkah terlalu jauh, mari kita melihat lagi pada jaman sahabat ketika keempat sistem (sebetulnya lima karena ada sistem yang lain yaitu sistem pemilihan langsung oleh umat seperti yang terjadi pada diri Imam Ali yang ditunjuk oleh umat secara suka rela tanpa paksaan dan tanpa intrik politik—red) dan dampak langsungnya tepat ketika sistem itu ditemukan oleh para penemunya. Keempat sistem yang bid’ah itu mendorong orang untuk memilih siapa saja tanpa melihat kualitas dan karakter dari orang yang akan dipilihnya itu. Orang yang memiliki kualitas sangat buruk bisa saja melenggang menjadi khalifah asalkan ia bisa terpilih paling tidak dengan salah satu sistem yang ditemukan oleh para elit politik Madinah itu.

Mu’awiyyah bin Abu Sofyan telah mengangkat anaknya yaitu Yazid bin Mu’awiyyah (mengkopi cara Abu Bakar ketika menunjuk Umar secara langsung oleh dirinya sendiri—red). Mu’awiyyah menggunakan juga kekuatan militernya yang tak tertandingi pada waktu itu untuk menakut-nakuti dan mengancam orang agar orang itu berbai’at kepada Yazid, anaknya. Karena “pengangkatan” Mu’awiyyah itu dianggap konstitusional oleh para elit politik dan sebagian umat Islam, maka khalifah Mu’awiyyah juga boleh memilih calon penggantinya karena dulu Abu Bakar juga memilih calon penggantinya yaitu Umar bin Khattab.

Sekarang kita lihat siapakah Yazid bin Mu’awiyyah yang menjadi khalifah selanjutnya. Apakah ia memiliki karakter dan sifat yang baik untuk dijadikan khalifah? (Ahlu Sunnah berpendapat bahwa khalifah atau pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang baik seperti Amanah, Fathonah, ‘Adalah, dan lain sebagainya—red) Kita ternyata dihadapkan kepada kenyataan yang pahit. Yazid bin Mu’awiyyah adalah orang yang sama sekali menolak kenabian dari Rasulullah al-Mustafa. Dia menyatakan keyakinannya dalam sebuah puisi sebagai berikut:

“Bani Hasyim telah bermain peran
Untuk mendapatkan kursi kerajaan
Sebenarnya tak pernah ada yang namanya utusan Tuhan
Yang mendapatkan wahyu bimbingan untuk disampaikan”

(LIHAT: Sibt ibn Al-Jawzi: Tadzkirah, edisi S.M.S Bahru ‘l ‘Ulum, halaman 261. [lihat juga: Tabari: at-Tarikh, volume 13, halaman 2174])


Yazid juga tidak pernah percaya dengan HARI PENGHISABAN. Ia seringkali berkata:

“Wahai cintaku! Janganlah percaya bahwa engkau akan bertemu denganku setelah kematian, karena apa yang telah mereka katakan kepadamu tentang hari kebangkitan setelah mati untuk menghadapi hari penghisaban itu hanyalah cerita bohong belaka yang akan membuat hatimu lupa akan kesenangan dunia yang lebih nyata.”
(LIHAT: Sibt ibn al-Jawzi: Tadzkirah, halaman 291)

Setelah mendapatkan kekhalifahan (khilafah), Yazid secara terbuka mempermainkan shalat. Ia juga menghina lambang-lambang keagamaan seperti misalnya memakaikan jubah yang biasanya dipakai oleh para ulama atau kaum agamawan pada waktu itu kepada binatang peliharaannya yaitu anjing dan kera. Berjudi dan bercanda dengan beruang adalah salah satu kegemarannya di waktu senggang. Yazid menghabiskan waktunya dengan minum minuman keras tanpa peduli tempat dan waktu. Ia tidak ragu-ragu untuk menengak minuman kerasnya itu. Yazid tidak pernah menghargai kaum wanita; bahkan kaum wanita yang secara hubungan keluarga masih dekat atau sangat dekat dengannya seperti ibu tirinya, adiknya, bibinya, dan puteri kandungnya sendiri. Menurut Yazid mereka semua sama dan dapat diperlakukan sama.

Yazid pernah mengirimkan tentaranya ke kota Madinah. Kota suci Nabi itu dijarah habis. Tiga ratus perempuan yang masih gadis dan juga kaum wanita lainnya diperkosa oleh bala tentaranya. Tiga ratus qurra (pembaca) Qur’an dan tujuh ratus sahabat Nabi tercatat oleh sejarah dibunuh secara kejam oleh bala tentaranya.

Mesjid suci Nabawwi ditutup selama beberapa hari; tentara Yazid menggunakan tempat itu sebagai kandang kuda. Anjing-anjing juga dimasukkan kesana dan mimbar nabi dikotori dengan kotoran hewan.

Akhirnya, komandan pasukan Yazid memerintahkan masyarakat kota Madinah untuk berbai’at kepada Yazid dengan kalimat bai’at seperti ini:

“Kami ini para budak dari Yazid; terserah dirinya apakah kami akan dibebaskan atau dijual di pasar budak.”

Diantara mereka yang berbai’at ada yang mau memberikan bai’atnya kepada Yazid asalkan Yazid bersedia mengikuti hukum yang dinyatakan dalam Al-Qur’an dan mengikuti Sunnah Nabi. 

Mereka yang memberikan syarat itu akhirnya dihukum mati oleh Yazid.

Pada suatu waktu Rasulullah pernah bersabda, “Semoga Allah mengutuk dia yang menakut-nakuti penduduk kota Madinah!”
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
LIHATLAH RUJUKAN BERIKUT INI:

1. as-Suyuti: Tarikhu ‘l-khulafa, halaman 209, [lihat juga  terjemahan bahasa Inggris Major H.S. Jarret, halaman 213])

2. Abu ‘l-Fida: at-Tarikh, volume 1, halaman 192

3. Sibt ibn al-Jawzi: Tadzkirah, halaman 288

4. Mir Khwand: Rawdatu ‘s-Safa, volume 3, halaman 66

5. Ibn Hajar al-Haytami: as-Sawa’iqu ‘l-muhriqah, halaman 79
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kemudian pasukan Yazid itu (dibawah perintah Yazid) berangkat menuju kota Mekah. Kota tersuci, rumah Allah yang paling keramat dikepung oleh tentara Yazid. Tapi tentara Yazid tidak bisa memasuki kota itu. Akhirnya mereka menggunakan manjaniq (ketapel besar yang bisa melontarkan batu yang besar yang dulu digunakan oleh angkatan bersenjata jaman dulu). Dengan ketapel manjaniq ini, pasukan Yazid melontarkan batu-batu besar dan obor-obor besar yang sudah dinyalakan ke arah Ka’bah. Kiswah (kain penutup Ka’bah) terbakar hebat dan sebagian dari bangunan Ka’bah hancur berantakan…………………..

taken and translated from IMAMATE a scientific work of The Late Sayyid Saeed Akhtar Rizvi (May His Holy Soul Rest in Peace)

Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta