PENGARUH AGAMA YAHUDI DI DALAM KEYAKINAN PARA SAHABAT NABI (serial Ka’ab Al-Ahbar)/bagian 1 dari 3

 
Kita kesampingkan dulu tokoh fiktif Yahudi bernama Abdullah bin Saba. Mari kita bicarakan tentang tokoh Yahudi yang lain yang benar-benar ada dan sangat berpengaruh di kalangan beberapa orang sahabat Nabi. Imam Ali sendiri sangat waspada akan datangnya beberapa orang yang berpindah keyakinan kepada Islam setelah sebelumnya mereka larut dalam keyakinan Yahudi dan Nasrani. Imam Ali ingin agar Islam yang baru saja ditinggalkan Nabi-nya tetap menjadi Islam yang suci dan murni dan terbebas dari pengaruh agama lain yang terkadang sangat bertentangan.

Mereka yang dulunya beragama Yahudi atau Nasrani dan kemudian masuk menjadi mu’alaf seringkali mengaku bahwa mereka mengetahui agama Islam itu melalui Kitab Perjanjian Lama dan sekarang mereka berkehendak untuk “mewariskan” pengetahuan mereka itu dan “memasukkan” nya kedalam Islam.

Sikap Imam Ali ini sangat bijaksana dibandingkan dengan sikap dari para sahabat senior lainnya yang dengan mudahnya tertipu oleh para ahlul kitab yang sedang berbondong-bondong masuk Islam pada waktu itu. Kita akan lanjutkan perbincangan tentang hal ini nanti.

KAAB AL-AHBAR, ULAMA YAHUDI YANG MENANCAPKAN AJARAN YAHUDI KE JANTUNG KEYAKINAN UMAT ISLAM

Ka’ab al-Ahbar adalah seorang pria Yahudi yang datang dari Yaman dengan nama lengkap Kaab Ibn Mati al-Humyari alias Abu Ishaq. Ia datang ke kota Madinah pada jaman rezim pemerintahan Umar bin Khattab. Ia adalah seorang ulama Yahudi (Rabbi) yang lebih dikenal dengan nama Ka’ab al-Ahbar. Ia kemudian masuk Islam dan menyatakan dirinya sebagai Muslim dan kemudian tinggal menetap di Madinah hingga berakhirnya masa rezim pemerintahan Utsman bin Affan. Dalam tulisan bagian pertama ini kita akan menyimak beberapa pernyataannya yang kontroversial; kemudian keahliannya dalam menipu khalifah Umar; usaha-usaha pembunuhan para khalifah yang dirancangnya; serta sikap Imam Ali bin Abi Thalib terhadap dirinya.

Tokoh Ka’ab al-Ahbar ini berbeda dengan tokoh Abdullah bin Saba yang memang fiktif adanya. Ka’ab al-Ahbar tercatat rapi dalam sejarah. Orangnya benar-benar ada dan selama ia hidup dan tinggal di kota Madinah orang-orang sangat respek terhadap dirinya termasuk dua khalifah (Umar dan Utsman; Abu Bakar sudah meninggal pada waktu itu—red). Ia seringkali menceritakan kisah-kisah (Israiliyyat) yang ia klaim sebagai kisah-kisah yang berasal dari Kitab Perjanjian Lama. Banyak sekali sahabat Nabi seperti:
  • Abu Hurairah
  • Abdullah bin Umar
  • Abdullah Ibn Amr Ibn al-Aas
  • Mu’awiyyah Ibn Abu Sufyan
yang meneruskan cerita Ka’ab al-Ahbar ini dan meyakininya sebagai kebenaran. Ulama Yahudi ini seringkali meriwayatkan cerita-cerita yang aneh  yang isinya sangat tidak bisa dipertanggung-jawabkan. Salah satu dari cerita yang ia buat-buat ialah sebagai berikut:

“Seorang sahabat bernama Qais Ibn Kharshah al-Qaisi melaporkan bahwa Ka’ab al-Ahbar pernah berkata: ‘Setiap peristiwqa  yang pernah terjadi dan akan terjadi di permukaan bumi ini semuanya tertulis dalam kitab Torat (Kitab Perjanjian Lama) yang diturunkan kepada Musa”

(LIHAT: (referensi dari Sunni) Ibn Abdul Barr, Al-Istiab, volume 3, halaman 1287, Kairo 1380H)


Riwayat seperti itu sudah seharusnya menimbulkan tanda tanya dari para pembaca karena riwayat itu mengandung pernyataan yang sangat susah dibayangkan kebenarannya. Kita bayangkan saja. Bumi ini luas sekali; luasnya bisa bermilyar-milyar km persegi dimana tiap kilometer perseginya terdiri dari berjuta jengkal (bayangkan saja; tidak usah dihitung secara tepat karena memang tidak perlu) dan pada setiap jengkal tanah itu telah terjadi jutaan peristiwa baik yang penting maupun yang tidak penting dan masih akan terjadi lagi jutaan (bahkan lebih!) peristiwa yang akan terjadi hingga berakhirnya dunia atau alam semesta ini. Kalau itu semuanya termuat dalam Kitab Torat yang diturunkan kepada Nabi Musa, maka bisa dibayangkan betapa tebalnya kitab tersebut dan isinya semua kejadian di bumi ini!!!!!

Sedangkan pada kenyataannya kitab Torat yang didiktekan kepada Nabi Musa itu tebalnya tidak lebih dari 400 halaman saja!!

Melaporkan seluruh peristiwa yang ada di bumi ini dari mulai diutusnya Musa sampai hari pengadilan nanti pastilah memerlukan jutaan kubik meter kertas, akan tetapi Ka’ab al-Ahbar berkata bahwa itu semua tercantum dalam kitab Torat.

Anehnya (bertentangan dengan klaim Ka’ab al-Ahbar), kitab Perjanjian Baru yang ada sekarang ini hanya mencatat kejadian-kejadian yang telah terjadi di masa lalu baik itu di masa para nabi atau di masa sebelum para nabi dan tidak ada catatan tentang kejadian yang akan terjadi di masa datang. Oleh karena itu, klaim Ka’ab al-Ahbar gugur dengan sendirinya.

KA’AB AL-AHBAR MERAMALKAN KEMATIAN UMAR BIN KHATTAB


Ulama Yahudi (Rabbi) ini berhasil menipu sejumlah sahabat nabi. Ia bahkan berhasil juga mengelabui Umar bin Khattab yang notabene seorang khalifah pada masa itu. Pengaruh Ka’ab al-Ahbar sangat besar sekali pada masa itu (masa rezim pemerintahan Umar bin Khattab) sehingga ia bebas saja berbicara di depan khalifah yang berkuasa. Simaklah dialog berikut ini.

Ka’ab : “Amirul Mukminin, anda sebaiknya segera menulis surat wasiat karena anda akan meninggal dalam 3 hari kedepan.”

Umar : “Bagaimana engkau bisa tahu?”

Ka’ab : “Aku mengetahuinya dari kitabullah, Taurat (Perjanjian Lama)”

Umar : “Demi Allah, apakah engkau melihat nama Umar bin Khattab ada di sana?”

Ka’ab : “Demi Allah, tidak. Namamu tidak tertulis di sana tapi aku menemukan ciri-ciri yang mirip dengan ciri-cirimu tertera di sana dan di sana pula aku menemukan bahwa kematianmu sudah semakin dekat menghampiri.”

Umar : “Tapi aku tidak merasakan sakit atau apapun yang membuat aku khawatir akan kematian.”

Selama 3 hari kedepan Ka’ab sering mengunjungi Umar sambil berkata; “Ya, amirulmukminin, satu hari telah berlalu dan engkau hanya memiliki 2 hari lagi.”
Keesokan harinya Ka’ab kembali menjumpai Umar seraya berkata: “Ya, amirulmukminin 2 hari sudah berlalu dan engkau hanya memiliki satu siang dan satu malam saja sebelum ajal datang menjemput.”


Pada hari ketiga, saat shubuh tiba, Umar pergi keluar rumahnya untuk mengimami shalat shubuh (itu kewajiban khalifah pada saat itu). Umar sudah terbiasa untuk memerintahkan beberapa orang untuk menertibkan barisan shalat. Ketika para jema’ah shalat sudah berdiri lurus dan rapi, maka Umar memulai shalat.


Saat itulah ada seseorang yang kemudian hari dikenali sebagai Abu Lulu memasuki masjid dengan menghunus sebuah belati bermata dua yang beracun. Ia kemudian menusuk-nusuk tubuh Umar hingga 6 kali, salah satu dari tusukan itu tepat mengenai pusarnya Umar; dari luka-luka itulah Umar menemui kematiannya.

(LIHAT: Referensi dari Sunni: Thabari, History of al-Thabari, volume 4, halaman 191, dicetak di Dar-al-Maarif, Kairo)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Apabila kita meneliti kitab Perjanjian Lama, maka kita tidak akan dapati nama Umar atau ciri-ciri yang disebutkan oleh Ka’ab al-Ahbar sebagai ciri-ciri Umar. Selain itu tidak ada ulama Yahudi yang pernah mengatakan bahwa kitab Perjanjian Lama itu menyebut-nyebut tentang diri Umar; tentang pembunuhan Umar atau kematian Umar; juga tidak disebutkan kapan Umar akan meninggal. Itu hanya akal-akalan dari Ka’ab al-Ahbar saja.

Seandainya dalam kitab Perjanjian Lama itu ada disebutkan itu semua, maka semua orang Yahudi akan sangat bangga sekali karena kitabnya itu memuat sesuatu perkara ghaib yang mencenggangkan. Informasi tentang itu semua bisa dijadikan bukti bahwa kitab mereka itu otentik dan benar adanya dan pada akhirnya bisa dijadikan alasan untuk mengatakan bahwa agama Yahudi itu lebih benar dari agama lainnya karena kitab sucinya memuat informasi yang tidak ada pada kitab suci lainnya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


BAGIAN DARI KONSPIRASI TINGKAT TINGGI 


Tampak jelas oleh kta semua bahwa kematian Umar bin Khattab ini merupakan konspirasi tingkat tinggi dari orang-orang Yahudi; dan Ka’ab merupakan bagian terpenting dari plot konspirasi ini. Pembunuhan Umar bin Khattab akan melemahkan kaum Muslimin karena kejatuhan atau kematian seorang khalifah (tanpa melihat apakah khalifah itu baik dan bermutu atau tidak) tetap saja akan menimbulkan kepanikan dan kebingungan.

Ka’ab tahu benar apabila kematian seorang khalifah itu sudah diumumkan sebelum khalifah itu mati, maka itu akan mendatangkan kekaguman pada orang yang meramalkan itu (yaitu diri Ka’ab sendiri); selain itu para sahabat nabi juga akan menaruh rasa hormat yang berlebihan pada diri Ka’ab dan kitab Perjanjian Lama. Apabila semua itu terjadi maka ini akan mendatangkan keuntungan yang amat besar pada Ka’ab al-Ahbar dan pada umat Yahudi pada umumnya. Untunglah tidak semua sahabat mempercayai Ka’ab. Imam Ali adalah salah satu dari mereka yang sangat tidak percaya dengan Ka’ab al-Ahbar.

Apabila umat Islam percaya pada diri Ka’ab al-Ahbar (karena secara tepat ia bisa meramalkan kematian Umar—padahal plot pembunuhan itu dibuat oleh Ka’ab sendiri), maka sudah bisa dipastikan apapun yang dikatakan oleh Ka’ab akan didengar oleh para sahabat Nabi terlebih lagi Ka’ab sudah menjadi muslim (paling tidak secara de jure). Kalau kelak Ka’ab bilang bahwa khalifah berikutnya ialah “X”, maka sudah dipastikan bahwa para sahabat Nabi akan banyak yang percaya. Dan apabila ia dibiarkan maka kita akan memiliki khalifah yang diplot dan diangkat oleh orang-orang Yahudi yang benci pada Islam. Ka’ab akan dengan mudah menentukan masa depan dari umat Islam ini karena pemimpin umatnya ia yang pilih dan tentukan.

Ka’ab al-Ahbar tidak hanya bercerita tentang apa-apa yang terjadi dan bakal terjadi di bumi ini, melainkan ia juga bercerita tentang surga dan Kursi Tahta Tuhan. Al-Qurtubi dalam tafsir al-Qur’an melaporkan bahwa Ka’ab telah berkata sebagai berikut:
“Ketika Tuhan menciptakan kursi tahtaNya, kursi tahtaNya itu berkata, ‘Allah tidak pernah menciptakan makhluk yang tubuhnya lebih besar daripada aku.’ Kursi Tahta Allah itu kemudian mengguncang-guncangkan tubuhnya untuk menunjukkan kebesarannya. Allah kemudian mengikat kursi tahtaNya itu dengan seekor ular yang memiliki 70 ribu pasang sayap. Pada setiap sayapnya ada 70 ribu bulu; dan pada setiap bulu itu ada 70 ribu wajah dan pada setiap wajah itu ada 70 ribu mulut; kemudian dari setiap mulut itu ada 70 ribu buah lidah. Dari semua mulut ini keluar kalimat-kalimat pujian untuk Allah yang jumlahnya sama banyaknya dengan jumlah titik air hujan yang jatuh dari langit, ditambah dengan jumlah dedaunan; ditambah lagi dengan jumlah bebatuan dan butir pasir ditambah lagi dengan jumlah hari-hari yang telah terlewat di dunia ditambah lagi dengan jumlah para malaikat. Ular itu melingkari kursi tahta Allah karena tahta Allah itu ternyata lebih kecil daripada si ular tadi. Kursi tahta Allah itu tertutupi oleh setengah tubuh ular.”

SIKAP IMAM ALI TERHADAP KA’AB AL-AHBAR

Umar dan sejumlah sahabat senior lainnya menunjukkan sikap yang penuh hormat terhadap Ka’ab al-Ahbar sementara itu Imam Ali sebaliknya. Imam Ali menunjukkan rasa ketidak senangannya terhadap Ka’ab al-Ahbar. Ka’ab tak pernah sekalipun berani dekat-dekat dengan Imam Ali walaupun saat itu Imam Ali ada di Madinah selama Ka’ab tinggal disana. Seringkali dilaporkan bahwa Imam Ali berkata tentang Ka’ab al-Ahbar sebagai berikut:

“Ia adalah pendusta besar!!”


SIKAP ABDULLAH IBN ABBAS TERHADAP KA’AB AL-AHBAR

Tabari mencatat dalam tarikhnya bahwa Ibn Abbas pernah diberitahu:


Ka’ab pernah berkata bahwa pada hari penghisaban matahari dan bulan akan dibawa ke hadapan Allah seperti kerbau yang di cocok hidungnya dan kemudian keduanya akan dilemparkan kedalam neraka! Demi mendengar ini Ibn Abbas marah sekali dan ia berkata sambil berteriak sebanyak tiga kali:

“Ka’ab pendusta besar!”

“Ka’ab pendusta besar!”

“Ka’ab pendusta besar!”

“Keyakinan seperti di atas adalah keyakinan Yahudi dan Ka’ab ingin memperkenalkan keyakinan itu dan memasukkannya kedalam Islam. Sesungguhnya Allah itu tidak seperti yang mereka sangkakan. Allah tidak akan pernah menghukumi hamba-hambanya yang patuh dan ta’at padaNya. Bukankah dalam al-Qur’an itu disebutkan” :

وسخر لكم الشمس والقمر دآئبين وسخر لكم الليل والنهار

“Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.” (QS. Ibrahim: 33)

Ibnu Abbas menyebutkan bahwa kata  دآئبين itu memiliki arti kepatuhan total dan terus menerus kepada Allah. Ibnu Abbas melanjutkan:

“Bagaimana mungkin Allah menghukum 2 benda langit yang Allah sendiri telah memujinya karena keta’atan keduanya kepada Allah. Allah mengutuk ulama Yahudi (maksudnya K’aab) itu  dan ajarannya! Betapa beraninya ia menisbahkan kedustaan seperti itu kepada Allah dan betapa beraninya ia menyalahkan kedua makhluk Allah yang taat itu!
Setelah berkata seperti itu Ibnu Abbas berkata lagi sebanyak tiga kali:

“Innalillahi wa inna ilayhi raji’uun

Innalillahi wa inna ilayhi raji’uun

Innalillahi wa inna ilayhi raji’uun”

(LIHAT: (REFERENSI SUNNI: Tabari, Tarikh al-Tabari, volume 1, halaman 62—63, Edisi Eropa)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berlanjut ke bagian ke-2: (PENGARUH KA’AB TERHADAP KEKHALIFAHAN)

TAKEN AND TRANSLATED FROM IMAM REZA NETWORK

http://www.imamreza.net/eng/imamreza.php?id=1762&page=1

Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta