BERIKUT INI SENGAJA DIAMBIL LANGSUNG DARI KHASANAH ILMU AHLUSSUNNAH (diambil dari kitab-kitab yang ditulis dan digunakan oleh saudara-saudara kita dari kalangan Ahlussunnah). Berikut adalah petikan khutbah Rasulullah yang sangat legendaris itu:
“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara yang amat berharga yaitu (1) Kitabullah dan (2) Ahlul Baytku (wa Ittrati) yang merupakan anggota-anggota keluargaku. Mereka tidak akan berpisah satu sama lainnya hingga mereka menemuiku di dekat telaga Kautsar (sebuah telaga di surga). Sesungguhnya Allah adalah pemimpinku dan Aku ini pemimpin dari setiap orang beriman.”
Kemudian Rasulullah memegang tangan Imam Ali dan berkata:
“Barangsiapa yang menjadikan aku pemimpinnya, maka Ali adalah juga pemimpinnya.”
Kedua hadits di atas biasanya masing-masing memiliki nama julukan. Hadits yang pertama dijuluki hadits ats-Tsaqalayn (dua perkara yang berharga); sedangkan hadits yang lainnya disebut dengan hadits wilayah (kepemimpinan). Kedua hadits itu baik secara terpisah maupun secara kesatuan dalam hadits yang sama dengan redaksi yang lebih panjang keduanya diriwayatkan oleh banyak sekali ahli hadits. Ada ratusan orang jumlahnya dan terlalu naif apabila hadits itu diabaikan begitu saja.
Nawwab Siddiq Hasan Khan dari Bhopal, India, berkata:
“al-Hakim Abu Said berkata bahwa hadits “dua perkara yang berharga” itu dan hadits “barangsiapa menjadikanku pemimpin, maka Ali juga pemimpinnya” itu keduanya adalah hadits mutawatir (atau diriwayatkan secara tak terputus oleh banyak sekali orang sehingga takkan mungkin diragukan lagi kesahihannya), karena sejumlah besar para sahabat Nabi masing-masing meriwayatkan hadits-hadits ini. Begitu banyaknya hadits ini sehingga Muhammad ibn Jarir (seorang ulama ahlussunnah—red) saja menuliskan kedua hadits tersebut di atas dengan melalui 75 rantai sanad yang berbeda! Dan bahkan hebatnya lagi ia malah harus membuat sebuah buku khusus tentang hadits-hadits itu yang ia berijudul KITABUL WILAYAH.”
“al-Hafidz adh-Dhahabi (juga seorang ulama ahlussunnah) juga menulis sebuah buku yang detail sekali tentang sanad dari kedua hadits itu dan pada akhirnya ia memberikan fatwa tentang mutawatir-nya hadits itu”“Abul Abbas ibn Uqbah telah meriwayatkan hadits tetang peristiwa Ghadir Khum melalui 150 rantai sanad dan kemudian ia menulis buku tentang itu dengan sangat rinci sekali”(LIHAT: Siddiq Hasan Khan: Manhajul Wusul, halaman 13)
Beberapa penulis yang fanatis buta mencoba untuk melemparkan keraguan terhadap kesahihan dari peristiwa Ghadir Khum ini akan tetapi mereka menemui kegagalan sama sekali. Ingatlah sekali lagi bahwa hadits-hadits ini mutawatir dan sesuatu yang disepakati oleh banyak orang takkan mungkin dirusak oleh beberapa gelintir orang yang penuh kedengkian.
Al-Allamah Al-Amini—seorang ulama terkenal—menulis sebuah kitab yang juga sama terkenalnya yaitu al-Ghadir. Dalam kitab itu ia menuliskan sebanyak 110 sahabat ternama Rasulullah (lengkap dengan kitab-kita referensi yang ia rujuk) yang meriwayatkan hadits-hadits tersebut di atas. Belum pernah ada hadits yang memiliki rantai sanad yang sangat kuat sekuat hadits-hadits tentang pelantikan Imam Ali di Ghadir Khum sehingga tidak mungkin lagi ada peluang untuk meragukan hadits tersebut kecuali kalau ada motif buruk dari orang yang meragukannya.
Sebagai contoh saja di sini kami akan menyebutkan nama-nama para sahabat yang meriwayatkan hadits-hadits tentang pelantikan Imam Ali. Kami akan menuliskan para sahabat yang namanya dimulai dari huruf Alif saja (namanya akan dituliskan sebelum tahun meninggalnya):
- Abu Layla al-Ansari, meninggal tahun 37H
- Abu Zaynab ibn Auf al-Ansari
- Abu Fadalah al-Ansari, meninggal tahun 38H
- Abu Qudamah al-Ansari
- Abu Amrah ibn Amr ibn Muhassin al-Ansari
- Abul Haytham ibn at-Tayyihan, meninggal tahun 37H
- Abu Rafi al-Qibti, hamba sahaya Rasulullah
- Abuu Dhuwayb Khuwaylid (atau Khalid) ibn Khalid al-Hudhali
- Usamah ibn Zayd ibn Haritsah, meninggal tahun 54H
- Ubayd ibn Ka’ab al-Ansari, meninggal tahun 30 atau 32
- As’ad ibn Zurarah al-Ansari
- Asma binti Umays
- Ummu Salamah, isteri Rasulullah
- Ummu Hani binti Abi Thalib
- Abu Hamzah Anas ibn Malik al-Ansari
- Abu Bakar ibn Abi Quhafah
- Abu Hurayrah
(LIHAT: al-Amini: al-Ghadir, volume 1, halaman 14—18)
Dan ada kurang lebih 84 tabi’in (murid-murid yang belajar pada para sahabat Rasulullah) yang meriwayatkan hadits-hadits ini dari jalur para sahabat yang sebagian namanya dituliskan di atas. Di sini kami akan tuliskan contohnya. Nama-nama tabi’in yang diambil di sini yang namanya dimulai dari Alif:
- Abu Rashid al-Hubrani ash-Shami
- Abu Salamah ibn Abdir-rahmah ibn Auf
- Abu Sulayman al-Mu’adhin
- Abu Salih as-Samman, Dhakwan al-Madani
- Abu Unfuwanah al-Mazini
- Abu ‘Abdir-rahman al-Kindi
- Abul Qasim, Asbagh ibn Nutabah at-Tamimi
- Abu Layla al-Kindi
- Iyas ibn Nudhayr
(LIHAT: al-Amini: al-Ghadir, volume 1, halaman 14—18)
Para ahli hadits telah mencatat hadits-hadits ini dalam kitab-kitab mereka selama berabad-abad dan pada setiap jaman. Sebagai contoh di sini kami akan menuliskan nama-nama para penulis dan ulama yang telah meriwayatkan hadits ini pada abad kedua Hijriah:
- Abu Muhammad, ‘Amr ibn Dinar al-Jumahi al-Makki, meniggal tahu 115H atau 116H
- Abu Bakar Muhammad ibn Muslim ibn Ubaydillah al-Qurashi az-Zuhri, meninggal tahun 124
- Abdurrahman ibn Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakr at-Taymi al-Madani, wafat tahun 126H
- Bakr ibn Sawadah ibn Thumamah, Abu Thumamah al-Basri, meninggal tahun 128H
- ‘Abdullah ibn Abi Najih, Yasar ath-Thaqafi, Abu Yasar al-Makki, meninggal tahun 131H
- al-Hafiz Mughirah ibn Muqassim, Abu Hisham ad-Dabbi al-Kufi, meninggal tahun 133H
- Abu Abdirrrahim Khalid ibn Zayd al-Jumahi al-Misri, meninggal tahun 139H
- Hasan ibn al-Hakam an-Nakha’I al-Kufi, meninggal tahun 140H
- Idris ibn Yazid, Abu Abdillah al-Awdi al-Kufi,
- Yahya ibn Said ibn Hayyan at-Taymi al-Kufi
- al-Hafiz ‘Abdul Malik ibn Abi Sulayman al-Arzami al-Kufi, meninggal tahun 145H
- Awf ibn Abi Jamilah al' Abdi al-Hajari al-Basri, meninggal tahun 146H
- Ubaydullah ibn Umar ibn Hafs ibn Asim ibn Umar ibn al-Khattab al ‘Adawi al-Madani, meninggal tahun 147H
- Nu’aym ibn al-Hakim al-Madayini, meninggal tahun 148H
- Thalhah ibn Yahya ibn Thalhah ibn Ubaydillah at-Taymi al-Kufi, meninggal tahun 148H
- Abu Muhammad Kathir ibn Zayd al-Aslami, meninggal tahun 150H
- al-Hafiz Muhammad ibn Ishaq al-Madani, meninggal tahun 151 atau 152H
- al-Hafiz Mu’ammar ibn Rashid, Abu ‘Urwah al-Azdi al-Basri, meninggal tahun 153 atau 154H
- al-Hafiz Mis’ar ibn Kidam ibn Zahir al-Hilali ar-Rawasi al-Kufi, meninggal tahun 153 atau 155H
- Abu Isa Hakam ibn Aban al-‘Adani, meninggal tahun 154 atau 155H
- Abdullah ibn Shawdhab al-Balkhi al-Basri, meninggal tahun 157H
- al-Hafiz Shu’bah ibn al-Hajjaj, Abu Bistam al-Wasiti, meninggal tahun 160H
- al-Hafiz Abul ‘Ala, Kamil ibn al-‘Ala at-Tamimi al-Kufi, meninggal tahun 160H
- al-Hafiz Sufyan ibn Sa’id ath-Thawri, Abu ‘Abdillah al-Kufi, meninggal tahun 161H
- al-Hafiz Israil ibn Yunus ibn Abi Ishaq as-Sabi’i Abu Yusuf al-Kufi, meninggal tahun 162H
- Ja’far ibn Ziyad al-Kufi al-Ahmar, meninggal tahun 165 atau 167H
- Muslim ibn Salim an-Nahdi, Abu Farwah al-Kufi
- al-Hafiz Qays ibn ar-Rabi, Abu Muhammad al-Asadi al-Kufi, meninggal tahun 165H,
- al-Hafiz Hammad ibn Salamah, Abu Salamah al-Basri, meninggal tahun 167H
- al-Hafiz ‘Abdullah ibn Lahi’ah, Abu ‘Abdir-Rahman al-Misri, meninggal tahun 174H
- al-Hafiz Abu ‘Uwanah al-Waddah ibn ‘Abdillah al-Yashkuri al-Wasiti al-Bazzaz, meninggal tahun 175 atau 176H
- al-Qadi Sharik ibn ‘Abdillah Abu ‘Abdillah, Abu ‘Abdillah an-Nakhai al-Kufi, meninggal tahun 177H
- al-Hafiz ‘Abdullah (atu Ubaydullah) ibn Ubaydur-Rahman (atau Abdurrahman) al-Kufi, Abu Abdir-Rahmanal-Ashja’I, meninggal tahun 182H
- Nuh ibn Qays, Abu Rawh al-Huddani al-Basri, meninggal tahun 183H
- al-Muttalib ibn Ziyad ibn Abi Zuhayr al-Kufi, Abu Talib, meninggal tahun 185H
- al-Qadi Hassan ibn Ibrahim al-‘Anazi, Abu Hashim, meninggal tahun 186H
- al-Hafiz Jarir ibn ‘Abdil- Hamid, Abu Abdillah ad-Dabbi al-Kufi ar-Razi, meninggal tahun 188H
- al-Fadl ibn Musa, Abu Abdillah al-Marwazi as-Sinani, meninggal tahun 192H
- al-Hafiz Muhammad ibn Ja’far al-Madani al-Basri, meninggal tahun 193H
- al-Hafiz Isma’il ibn ‘Uliyyah, Abu Bishr ibn Ibrahim al-Asadi, meninggal tahun 193H
- al-Hafiz Muhammad ibn Ibrahim, Abu Amr ibn Abi Adiyy as-Sulami al-Basri, meninggal tahun 194H
- al-Hafiz Muhammad ibn Khazim, Abu Mu’awiyyah at-Tamimi ad-Darir, meninggal tahun 195H
- al-Hafiz Muhammad ibn Fudayl, Abu Abdir-Rahman al-Kufi, meninggal tahun 195H
- al-Hafiz al-Wakil ibn al-Jarrah ar-Ru’asi al-Kufi, meninggal tahun 196H
- al-Hafiz Sufyan ibn Uyaynah, Abu Muhammad al-Hilali al-Kufi, meninggal tahun 198H
- al-Hafiz ‘Abdullah ibn Numayr, Abu Hisham al-Hamdani al-Kharifi, meninggal tahun 199H
- al-Hafiz Hanash ibn al-Harith ibn Laqit an-Nakha’I al-Kufi
- Abu Muhammad Musa ibn Ya’qub az-Zama’I al-Madani
- al-‘Ala ibn Salim al-‘Attar al-Kufi
- al-Azraq ibn Ali ibn Muslim al-Hanafi, Abul-Jahm al-Kufi
- Hani ibn Ayyub al-Hanafi al-Kufi
- Fudayl ibn Marzuq al-Agharr ar-Ru’asi al-Kufi, meninggal tahun 160H
- Abu Hamzah Sa’d ibn Ubaydah as-Sulami al-Kufi
- Musa ibn Muslim al-Hizami ash-Shaybani, Abu Isa al-Kufi at-Tahhan (Musa as-Saghir)
- Ya’qub ibn Jafar ibn Abi Katsir al-Ansari al-Madani
- Utsman ibn Sa’d ibn Murrah al-Qurashi, Abu ‘Abdillah (Abu ‘Ali) al-Kufi
(LIHAT: al-Amini; al-Ghadir, volume 1, halaman 73—81)
Hadits-hadits ini secara terus menerus diriwayatkan oleh begitu banyak perawi (ruwat) pada setiap masa hingga rantaian perawi ini membuat hadits-hadits itu sangat mutawatir. Di antara para ulama dan penulis yang telah meriwayatkan hadits-hadits ini paling tidak kita cukup mengambil salah satunya yaitu al-‘Allamah al-Amini yang telah menuliskan dan mengurutkan sebanyak 360 nama ulama yang ia ambil pada abad ke-14 saja.
(LIHAT: al-Amini; al-Ghadir, volume 1, halaman 73—151)
Ada beberapa kalangan yang mencoba-coba untuk menimbulkan keraguan atas para sanad (asnad) dari hadits-hadits ini. Karena setiap santri yang meneliti hadits tahu bahwa apabila suatu hadits itu dikatakan mutawatir, maka tidak perlu lagi melihat sanad dari hadits tersebut karena sanda yang satu akan menguatkan sanad yang lain. Akan tetapi untuk memperlihatkan kepada anda betapa dangkalnya tuduhan yang mereka lemparkan itu, maka kami akan memberikan sebuah uraian dari beberapa ulama terkenal pada masa lampau dan itu akan kita bahas pada SERIAL GHADIR KHUM 7.
taken and translated from IMAMATE, an awesome work of Sayyid Saeed Akhtar Rizvi
Comments