AWAL MULA PERANG UNTA

 
jamal
Ummul Mukminin ‘Aisyah (puteri dari Abu Bakar, khalifah pertama) dan juga janda dari Rasulullah (saaw) sedang berada di kota Mekah pada waktu itu. Ia sedang menunaikan ibadah haji. Pada saat ibadah haji itulah ia mendengar kabar bahwa Utsman telah terbunuh. ‘Aisyah sangat ingin salah satu dari iparnya yaitu Thalhah bin Ubaydillah atau Zubayr bin Awwam menjadi khalifah berikutnya. Akan tetapi ketika mendengar bahwa Imam Ali bin Abi Thalib yang menjadi khalifah berikutnya dengan desakan rakyat pada waktu itu, maka ‘Aisyah menjadi sangat murka. Dan ia berseru, “Demi Allah! Utsman itu tidak berdosa, aku akan membalas dendam atas darahnya yang telah tercurah.”

Baik Thalhah begitu pula Zubayr adalah saudara ipar dari ‘Aisyah. Adik termuda dari ‘Aisyah itu adalah isterinya Thalhah; dan Thalhah itu juga merupakan saudara sepupu dari ayahnya. Kakak perempuan ‘Aisyah adalah isteri dari Zubayr. Zubayr dan isterinya itu memiliki putera yang bernama Abdullah bin Zubayr yang kemudian diangkat anak dan dipelihara oleh ‘Aisyah.

‘Aisyah adalah isteri Rasulullah yang sangat pencemburu. Sekarang ia menyatakan dirinya sebagai pembalas dendam kematian Utsman bin Affan dan ia sedang mempersiapkan dirinya untuk memerangi Imam Ali—khalifah yang sah—yang selalu ‘Aisyah benci.

‘Aisyah mencoba untuk merekrut bantuan dari klan yang sangat berkuasa dan memiliki kekuatan perang yang dasyhat pada waktu itu yaitu klan Bani Umayyah—yang kebetulan merupakan klannya dari Utsman bin Affan. Para bekas gubernur yang pernah ditunjuk oleh Utsman (yang telah dipecat oleh Imam Ali karena sangat korup selama menjabat) ikut pula dengan ‘Aisyah untuk memerangi Imam Ali.

Yala, salah satu dari bekas gubernur dari Yaman, segera berangkat ke kota Mekah. Dan ia membawa seluruh harta benda hasil korupsinya dari Yaman ke kota Mekah. Harta kekayaannya pada waktu itu ialah 60,000 dinar. Ia memasrahkan harta kekayaannya itu kepada ‘Aisyah yang diangkut dengan 600 ekor unta yang salah satunya ialah unta yang sangat spesial. Unta itu adalah unta terbaik di jamannya hasil dari keturunan yang terbaik. Unta yang sangat jarang ditemui dimanapun dan harganya selangit—sekitar 200 keping emas. Unta itu diberinama Al-Askar dan kemudian dihadiahkan secara khusus kepada ‘Aisyah.

Thalhah bin Ubaidillah dan Zubayr bin Awwam bergabung juga dengan ‘Aisyah walaupun mereka berdua sudah bersumpah setia (berbai’at) kepada Imam Ali bin Abi Thalib. Sejumlah orang Arab juga dibayar untuk ikut dengan tentara ‘Aisyah. Mereka adalah orang-orang yang penuh dendam karena ayah dan saudara-saudara laki-lakinya pernah dibunuh oleh Imam Ali dalam berbagai peperangan ketika Imam Ali membela Rasulullah (saaw). Ada juga sekelompok orang-orang Arab yang turut bergabung dengan ‘Aisyah dengan berbagai alasan diantara ingin mengubah nasib mereka (siapa tahu bakal mendapatkan harta pampasan perang atau mendapatkan kedudukan setelah perang kalau ‘Aisyah memenangkan perang).

Persiapan perang sudah selesai dan kemudian ‘Aisyah mulai memerintahkan pasukannya untuk bergerak ke kota Basrah di Irak. Sebelum berangkat ‘Aisyah meminta Ummu Salama (isteri Nabi yang shaleh) untuk bergabung dengannya. Ummu Salama tentu saja menolak karena selama ini kenal betul dengan watak ‘Aisyah. Ummu Salamah malah memperingatkan ‘Aisyah bahwa Rasulullah pernah berkata bahwa Imam Ali itu adalah penerusnya yang akan menjaga risalah Islam dari rongrongan orang-orang jahat.

Ummu Salamah juga memperingatkan ‘Aisyah akan sebuah sabda Rasulullah. Pada waktu itu semua isteri Rasulullah hadir di tempat. Rasulullah berkata kepada para isterinya memperingatkan mereka bahwa beberapa ekor anjing di Hauab akan menggonggong kepada salah seorang isterinya yang akan menjadi pembangkang. Ummu Salama memperingatkan ‘Aisyah agar tidak terperdaya oleh Thalhah dan Zubayr yang hanya akan membawa pengaruh buruk saja kepada ‘Aisyah. Nasihat dari Ummu Salama ini hampir saja bisa membuat ‘Aisyah membatalkan rencananya akan tetapi anak angkatnya yaitu Abdullah bin Zubayr mempengaruhi ‘Aisyah dan berhasil meyakinkan ‘Aisyah agar tetap pada rencananya semula. Akhirnya berangkatlah ‘Aisyah dan para begundalnya.

‘Aisyah menaiki tandu yang ada di punuk unta Al-Askar, dan kemudian berderap meninggalkan kota Mekah diiringi pasukan berjumlah 1,000 orang. Di sisi kanannya Thalhah dengan kudanya dan Zubayr di sisi kirinya. Di perjalanan menuju kota Mekah banyak lagi orang-orang Arab yang bergabung sehingga jumlah pasukan ‘Aisyah mencapai 3,000 orang.

Di perjalanan menuju kota Basrah, pasukan pemberontak itu mendapatkan kabar bahwa Imam Ali telah keluar dari kota Madinah untuk menjemput pasukan pemberontak itu. Akhirnya pasukan pemberontak itu memutuskan untuk tidak langsung berhadapan dengan pasukan Imam Ali. Mereka memutuskan untuk meninggalkan jalan utama dan terus menuju kota Basrah dengan mengambil jalan lain. Ketika pasukan pemberontak itu sampai ke sebuah lembah yang bernama Hauab, puluhan ekor anjing di sana menggonggong keras sekali. Anjing-anjing itu mengepung unta yang ditunggangi oleh ‘Aisyah. ‘Aisyah segera merasa ketakutan sekali. Ia merasa khawatir dan bertanya kepada tentaranya tempat apakah ini. Ketika ia diberitahu bahwa tempat itu bernama Hauab, maka ia sangat terkejut karena teringat kepada hadits Nabi. ‘Aisyah menangis sambil berkata, “Celaka aku! Celaka aku! Aku adalah wanita terkutuk dari Hauab itu. Rasulullah sudah memperingatkan aku tentang ini semua.”

‘Aisyah turun dari untanya dan menolak untuk meneruskan perjalanannya lebih jauh. Thalhah dan Zubayr mencoba meyakinkan ‘Aisyah bahwa tempat itu bukanlah Hauab dan bahkan mereka mengumpulkan sekitar 50 orang yang dipaksa untuk bersumpah bahwa tempat itu bukanlah Hauab. Akan tetapi sia-sia saja. Dan peristiwa sumpah itu dalam sejarah Islam dikenal sebagai sumpah palsu yang pertama kali diucapkan oleh kaum Muslimin. Akhirnya (karena ‘Aisyah tetap tidak mau melanjutkan perjalanan), mereka berteriak-teriak keras sekali memaklumkan bahwa Imam Ali dan pasukannya datang. Dan ‘Aisyah segera bangkit ketakutan dan cepat-cepat menunggangi untanya untuk melanjutkan perjalanan tadi yang tertunda.

Pasukan pemberontak itu akhirnya mencapai kota Basrah; kemudian mereka mendirikan tenda di pinggiran kota. Dari sana ‘Aisyah, Thalhah, dan Zubayr memulai pembicaraan dengan para tokoh kota Basrah. Ketiganya mengharapkan sokongan dan bantuan dari para tokoh kota Basrah itu. Demi mendengar ini, para tokoh kota Basrah itu bukannya memberikan bantuan dan dukungan, malah mereka memperolok-olokan ketiganya. ‘Aisyah, Thalhah, dan Zubayr akhirnya kembali ke perkemahan mereka dengan rasa malu.

Akhirnya………beberapa orang diantara mereka berhasil memasuki kota Basrah ketika orang-orang disana sedang melansungkan shalat berjama’ah, Pasukan pemberontak itu berhasil menangkap gubernur kota Basrah yang ditunjuk oleh Imam Ali yaitu Utsman bin Huneif. Mereka berhasil menangkap gubernur kota itu setelah terlebih dahulu membunuhi sekitar 40 orang pengawalnya. Pertempuran pecah di dalam kota dan banyak sekali para pengikut Imam Ali terbunuh …….. dan akhirnya pasukan pemberontak yang dipimpin oleh ‘Aisyah berhasil menguasai kota Basrah. Gubernur kota Basrah itu disiksa pasukan pemberontak dengan dicabuti alis, kumis dan janggutnya; dicabuti bulunya satu per satu sebelum akhirnya meninggalkan kota Basrah.

Ketika seluruh kejadian itu berlangsung, Imam Ali telah menerima informasi tentang rencana ‘Aisyah dari Ummu Salamah. Pada saat yang hampir bersamaan berita dari kota Mekah dan Basrah juga sampai ke telinga Imam Ali.

Imam Ali cepat-cepat membuat rencana untuk pergi ke kota Basrah akan tetapi ia hanya bisa mengumpulkan 900 orang saja. Itupun dengan susah payah. Ini disebabkan karena mereka enggan untuk bertempur melawan ‘Aisyah yang pernah menjadi isteri Nabi. Ia dianggap sebagai ibunya orang-orang beriman. ‘Aisyah memiliki keutamaan tertentu yaitu sebagai janda Rasulullah. Alasan lainnya ialah hasutan dari Mu’awiyyah yang berhasil menipu rakyat dengan membisikan dan meyakinkan mereka bahwa Imam Ali memang orang yang terlibat dalam pembunuhan Utsman bin Affan (padahal Utsman bin Affan dibunuh beramai-ramai oleh umat Islam. LIHAT: 



Di kota Kufah, Imam Hasan berhasil menggalang 9,000 orang dan satuan-satuan pasukan yang lainnya akan tiba kemudian semuanya akan bergabung dengan Imam Ali di kamp pasukan Imam Ali di Zhi-Q’ar. Pada saat yang sama, Utsman bin Huneif tiba di sana dengan berita baru dari kota Basrah. Imam Ali tersenyum ketika melihat keadaan Utsman bin Huneif. Imam Ali berkata kepadanya, “Aku tinggalkan engkau dalam keadaan tua; dan engkau kembali dalam keadaan muda tanpa janggut.”

Imam Ali menulis surat kepada ‘Aisyah, Thalhah dan Zubayr untuk memperingatkan mereka bahwa mereka telah mengambil langkah yang teramat keliru. Akan tetapi kata-kata Imam Ali tidak dipedulikan oleh mereka. Akhirnya Imam Ali pergi menuju kota Basrah dengan membawa pasukan besar berjumlah 20,000 orang.

‘Aisyah sendiri pasukannya telah membengkak menjadi 30,000 orang akan tetapi hampir kebanyakan dari mereka ialah orang-orang yang sengaja direkrut dengan iming-iming akan diberi harta pampasan perang. Sementara pasukan Imam Ali sendiri terdiri dari orang-orang yang pernah berperang sebelumnya ketika membela Islam di bawah komando Rasulullah.

Setibanya di kota Basrah, pasukan Imam Ali yang membentuk formasi yang besar membuat ‘Aisyah ciut nyalinya; juga teman sekongkolnya Thalhah dan Zubayr keduanya dipenuhi perasaan yang sangat takut melihat Imam Ali. Imam Ali mendatangi keduanya (Thalhah dan Zubayr) dan berbicara panjang lebar. Imam Ali bernegosiasi dengan mereka untuk menempuh jalan damai saja karena itu lebih bermanfaat bagi semuanya. Imam Ali mencoba mengingatkan mereka akan hadits Rasulullah bahwa keduanya nanti akan memerangi Imam Ali dan pada waktu itu keduanya ada di dalam pasukan yang dzalim. Keduanya mengakui bahwa mereka pernah mendengar hal itu langsung dari Rasulullah. Zubayr sendiri merasa malu sekali akan perbuatannya dan kemudian ia langsung meninggalkan Imam Ali saking merasa malunya. Sementara itu Thalhah masih ragu-ragu. ‘Aisyah mendadak murka melihat keduanya seperti itu dan ia memerintahkan sebuah serangan pada malam hari untuk membatalkan peluang jalan damai.

Pada keesokan harinya, ‘Aisyah kembali menunggangi untanya, Al-Askar. Ia memerintahkan pasukannya untuk mempersiapkan diri untuk memulai pertempuran. Akhirnya pertempuran yang direncanakan oleh ‘Aisyah pecah juga. Perang itu dikenal sebagai perang unta dalam sejarah Islam karena pada waktu itu ‘Aisyah memimpin pasukan perangnya di atas seekor unta. Meskipun pasukan Imam Ali kalah dalam jumlah, akan tetapi pasukan Imam Ali terlalu terampil dan berpengalaman untuk dikalahkan oleh pasukan ‘Aisyah yang terdiri dari para petualang yang ingin mendapatkan harta jarahan dalam perang. Segera saja tampak kemenangan sudah menghampiri pasukan Imam Ali. Thalhah terluka dan kemudian ia meninggal dunia. ‘Aisyah diturunkan oleh Imam Ali dari untanya setelah keempat kaki unta itu dipotong sekali tebas oleh Imam Ali. Kemudian Imam Ali memerintahkan Muhammad bin Abu Bakar (adiknya ‘Aisyah) untuk mengurus kakaknya dan memperlakukannya dengan penuh kemuliaan sesuai dengan perintah Imam Ali.  

Setelah itu…………… setelah perang berakhir……..Imam Ali mengumumkan kepada seluruh pasukan pemberontak bahwa semuanya diberikan pengampunan (amnesti).

Rencana perang ‘Aisyah berakhir tanpa hasil………….dan 10,000 orang mati karena perbuatan ‘Aisyah yang dilatari perasaan dengki dan iri hati melihat orang yang dibencinya menjadi khalifah kaum Muslimin. Dalam peperangan ini, Imam Ali mencegah pasukannya agar mereka tidak mengambil harta pampasan perang. Seluruh barang milik mereka yang meninggal dalam perang atau milik orang yang berperang itu seluruhnya dikumpulkan di sebuah mesjid kota Basrah. Orang yang merasa bahwa barang itu miliknya boleh mengambilnya.
 

taken and freely translated from.................

Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta