PUTERI NABI ITU DIMAKAMKAN SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI

Quiet Funeral of Fatima Zahra (sa), the daughter of Messenger of Allah (saw)
dot

laanallah
Sebuah rombongan kecil yang terdiri dari orang-orang yang setia dan patuh pada Rasulullah tampak berjalan gontai. Segukan tangis lirih dan terasa mengiris-iris hati yang pilu terdengar dari mereka. Wajah-wajah mereka lusuh tertunduk tersembunyi dalam tutup-tutup kepala yang jatuh menaungi kepala-kepala mereka. Rombongan itu berjalan tanpa mengeluarkan bunyi berarti ke sebuah tempat sunyi yang khusus untuk menguburkan salah seorang manusia suci yang mereka cintai. Mereka berjalan dalam kegelapan malam pada bulan Jumadil Tsani, hari ketiga di tahun sebelas Hijriah. Rombongan itu menyusuri jalan-jalan kota Madinah. Terasa segar dalam ingatan baru beberapa lama lewat mereka melakukan hal yang sama untuk manusia suci lainnya, Muhammad Al-Mustafa. Sekarang giliran puterinya yang tercinta…………Fathimah Az-Zahra (as).

Dalam rombongan itu ada anak-anak dengan ayah mereka beserta teman-teman dekat dari sang ayah; mereka semua berjalan dalam kebisuan dan kesabaran. Pada wajah-wajah mereka tampak kepasrahan dan keridhoan akan apa yang telah menimpa mereka selama beberapa hari ini. Akan tetapi meskipun begitu sesekali masih terdengar tangis yang tertahan di tenggorokan; air mata mengucur deras dengan tangisan yang lirih sekali hampir tak terdengar seakan ingin menyembunyikan kepedihan yang telah menimpa mereka agar tidak ada orang yang mendengar mereka di kegelapan malam karena memang mereka tidak ingin seorangpun tahu di kota Madinah itu bahwa mereka sedang melakukan sebuah perbuatan yang akan direkam baik oleh sejarah.

Seorang ayah yang tadi disebutkan di atas ialah Imam Ali (as); sementara anak-anak yang turut bersamanya ialah putera-puterinya. Ada Imam Hasan (as) di sana; ada Imam Husein (as), ada Zainab, dan ada Umm Kultsum yang berjalan gontai dalam kebisuan di belakang ayahnya. Bersama mereka ada para sahabat pilihan yang sangat setia kepada Nabi baik ketika Nabi masih hidup atau ketika sudah wafat. Mereka adalah Abu Dzar, Ammar bin Yasir, Miqdad al-Aswad, dan Salman Al-Farisi.

Ketika setiap mata dari penduduk Madinah tertutup; ketika tak ada suara sedikitpun dari mereka, rombongan surga itu meninggalkan rumah Imam Ali membawa usungan tandu berisi jenazah suci dari puteri sang Nabi, Fathimah az-Zahra. Anak-anaknya sekarang mengantar jenazah ibunya itu ke sebuah pemakaman yang sunyi yang sudah ditentukan.
Akan tetapi dimanakah ribuan penduduk kota Madinah yang seharusnya ada di tempat?
          Ketika iringan pengantar jenazah puteri Nabi itu lewat?  
Mengapa tak seorangpun dari mereka datang melawat?
Mengapa pemakamannya dilangsungkan pada saat dianggap sangat tidak tepat?
          Mengapa harus dilangsungkan di kegelapan malam yang pekat?


Fathimah memang merencanakan itu semua sebelumnya. Fathimah telah memberikan wasiat kepada Imam Ali agar para penduduk kota Madinah itu tidak datang ke pemakamannya. Ia ingin dikuburkan pada malam hari dan ingin agar kuburannya disembunyikan dari pengetahuan penduduk kota Madinah.

Ada kesunyian yang mencekam di sana. Tiba-tiba terdengar tangisan agak keras dan parau memecah kesunyian yang tadi. Tangisan itu datang dari pahlawan padang pasir yang musuh manapun pasti akan ngeri dan menyingkir. Tangisan itu sekarang terdengar lebih keras seakan menghabiskan rasa kepenasaran karena sedari tadi tangisan itu ia tahan. Ia berkata dalam tangisannya:

“Ya, Rasulullah! Salam bagimu, wahai kekasihku. Salam dariku dan dari puterimu yang sekarang ini akan datang kepadamu dan ia sangat bergegas meninggalkanku untuk sampai kepadamu. Ya, Rasulullah, rasa luluh lantak terasa pada diriku dan rasa lemah tak berdaya telah menggerogoti diriku. Itu tak lain karena engkau dan puterimu telah meninggalkanku. Tapi aku sadar semua ini milik Allah dan kepadaNyalah segala sesuatu itu kembali (QS. 2: 156)

shaheed
Semua yang telah dititipkan itu akan diambil kembali; semua yang pernah kita miliki itu akan diambil lagi oleh pemiliknya yang sejati. Sementara itu kepedihan dan kesedihan Ali, tetap bermasayam dalam dirinya baik siang maupun malam hari. Tak ada batasan jelas untuk Ali kapan ia bersedih dan kapan ia terbebas dari kesedihannya itu. Kepergian dua orang yang dicintainya sangat mengguncang dirinya. Perasaan itu akan tetap pada dirinya hingga dirinya nanti bertemu lagi dengan yang dicintainya……yaitu pada hari dimana ia dipanggil oleh Allah untuk menghadapNya. Imam Ali kembali mengadu kepada Rasulullah dalam rintihan yang lirih……”Ya, Rasulullah, puterimu pastilah akan mengadukan kejadian yang sedang menimpa umat ini. Puterimu ingin umat ini bersatu kembali. Puterimu ingin agar engkau datang kembali agar bisa mempersatukan umat yang sudah bercerai berai ini. Dan engkau nanti akan bertanya padanya secara rinci. Engkau akan bertanya mengapa umat ini menentang keluarga nabi. Mengapa mereka mengkhianati apa-apa yang telah ditentukan oleh Nabi. Dan mengapa mereka melakukan hal ini padahal kematianmu itu baru saja terjadi dan umat masih merasakan kejadian ini!”

“Salam untuk kalian berdua! Salam perpisahan dariku yang sedang berduka bukan dariku yang telah tak suka kepada kalian berdua. Kalau aku pergi dari pusara kalian, itu bukan karena aku merasa bosan kepada kalian. Dan kalau aku berlama-lama di pusara kalian, itu bukan karena aku tak lagi percaya dengan kuasa Tuhan dan apa yang telah Tuhan janjikan kepada orang-orang yang tengah ditimpa kepedihan.”

Setelah menguburkan Fathimah az-Zahra (as), rombongan berisi keluaga dekat Nabi dan para sahabat pilihannya segera bergegas kembali ke rumahnya masing- masing sehingga tidak ada satu orangpun di kota Madinah yang tahu dimana Fathimah dikuburkan.

Sesampainya mereka di rumah, anak-anak dengan segera sadar bahwa mereka telah ditinggalkan oleh ibunya. Mereka merasakan kesepian yang mencekik. Imam Ali segera menghibur mereka supaya kesedihan tak terlalu larut membawa pikiran mereka. Akan tetapi itu tidak mudah dilakukan. Imam Ali mencoba menenangkan diri mereka dan kemudian ia sendiri masuk ke dalam kamar dan kemudian larut dalam tangisan yang sendu. Pahlawan Badar, Uhud, Khaybar, Khandaq dan beberapa perang lainnya itu merasakan kelelahan yang luar biasa dalam menahan kepedihan dan akhirnya ia lampiaskan dalam tangisan. Tangisan karena rasa cinta dan kehilangan; bukan tangisan manja dan penuh keputus-asaan.

