(Serial Sahabat Nabi 3) Kalau para sahabat itu semuanya baik dan shaleh, mengapa mereka saling bunuh sepeninggal nabi?

Apabila kita melihat sejarah maka kita akan terkesima karena para sahabat ternama ternyata terlibat dalam peperangan besar. Para sahabat seperti Thalhah bin Ubaydillah, Zubayr bin Awwam, Mu’awiyyah bin Abu Sofyan, Amr bin Ash, Al-Naaman bin Basyir, dan Samurah bin Jundub terlibat dalam pembunuhan kaum Muslimin. ‘Aisyah binti Abu Bakar sendiri malah menjadi kepala penyerangan terhadap khalifah yang syah pada waktu itu yaitu Ali bin Abi Thalib. A’isyah beserta Thalhah dan Zubayr menjadi tiga serangkai yang menyerang khalifah Ali bin Abi Thalib dalam perang saudara yang disebut dengan perang unta atau Perang Jamal. Puluhan ribu sahabat terbunuh dalam peristiwa itu. Mereka menyerang Imam Ali bin Abi Thalib karena ingin menjadikan salah satu dari Thalhah atau Zubayr menjadi khalifah menggantikan Imam Ali bin Abi Thalib yang sangat tidak disukai oleh ‘Aisyah. Ketidak sukaan ‘Aisyah terhadap Ali sudah terkenal dalam sejarah. 

Pembunuhan yang mereka lakukan terhadap kaum Muslimin yang didasari oleh nafsu duniawi sama sekali tidak dibenarkan oleh Islam. Allah berfirman: 

“Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan adzab yang besar baginya” (QS. An-Nisaa: 93)

Jadi apabila seseorang membunuh seorang yang beriman maka balasannya tidak lain dari api neraka dan murka Allah Ta’ala dan orang yang membunuh itu akan dilaknat oleh Allah yang akan menyediakan siksaan yang sangat pedih di akhirat nanti. Inilah balasan yang kelak akan diterima oleh orang-orang seperti Mu’awiyyah, Amr bin Ash, Thalhah dan Zubayr yang telah menumpahkan darah sebanyak lebih dari 40,000 kaum Muslimin yang semuanya sahabat Nabi.
Sangatlah tidak masuk di akal apabila memasukkan nama-nama mereka kedalam kelompok para sahabat yang shaleh dan beriman dan sangat tidak masuk di akal juga apabila kita masih mau mengambil hadits-hadits dari mereka karena ada kemungkinan hadits yang mereka laporkan dipenuhi kepentingan politis di dalamnya. 

Ada memang sekelompok orang yang menganggap mereka sebagai orang baik-baik dan shaleh karena mereka katanya termasuk orang-orang yang menganut Islam pertama kali dari kalangan penduduk Makah dan Madinah. Mereka juga dianggap sebagai orang yang pernah hadir dalam bait ar-ridhwan  (mereka yang mengikat bai’at kesetiaan di bawah pohon) setelah perjanjian Hudaybiyah. Oleh karena itu, (masih menurut klaim mereka), orang-orang tersebut di atas orang-orang ridha terhadap Allah dan Allah ridha kepada mereka. Dan barangsiapa pernah diridhai atau disukai oleh Allah maka Allah takkan pernah marah lagi kepada mereka (itu masih menurut klaim mereka).  Kalau kita melihat kembali ayat-ayat al-Qur’an yang pernah kita bahas pada artikel (silahkan klik di sini: (Serial Sahabat Nabi 1) Siapakah Sahabat Nabi itu dan apakah mereka itu semuanya jujur dan mulia?), maka memang dengan jelas kita bisa melihat bahwa ada sekelompok sahabat nabi yang merupakan penduduk kota Makah dan Madinah yang akan mendapatkan balasan berupa surga yang di dalamnya ada kebun-kebun subur dan sungai-sungai mengalir dimana mereka akan tinggal kekal bersama para penghuni surga yang lain. 

Akan tetapi yang menjadi masalah ialah bahwa Mu’awiyyah dan Amr bin Ash tidak termasuk kedalam orang yang dimaksud oleh ayat ini bersama ayat tentang bai’at kesetiaan di bawah pohon. Mereka berdua bukan orang yang masuk Islam pertama kali. Mereka juga bukan kaum imigran atau Muhajirin dari kota Makah. Mereka juga tidak pernah hadir dalam bait ar-ridhwan. Amr bin Ash itu terpaksa masuk Islam  setelah perjanjian Hudaybiyyah. Sementara Mu’awiyyah juga tidak memiliki alternatif lain selain memeluk Islam untuk menyelamatkan kehidupannya setelah peristiwa penaklukan kota Makah. 

Lebih jauh lagi kita tidak menemukan apapun dalam al-Qur’an itu yang menyiratkan bahwa orang-orang yang sudah diridhai atau disukai oleh akan bebas dari murka Allah. Pernyataan seperti itu hanya datang dari mereka yang terlalu memuja-muja para sahaba Nabi sehingga luput dari mengenali kebenaran. 

Sangat sukar sekali dibayangkan apabila Allah memberikan kekebalan hukum secara permanen kepada orang yang berbuat baik pada suatu waktu dan kemudian berbuat sangat jahat di waktu lainnya. Tidak bisa dibayangkan bahwa Allah akan mema’afkan orang-orang yang pernah membunuh ribuan orang beriman setelah sebelumnya pernah berbuat baik (bukankah para ulama itu percaya bahwa ada sekelompok orang yang mati dalam keburukan atau biasa disebut dengan su’ul khatimah?). 

Kalau memang kekebalan hukum itu ada untuk para sahabat, maka bisa saja seorang sahabat nabi itu tidak menjalankan (atau malah menentang) ajaran yang diajarkan dalam Al-Qur’an (seperti larangan membunuh orang tanpa dosa) atau ajaran yang diajarkan langsung oleh Nabi kepada dirinya. Akan tetapi kita tidak akan mempercayai hal ini karena Allah sendiri pernah berfirman kepada Rasulullah: 

“Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut akan adzab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku." (QS. Al-An’am: 15)

Apabila para sahabat itu boleh menafsirkan ayat-ayat Qur’an dan sabda Rasulullah sekehendak hatinya (sampai mereka bisa membunuh kaum Muslimin tanpa dosa), maka bisa saja mereka mengeluarkan fatwa bahwa shalat wajib 5 kali dalam sehari semalam itu adalah sunnah dan bukan kewajiban! Bisa saja mereka berdalih, “Kami menganggap bahwa kata-kata aqiimus shalah itu artinya kita boleh atau sunnah untuk melakukan shalat. Karena dalam kata-kata itu tidak dijelaskan apakah kita harus berdiri, kemudian rukuk kemudian sujud dan seterusnya. Tidak juga dijelaskan bahwa kita harus membaca Al-Qur’an di dalamnya atau membaca syahadat di dalamnya. Kita cukup saja berdo’a kepada Allah untuk memohonkan ampun dan meminta rizki atau memohon untuk dipanjangkan umur karena kata “Shalat” itu sendiri artinya berdo’a.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
taken and freely translated from an amazing work of the late Muhammad Jawad Chirri, THE SHIITES UNDER ATTACK

Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta