Kematian Ayatullah Dastghaib yang disertai peristiwa ghaib

 

BAGAIMANA AYATULLAH DASTGHAIB SYAHID

 

Hari itu sama saja seperti hari Jum’at yang sudah-sudah di kota suci Shiraz. Tampak parar ulama dan beberapa santri sedang bergegas menuju mesjid, untuk menunaikan shalat Jum’at. Tiba-tiba, sebuah ledakan yang sangat kuat dan memekakan telinga mengguncang tempat di mana mereka berada. Serpihan batu dan serpihan bom berterbangan bertemperasan ke semua arah. Teriakan dan jeritan terdengar dimana-mana dan asap menghalangi pandangan orang-orang. Ketika asap mulai pudar mereka baru sadar apa yang sudah terjadi.

Setelah kejadian itu selama beberapa hari banyak orang-orang yang masih menangisi kejadian di kota Shiraz itu karena tokoh panutan sekaligus imam shalat mereka turut hancur bersama dengan ledakan dasyhat tersebut. Pecahan tubuhnya berserakan di jalanan dan di sebuah gang sempit di kota Shirazi.

Ayatullah Abul-Husayn Dastghaib Shirazi lahir di kota Shiraz pada tahun 1332H. Ia memulai pendidikan keagamaannya pada usia yang sangat dini; dan pada usia remaja ia sudah memulai mengimami shalat-shalat di mesjid Baghir Khan di kota Shiraz. Pada tahun 1353H, ia pergi ke kota Najaf di Irak untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Di kota Najaf, ia belajar di bawah bimbingan para ulama yang terkemuka pada waktu itu termasuk Sayyid Abul Hassan Isfehani, Sayyid Ali Qadhi Tabatabai, dan Shaikh Diauddin al-Iraqi.

Setelah selesai mengenyam pendidikannya, Sayyid Dastghaib kembali ke kota Shiraz. Sekolah pesantren Shiraz sudah mengalami kemundurannya selama beberapa abad, dan Sayyid Dastghaib tergerak hatinya untuk membantu dengan mengadakan acara amal mengumpulkan sumbangan untuk merevitalisasi mesjid Aatiq. Bersama beberapa ulama dan cendikiawan setempat ia mulai mengajarkan ilmu teologi, ilmu fikih, dan ilmu tafsir di mesjid itu.

Ketika Shah Pahlevi sedang menciptakan ideologi sekuler untuk mendirikan Iran yang sekuler dan otokratis, para ulama di kota Qom merespon kebijakan itu. Di kota Shiraz, Sayyid Dastghaib berbicara dengan lantang menyuarakan gagasan-gagasan revolusioner dari Imam Khomeini. Karena kelancangannya itu, ia seringkali ditangkap dan dimasukkan kedalam tahanan. Walaupun begitu, ia tetap saja melangsungkan jihadnya. Ia melatih masyarakat untuk siap secara mental dan spiritual menyambut Revolusi Islam. Oleh karena itu, walaupun Dastghaib telah menulis beberapa tulisan akademis, namun kebanyakan buku-bukunya itu ditulis untuk kalangan rakyat biasa. Beberapa dari bukunya telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dan tersedia secara on-line misalnya buku Greater Sins, Seeking Allah's Protection from Satan, dan A Commentary to Sura al-Yasin. Selain itu ia juga menulis Qalbe Saleem, Salat al-Khashi'een, Nafs al-Mutmainna, dan sebuah buku biografi Bunda Fathimah dan Bibi Zainab (as).

Setelah Revolusi Islam benar-benar terealisasi, Sayyid Dastghaib terpilih sebagai anggota parlemen oleh orang-orang di kota Shiraz. Ia juga ditunjuk oleh Imam Khomeini sebagai perwakilan dirinya di kota Shiraz. Ia juga ditunjuk untuk mengimami shalat di Mesjid Jami di kota Shiraz. Sebagai orang yang shaleh dan rendah hati, Sayyid Dastghaib dicintai dan dihormati oleh seluruh jama’ahnya.

Di saat-saat seperti itulah, sekelompok besar teroris dengan dana yang sangat besar mencoba untuk meruntuhkan Pemerintahan Islam di Iran. Mereka berhasil dalam membunuhi beberapa tokoh pamuncak yang telah berhasil menggulingkan Shah Iran dan menggulirkan revolusi. Beberapa diantaranya yang berhasil mereka bunuh ialah Sayyid Muhammad Beheshti, Sayyid Ali Qadhi Tabatabai, Sayyid Asadullah Madani, dan Shaikh Murtadha Muthahari. Pada tahun 1402H, ketika Sayyid Dastghaib berjalan menuju Mesjid hendak mengimami shalat Jum’at, sebuah ledakan dasyhat mengguncang kota Shiraz. Ayyatullah Dastghaib Shirazi syahid. Potongan-potongan tubuhnya dikumpulkan satu demi satu oleh para pengikutnya, dan kemudian potongan-potongan itu dikuburkan di kota Shiraz.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Banyak sekali buku dan tulisan ditujukan untuk menggambarkan kematian. Akan tetapi kami tidak pernah menemukan tulisan atau buku atau kuliah yang lebih efektif dan lebih meyakinkan daripada apa yang disampaikan oleh Ayatullah Syed Abdul Husain Dastghaib yang dinyatakan kira-kira 25 tahun yang lalu. Kuliah beliau pada waktu itu menggambarkan pengetahuan beliau yang sangat mumpuni. Pengetahuannya menggambarkan bahwa dirinya sangat menguasai Al-Qur’an, Hadits-hadits dan buku-buku keagamaan lainnya.

Pada suatu kesempatan di bulan suci Ramadhan, ia menyampaikan sebuah khutbah dimana di dalamnya ia menyebutkan bahwa kematian adalah tidak lain dari sebuah pintu kehidupan dan langkah pertama untuk mendapatkan pengampunan Tuhan. Ia menggambarkan keadaan di alam barzakh sedemikian hidupnya (padahal topiknya tentang kematian bukan tentang kehidupan!) sehingga para jama’ahnya terpana mendengarnya. Ia juga menggambarkan siksaan di alam barzakh demikian meyakinkannya sehingga para jama’ah ketakutan dan menggigil. Sebagai hasilnya, setelah mendengarkan petikan-petikan ayat suci al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi banyak orang yang bertekad untuk tidak lagi mengulangi dosa-dosa yang mereka biasa lakukan setiap hari dan para jama’ahnya mulai melakukan perbuatan baik dan beramal shaleh.

 

DARAHNYA AYATULLAH DASTGHAIB RUPANYA LEBIH AJAIB DARIPADA KHUTBAH-KHUTBAHNYA

Ayatullah Dastghaib berulangkali menyampaikan dalam khutbah-khutbahnya bahwa “kematian itu bukanlah sebuah kepunahan melainkan sebuah permulaan dari sebuah kehidupan yang abadi”. Ia berulangkali menyampaikan ini kepada para keluarga yang anggota keluarganya menjadi syuhada. Ia menyampaikan ayat Al-Qur’an yang menerangkan bahwa orang-orang yang mati di jalan Allah itu sebenarnya masih hidup dan mendapatkan rizkiNya (lihat Ali Imran ayat 169—red).

ولا تحسبن الذين قتلوا في سبيل الله أمواتا بل أحياء عند ربهم يرزقون

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (Ali Imran: 169)

Sebenarnya kita semua ini lebih tepat dikatakan mati dibandingkan mereka yang syahid karena kehidupan kita ini ada habisnya; ada tamatnya. Sedangkah kehidupan mereka itu abadi karena tidak ada lagi kematian setelah adanya kematian.

 

PERMATA BERHARGA YANG TAK TERNILAI HARGANYA

Duhai syuhada! Semoga arwah sucimu bahagia selalu. Engkau sudah membuat semua ini menjadi terang benderang dengan kesyahidanmu. Bahkan setelah dua bulan berlalu semenjak kepergianmu, tetapi keajaiban demi keajaiban datang satu per satu sehingga banyak orang yang merasa menyesal dan resah karena mereka belum mengenalimu dengan lebih jauh. Mereka merasa menyesal karena tidak mengambil keberkahan dari pertemanan mereka denganmu ketika engkau masih hidup bersama kami.Here, regarding the discussion about this book and about Hereafter as well as with reference to your oft-repeated statement that “The martyrs are forever immortal” we’d like to mention an event which took place on the seventh day of your martyrdom which has become known to most of the residents of Shiraz to such an extent that it has also been reported in the press.