Mereka semua telah melalui serangkaian kejadian yang menyesakkan sepeninggal Rasulullah. Pengangkatan Imam Ali di Ghadir Khum telah dilupakan secara sengaja oleh banyak orang; tanah Fadak sudah dirampas; rumah mereka telah diserang oleh para utusan khalifah pertama; pintu rumah keluarga Nabi yang dibakar menimpa Bunda Fathimah az-Zahra—pintu itu mematahkan beberapa tulang iganya dan menggugurkan kandungannya. Isteri sang Imam harus terbaring sakit di ranjangnya selama beberapa hari setelah itu; terbaring sendirian dan terisolasi dari dunia luar dan kemudian meninggal dalam kepedihan yang menyesakkan!


Salah satu sudut pandang tempat bernama Ghadir Khum

Malam hari itu setiap anak terpaksa saling menghibur untuk meredakan kesedihan mereka. Mereka berkumpul dalam satu kamar dan tidur kelelahan……………hari-hari yang berat akan masih menyambangi mereka satu demi satu. Sementara itu Bunda Fathimah menyaksikan mereka dengan wajah sendu.
 

MENGAPA KUBURANNYA DIRAHASIAKAN?

Hingga detik ini tidak ada seorangpun yang tahu persis dimanakah kuburan dari sayyidah Fathimah (as) yang kepadanya Rasulullah selalu memberikan pernghormatan yang penuh takzim. Rasulullah selalu senantiasa berdiri menyambut apabila Fathimah datang menjenguk. Rasulullah seringkali didengar orang berkata: “Fathimah itu adalah bagian dari diriku. Siapapun yang menyakiti diri Fathimah akan berarti menyakiti diriku.” Rasulullah juga seringkali berkata: “Barangsiapa yang menyakiti Fathimah, ia berarti menyakitiku; barangsiapa yang menyakitiku, berarti ia telah menyakiti Allah!”. Rasulullah juga seringkali berkata: “Allah menjadi sangat marah karena kemarahan Fathimah; dan merasa senang dengan rasa senang Fathimah.” Sejarah telah mencatat bahwa Fathimah dikuburkan di sekitar Jannat al-Baqi di Madinah akan tetapi tidak ada seorangpun yang tahu tempat persisnya; tak ada seorangpun yang bisa menunjukkan dengan pasti di mana makam dari puteri Nabi yang suci itu.

USAHA-USAHA UNTUK MENCARI DAN  MEMBUKA KUBURAN FATHIMAH (as) DI JANNAT AL-BAQI SENANTIASA MENGALAMI KEGAGALAN


dot[1]
fatima.zahraKetika matahari terbit di keesokan harinya, orang-orang di kota Madinah berduyun-duyun menuju rumah Ali (as). Mereka ingin ikut serta dalam upacara penguburan dari puteri kandung Rasulullah itu. Akan tetapi mereka terpaksa gigit jari karena upacara penguburan telah lama selesai. Penguburan sayyidah Fathimah dilakukan secara sembunyi-sembunyi di malam hari dan tanpa kehadiran penduduk kota Madinah.

Pada saat yang bersamaan Imam Ali sedang membuat empat buah kuburan baru di Jannat al-Baqi untuk mengelabui para penduduk kota Madinah supaya orang-orang tidak tahu dimana letak kuburan Fathimah yang sebenarnya. Ketika para penduduk kota Madinah memasuki kompleks pemakaman, mereka kebingungan karena ada empat buah kubur yang baru dan mereka tidak tahu yang mana yang kuburan Fathimah (as) yang asli. Mereka saling pandang satu sama lainnya dan segera saja perasaan bersalah menyelimuti mereka. Mereka berkata: “Nabi kita tidak meninggalkan satupun anak kecuali Fathimah (as). Dan sekarang puteri Rasulullah telah meninggal dan kita sama sekali tidak ikut serta dalam upacara penguburannya. Kita bahwak tidak sadar dan tidak tahu persis dimana letak makamnya”


Kompleks pemakaman Jannatul Baqi sebelum dihancurkan rezim Saudi pada tahun 1925

Pemerintah yang berkuasa sadar sekali akan bahaya yang mengancam dari peristiwa ini. Kematian puteri tercinta Nabi setelah kejadian penyerbuan ke rumahnya oleh pemerintah yang berkuasa, serta upacara penguburan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi akan mengharu biru perasaan emosi dari para penduduk kota Madinah. Oleh karena itu, pemerintah membuat pengumuman yang mengejutkan: “Buatlah kelompok berisi wanita Muslimah dan suruh mereka untuk menggali makam-makam ini agar kita bisa menemukan mayat Fathimah dan kita bisa menshalatkan dia dan menguburkannya lagi”


Kompleks pemakaman Jannatul Baqi setelah penghancuran yang diperintahkan oleh rezim Saudi. Rupanya rezim Saudi menindaklanjuti rencana rezim Abu Bakar yang tertunda belasan abad sebelumnya.

Kemudian mereka tanpa basa-basi lagi dan tanpa mengenal rasa malu dan khawatir sedikitpun mulai melaksanakan rencana mereka. Mereka melanggar wasiat yang telah diberikan oleh Fathimah! Mereka juga melanggar hak-hak privasi seseorang. Imam Ali telah berusaha untuk menyembunyikan makam Fathimah akan tetapi mereka berusaha untuk membongkarnya.

Apakah mereka telah lupa betapa tajamnya pedang Imam Ali, Zulfiqar? Apakah mereka telah lupa betapa beraninya Imam Ali? Apakah mereka akan mengira bahwa Imam Ali akan tetap diam melihat perbuatan tercela mereka? Apakah mereka mengira Imam Ali akan diam tak bertindak melihat mereka membogkar kuburan Fathimah?


Kompleks pemakaman Jannatul Baqi sekarang..........rata dengan tanah. Tidak menyisakan keindahan melainkan sebuah gurun gersang. Kalau saja orang tidak pernah mengingatnya sebagai kompleks pemakaman para sahabat dan isteri-isterin Nabi dan Ahlul Bayt Nabi, mungkin orang sama sekali tidak bisa mengetahui nilai sejarahnya. Rezim Saudi ingin melupakan nilai historis dari kompleks pemakaman ini.

Imam Ali sama sekali tidak melawan atau melakukan tindakan balasan atas perlakuan rezim Abu Bakar sepeninggal Rasulullah karena Imam Ali tidak ingin perlawanannya menimbulkan perpecahan di kalangan Muslimin. Umat Islam akan terpecah-pecah kedalam berbagai kelompok kepentingan dan itu tak bisa dihindarkan kalau Imam Ali melawan. Imam Ali dan keluarga Nabi terpaksa mengorbankan dirinya sebagai tumbal untuk persatuan dan keutuhan umat Islam. Imam Ali selama ini tidak melawan meskipun ada tindakan-tindakan kejahatan yang dilakukan kepada Fathimah sebelum maupun setelah Nabi wafat. Imam Ali tidak melawan karena Imam Ali telah diperintahkan oleh Rasulullah untuk bersabar, akan tetapi kesabaran itu sampai pada batas yang telah ditentukan. Ketika Imam Ali menerima berita bahwa rezim Abu Bakar akan membongkar kuburan Fathimah, Imam Ali dengan segera mengenakan pakaian perangnya dan bergegas menuju pemakaman Jannat al-Baqi. Seseorang dari mereka berteriak melihat kedatangan Imam Ali, “Ini Ali bin Abu Thalib datang dengan menghunus pedangnya dan berkata: “Barangsiapa ada yang berani untuk membongkar makam puteri Nabi walaupun ia hanya memindahkan sebuah batu darinya, aku akan memukul punggungnya dengan pedang hingga orang terakhir dari kalian, wahai kaum yang dzalim.”

Orang-orang yang tahu benar akan keseriusan Imam Ali segera mundur teratur melihat ancaman itu bukan hanya sekedar bualan. Mereka sadar bahwa Imam Ali akan melaksanakan ancamannya kepada orang yang berani mengganggu kuburan isterinya, Fathimah. Pada waktu itu, ada seorang suruhan dari pemerintah yang berkuasa yang datang dengan gemetar menghadap Imam Ali sambil berkata: “Ada apa gerangan, ya Abbal Hasan? Demi Allah, kami ini akan menggali kuburannya dan membawa jasadnya keluar untuk kami shalatkan.”

Imam Ali menjambak pakaian orang itu dan mengguncang-guncangnya kemudian melemparkannya ke tanah jauh sekali dan kemudian berkata: “Wahai anaknya Sawada! Aku telah lama mengabaikan hakku dan kewajibanku untuk melindungi orang-orang dari mencampakkan keyakinannya…………akan tetapi demi kuburan Fathimah dan demi DIA yang jiwaku ada di tanganNya, apabila engkau dan para pengikutmu berusaha untuk membongkar kuburan Fathiimah, maka saksikanlah…………aku akan menggenangi tanah ini dengan darah kalian!” 

Pada saat-saat kritis seperti ini akhirnya Abu Bakar datang tergopoh-gopoh dan menggigil ketakutan sambil berkata: “Wahai Abu Al-Hasan, aku memohon kepadamu demi hak Rasulullah dan demi DIA yang ada di Arasy; tinggalkanlah lelaki itu dan kami berjanji tidak akan melakukan apapun yang engkau tidak sukai.”

Akhirnya hingga saat ini detik ini, lokasi dari kuburan Fathimah (as) tetaplah misteri………tak seorangpun yang tahu.

fatimah2

Fathimah az-Zahra (as) telah berwasiat agar dikuburkan pada malam hari. Permintaannya agar kuburannya disembunyikan merupakan pesan tersendiri yang ingin disampaikan lewat rintang sejarah hingga ke masa yang akan datang. Fathimah Az-Zahra (as) ingin agar pesan ini sampai kepada seluruh umat Islam………….pesan yang menyatakan bahwa keluarga Nabi telah disia-siakan dan didzalimi serta hak-haknya dirampas oleh rezim yang berkuasa. Dan ini bisa menjadi titik balik sejarah di kehidupan seseorang yang hanya mengetahui satu versi sejarah yaitu sejarah yang ditulis dan diajarkan penguasa dan diindoktrinkan ke dalam sel-sel darah umat Islam.

Fathimah Az-Zahra membangkitkan kehidupan dari kematian; memberikan kemenangan dari kekalahan; dan sebuah cerita kepahlawanan dan perdamaian dari jaman ke jaman ia ciptakan dari hidupnya yang penuh kepedihan. Fathimah menciptakan sebuah revolusi di setiap jantung kaum Muslim yang sadar dari satu generasi ke generasi lainnya. Jantung Fathimah masih berdetak di sela-sela detak jantung umat Islam. Dan kedua belah matanya terjaga menunggu bendera kebebasan yang akan berkibar bersama dengan kedatangan puteranya yang ditunggu-tunggu yaitu Imam Mahdi (as).

Sekarang ini, seperti juga pada jaman-jaman lainnya yang telah lalu, kita semua menghadapi kepedihan dan penindasan. Kita harus bersabar dalam menghadapi kepedihan ini. Kita harus meneruskan pesan Fathimah ini ke generasi selanjutnya. Kita harus sampaikan penderitaan keluarga Nabi ini kepada generasi kita dan selanjutnya agar mereka tahu bahwa Rasulullah dan misi keIslamannya telah mendapatkan tekanan dari orang-orang terdekatnya dan Islam telah dicampuri dan dikotori oleh mereka.
 
taken and translated from: http://www.ezsoftech.com/stories/fatima.asp under the title of:
Quiet Funeral of Fatima Zahra (sa), the daughter of Messenger of Allah (saw)”

Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta