Setelah kita membahas tentang penunjukkan Imam Ali sebagai khalifah penerus Nabi pada saat Imam Ali masih belia sekali, sekarang kita akan membahas tentang ayat-ayat dan hadits-hadits yang mengingatkan kita bahwa khalifah yang hak setelah Nabi wafat adalah Ali bin Abi Thalib dan bukan yang lain. Semua ayat dan hadits ini mengingatkan kaum Muslimin bahwa pemimpin yang harus mereka ikuti sepeninggal Nabi ialah Imam Ali.
Salah satu dari ayat yang paling penting kita ingat ialah:
إنما وليكم الله ورسوله والذين آمنوا الذين يقيمون الصلاة ويؤتون الزكاة وهم راكعون
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). (Al-Maidah: 55)
Para ulama baik itu dari kalangan Ahlussunnah maupun Syi’ah memiliki penafsiran yang sepakat bahwa ayat ini memang ditujukan untuk menghormati Imam Ali. Ayat itu dengan jelas menunjukkan bahwa ada 3 pemimpin yang merupakan pemimpin kaum beriman yaitu yang pertama ialah ALLAH; yang kedua ialah RASULULLAH; dan yang ketiga ialah IMAM ALI (dengan sebelas Imam yang datang setelahnya)
Abu Dzar al-Ghifari (salah satu sahabat nabi yang mulia dan utama) pada suatu hari sedang shalat bersama Rasulullah ketika pada waktu itu datanglah seorang pengemis meminta-minta di mesjid Nabi. Tidak ada satupun yang merespon kedatangannya dan tidak ada satu orangpun yang mau memberikan sedekah padanya. Pengemis itu menengadahkan tangannya ke langit seraya memohon, “Ya, Allah! Saksikanlah aku datang ke mesjid NabiMu dan tidak ada satu orangpun yang mau memberiku sedekah.” Ali pada waktu itu sedang dalam keadaan ruku dan mendengar perkataan pengemis ini. Ali memberikan isyarat dengan kelingkingnya yang padanya ada sebuah cincin. Pengemis itu mendekati Ali dan kemudian mengambil cincin itu. Kejadian ini terjadi ketika Rasulullah ada di tempat kejadian itu dan ia menengadah ke langit seraya berdo’a:
“Ya, Allah! Saudaraku Musa telah berdo’a kepadaMu untuk membukakan dadanya dan memberikannya kemudahan dalam pekerjaannya; ia juga memohon agar lidahnya tidak terasa kelu ketika berdakwah sehingga setiap orang bisa memahami perkataannya; ia juga berdo’a agar saudaranya (Harun) dijadikan wakilnya untuk mempermudah pekerjaannya. Ya, Allah! Engkau berkata kepada Musa, “Kami akan menguatkan kedua tanganmu dengan saudaramu untuk menguatkan tulang punggungmu. Sekarang tidak ada satu orangpun yang bisa membahayakan diri kalian berdua!”
“Ya, Allah! Aku ini Muhammad dan Engkau telah memberiku keutamaan. Bukalah hatiku dan mudahkanlah pekerjaanku dan pilihlah dari keluargaku yaitu Ali sebagai wakilku untuk menguatkan tulang punggungku.” Rasulullah belum sampai selesai berdo’a ketika Jibril membawakan sebuah kabar gembira baginya (yaitu ayat di atas: QS. Al-Maidah: 55).
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
LIHAT:
- at Tabari; at-Tafsir; volume 6; halaman 186
- as-Suyuti; ad-Durrul Mantsur; volume 2; halaman 293—294
- ar-Razi; at-Tafsirul Kabir; volume 12; halaman 26
- az-Zamakhshari; at-Tafsir (al-Kashshaf); volume 1; halaman 694
- al-Jassas; Ahkamul Qur’an; volume 2, halaman 542—543
- al-Khazin; at-Tafsir; volume 2, halaman 68
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tulisan ini hanya memberikan gambaran singkat dan tidak cukup untuk menuliskan semua referensi yang dari setiap hadits yang jumlahnya banyak sekali (ada sekitar ratusan hadits; jadi untuk menuliskannya lengkap dengan daftar sanad dan daftar pustakanya diperlukan ruang yang jauh lebih luas dari sekedar tulisan dalam blog). Ayat ini (AL-QUR’AN) ditambah dengan do’a Nabi (AL-HADITS) masing-masing memiliki kekuatan sendiri sebagai hujah dan apabila digabungkan menjadi kekuatan hujah yang jauh lebih dasyhat lagi. Hujah-hujah ini menunjukkan bahwa Ali sejak awal memang dirancang untuk menjadi Pemimpin bagi kaum beriman sepeninggal Nabi dimana hanya orang-orang berimanlah yang mau mengakui dan berwilayah kepada Imam Ali sepeninggal Nabi.
taken and translated from IMAMATE, a wonderful work of the late Sayyid Saeed Akhtar Rizvi, May Allah purifiy His Soul.
Comments