 

PERMINTAAN YANG ANEH DARI SEORANG SYUHADA

Putera dari Ayatullah Dastghaib memberikan kesaksian sebagai berikut:

“Pagi hari itu—tepat pada hari keempat puluh semenjak kesyahidan Ayatullah Dastghaib—tahun 1402H, aku pergi ke rumah ayahku dan itu sudah menjadi kebiasaanku. Pagi itu aku bertemu dengan sekretaris kantor mendiang ayahku dan setelah mengucapkan salam dan sekedar bertanya basa basi tentang kesehatan masing-masing, ia mulai berbicara tentang mimpi yang dialami oleh Syed Lady. Syed Lady adalah orang yang terhormat di kota kami dan kami sangat mengenal beliau dengan baik. Syed Lady menceritakan mimpinya kepadaku sebagai berikut: “Tadi malam aku bermimpi bertemu dengan almarhum asy-syahid Ayatullah Dastghaib. Dalam mimpiku itu ayatullah berkata, ‘Beberapa potong daging tubuhku ada di sela-sela batu bata di sebuah dinding di jalan ini (jalan dimana ayatullah terkena ledakan). Tolong kumpulkan potongan daging tubuhku itu dan kemudian satukan kembali dengan jasadku’”

Pada mulanya tidak mempedulikan berita itu. Tapi kemudian aku mendengar orang-orang di kantor ayahku membicarakan tentang mimpi itu dan itu berlanjut hingga dua jam lamanya. Siangnya aku pergi keluar bersama beberapa orang dari mereka yang membicarakah mimpi itu sambil melangsungkan acara Fatihakhaani (Fatihakhaani adalah acara pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an untuk dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal). Pada kesempatan itu kami harus melewati jalan dimana ayah saya menemui kesyahidannya. Jadi ketika kami sampai ke tempat yang disebutkan dalam mimpi Syed Lady, segera kami teringat akan mimpi yang dibicarakan oleh orang-orang se kantor itu. Segera aku beritahu teman-teman yang ikut dengan saya. Saya katakan kepada mereka bahwa tidak ada salahnya apabila kita melihat di sekitar sambil memeriksa siapa tahu yang dimaksud dalam mimpi itu benar adanya. Tiba-tiba pandangan kami tertuju kepada sebuah dinding yang mengelupas di beberapa bagian dan di suatu tempat…….di sela-sela batu bata, kami menemukan potongan daging tertancap di dinding di sela-sela batu bata………………”

 

PEMAKAMAN AYATULLAH YANG HARUS DIULANG

Putera dari ayatullah Dastghaib masih meneruskan cerita kesaksiannya:

“Dua orang dari sahabatku menghampiri dindign itu dan kemudian mengumpulkan potongan daging dari syuhada kemudian mengumpulkannya dalam sebuah kantong plastik. Berita tentang peristiwa ini segera tersebar di seantero kota terutama karena selain itu hari keempat puluh kesyahidan ayahku juga hari itu adalah hari peringatan Arba’in (hari keempat puluh syahidnya Imam Husein) dan pada hari itu termasuk hari libur di kota Shiraz.

Pada malam hari Jum’at di mesjid Shiraz seperti biasanya sudah menjadi tradisi dibacakan do’a Kumail dan para jama’ah berkumpul untuk mendengarkan peristiwa tempo hari. Kemudian setelah itu diumumkan bahwa tepat pada jam 10 malam, sisa-sisa jasad dari Asy-Syuhada Ayatullah Dastghaib akan dikuburkan. Setelah diumumkan para jama’ah meneruskan do’a ziarah hingga malam hari di pelataran makam Ahmed bin Musa Kazim.

Malam itu hari Arba’in ……………. ingatan tentang peristiwa penguburan jasad Imam Husein (as) seolah-olah menjadi latar belakang dari peristiwa penguburan kembali Ayatullah Dastghaib. Two kantong plastik berisi sisa-sisa jasad Ayatullah Dastghaib akhirnya dikebumikan di ujung kaki dari kuburan beliau sendiri…….”

 

ADA DUA ORANG LAIN YANG BERMIMPI SAMA

Kejadian tersebut di atas amatlah aneh dan langka. Masih ada lagi yang belum kami sampaikan. Pada hari yang sama ketika serpihan daging itu diketemukan di sela-sela batu bata, ada seseorang yang tampak sekali jujur dari raut wajahnya (di kelak kemudian hari ditemukan bahwa ternyata ia seorang ustadz). Ia berkata kepada putera Ayatullah Dastghaib bahwa ada dua orang yang datang kepadanya (salah satunya adalah ternyata kerabat dekat Ayatullah) yang melaporkan bahwa mereka berdua bermimpi bahwa asy-Syahid datang dalam mimpi mereka (selanjutnya mimpi mereka sama persis seperti mimpi yang dialami oleh Syed Lady. Demi mendengar ini putera dari Ayatullah Dastghaib menyuruh seorang pesuruh untuk menemui Syed Lady dan memintanya untuk menuliskan mimpi—secara  rinci—yang  ia alami. Juga dipesankan kepada Syed Lady untuk menuliskan namanya dan nama suaminya serta nama-nama anggota keluarganya. Syed Lady menyanggupi dan mengirimkan surat berikut detail lainnya sesuai dengan yang diminta. Surat ini kemudian dijadikan arsip siapa tahu diperlukan di kelak kemudian hari. Putera Ayatullah Dastghaib ingin kejadian ini direkam sejarah yang pasti dan rinci mengingat ini kejadian langka yang menimpa seseorang yang memiliki keutamaan dan nama baik sepanjang hidupnya.

SYED LADY MENULISKAN, “BEBERAPA POTONGAN JASADKU TERTANCAP DI SELA-SELA BATU-BATA”

Dalam mimpi itu digambarkan, “Aku (Syed Lady) sedang berada di sebuah taman. Tiba-tiba aku melihat Ayatullah Dastghaib sedang berjalan melintas di depanku. Aku kemudian mengikuti beliau. Kami sedang berada di tengah-tengah taman; dan Ayatullah pada waktu itu sedang mengenakan mantel berwarna kopi. Ia kemudian berkata kepadaku, “Tolonglah aku. Beritahukan kepada orang-orang. Beritahukan kepada mereka bahwa beberapa bagian dari jasadku tertancap di dinding. Ia mengulangi kalimatnya beberapa kali. Aku merasa terkejut dan heras sekali dan saking terkejutnya kemudian aku bangun.”

 

CERITA ITU SERINGKALI LEBIH MEMUKAU DARIPADA SEBUAH BUKU

Anda sendiri bisa menentukan kebenaran apa yang termuat dalam mimpi yang kita bahas di atas. Mengungkapkan pengakuan secara lisan tentang kebenaran seringkali terlihat lebih meyakinkan daripada sebuah buku berisi pengakuan-pengakuan. Sang syuhada yang kita bicarakan pernah berkata, “Kematian itu bukanlah suatu kemusnahan; melainkan ia itu sebuah pintu menuju Pengampungan Tuhan.” Para syuhada yang mati itu di sisi Tuhan adalah orang-orang yang hidup. dan mereka mendapatkan rezeki dariNya. Ayatullah Dastghaib dalam buku The Hereafter (Ma’aad) menuliskan secara lengkap dan rinci mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami oleh manusia di alam Barzakh (Alam antara Kematian dan Kebangkitan). Ia juga menceritakan tentang kembalinya ruh  ke jasad. Semuanya ini ternyata benar adanya. Syuhada sendiri telah membuktikan ini dan memberitahukannya kepada kita semua.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Referensi untuk tulisan ini:

1. http://www.imamreza.net/eng/imamreza.php?id=7324

2. http://www.islamicinsights.com/religion/history/martyr-dastghaib-shirazi.html

3. http://www.habilian.com/view-en.asp?ID=04798

4.http://www.momin.com/Books/The+Hereafter+Ma039aad-25/Some+Convincing+Things+about+the+Hereafter-138.html

5.http://www.erfan.ir/english/

Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta