HIZBULLAH LIBANON: KEKUATAN KECIL PENGHANCUR ADIDAYA

TULISAN DARI AL-USTADZ MIFTAH F. RAKHMAT (Bahtera/Maret 2004/61—63)

Dunia terhenyak. Layar televisi menampilkan peristiwa besar itu tanpa kata-kata. Perlahan-lahan, dengan teratur dan khidmat, rombongan tank dan tentara Israel bergerak mundur dari Libanon. 26 Mei 2000, Israel mengibarkan bendera putih, menyatakan menyerah kalah setelah peperangan yang berlangsung bertahun-tahun. Pasukan Hizbullah, di sisi lain, merayakan kemenangan itu dalam tangis kebahagiaan, yang tidak tampak di layar kaca, tidak terbaca di media, adalah fakta-fakta sejarah, yang akan selalu menghiasi lembaran emas kemenangan Hizbullah Libanon atas Israel.

Seluruh dunia Islam dibuat kagum. Janji Allah terlaksana sudah. Kemenangan itu akhirnya datang juga. Israel, yang didukung kekuatan adidaya, dibantu kecanggihan teknologi, dilengkapi dengan persenjataan mutakhir, akhirnya bertekuk lutut di hadapan sekelompok pasukan yang hanya dipersenjatai dengan iman dan kecintaan pada kesyahidan. Hizbullah, dengan senjata rakitan sendiri, dan meriam seadanya ternyata mampu bertahan melawan pasukan zionis Israel. Betapa banyak kelompok kecil yang menaklukan kelompok besar atas izin Allah.

Sejarah kemudian mencatat nama-nama besar yang mengubah sejarah. Di antaranya, Syekh Raghib al-Harb, Sayyid Abbas Musawi, Sayyid Musa Sadr, Sayyid Hasan Nashrullah, dan Sayyid Husain Fadhlullah. Dua yang disebut pertama telah bergabung bersama kafilah suci para syuhada (pada waktu tulisan ini dibuat Sayyid Husain Fadhlullah masih hidup—red). Sayyid Musa Shadr, pemimpin pergerakan Syi’ah Libanon yang menghilang di Libya pada 1978, adalah awal dari sejarah panjang perjuangan pembebasan ini. Dalam salah satu ceramahnya di Ba’albak pada tahun 1974, setahun sebelum perang sipil dimulai, Sayyid Musa Shadr berkata:

“Wahai kalian yang diberi kekuasaan, tidakkah kalian malu tidak jauh dari rumah kalian, bertebaran rumah-rumah yang tidak layak dihuni manusia!”

Sayyid Musa Shadr pun mendirikan sebuah gerakan yang disebut dengan AMAL, bahasa Arab untuk "HARAPAN”. Bangsa Arab Libanon pun mulai bergerak untuk mewujudkan harapan-harapan mereka. Sayyid Musa Shadr menarik banyak pengikut.

Lima tahun sesudah Sayyid Musa Shadr menghilang (diduga diculik oleh agen-agen zionis) di Libya, tokoh lain muncul dalam perjuangan umat Islam Libanon, dialah Sheikh Raghib al-Harb. Sheikh Harb—yang menurut Judith Miller, wartawati New York Times, peliput senior masalah Timur Tengah—selalu dilindungi oleh orang-orang terlatih dari Iran, mengambil alih posisi Sayyid Musa Shadr di tengah-tengah masyarakat. Pernyataannya yang terkenal menuduh Israel sebagai penyakit kanker yang menggerogoti tanah Arab dan akan segera dihancurkan oleh kekuatan Islam, kekuatan itu kini bernama Hizbullah. Dalam sebuah wawancara, Sheikh Harb mengatakan:

“Kami akan berperang melalui pertahanan rakyat sipil kami”

(Judith Miller, God has ninety nine names, 1997, halaman 255)

Tidak lama sesudah itu, pasukan Israel menangkapnya dan menahannya selama 17 hari. Pada Februari 1984, masyarakat Islam Libanon dikejutkan sebuah berita: Sheikh Raghib al-Harb syahid dibantai rentetan peluru pasukan Israel.

Kepemimpinan pun kemudian diambil alih Sayyid Abbas Musawi. Namun, pada peringatan tahunan kesyahidan Sheikh Raghib al-Harb, mobil yang ditumpangi Sayyid Abbas Musawi sepulang beliau dari acara peringatan itu, hancur lebur diterjang rudal jarak pendek. Sayyid Abbas Musawi beserta beberapa orang pengikutnya, syahid seketika.

Lalu, datanglah Sayyid Hasan Nashrullah. Pria keturunan Rasulullah ini mengambil alih komando Hizbullah. Rakyat Libanon pun bersuka cita. Bukankah sesuai janji Tuhan, kemenangan akan tiba setelah pertolongan Tuhan (Nashrullah) datang? Idza ja’aa nashrullah wa al-fath, apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan (QS. An-Nashr: 1).

Nashrullah, ternyata betul-betul adalah janji Allah yang diturunkan untuk masyarakat Libabon. Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah memukul mundur pasukan Israel dan mengangkat citra Islam di mata dunia. Menurut data, kerugian yang diderita oleh Israel selama peperangan dengan Hizbullah, jauh lebih besar dari kerugian selama seluruh peperangan dengan negara-negara Arab lainnya.

Seperti halnya kisah-kisah perjuangan mujahid Islam, di Libanon pun beredar kisah-kisah indah seputar perjuangan dan para syuhada. Sheikh Nasir Fadi, seorang pemuda Hizbullah, yand ditemui BAHTERA (Majalah yang memuat tulisan ini—red) pada acara International Gathering of the Youth Followers of Ahlulbayt, di Teheran menceritakan salah satu kisah itu:

“Dua hari menjelang Israel menyerah takluk dari Libanon, seorang kawanku diperintahkan Sayyid Hasan Nashrullah untuk menjaga sebuah tempat meriam. Ia pergi seorang diri. Malamnya, ia bermimpi bertemu Sayyidah Fathimah r.a. Di mimpinya itu, Sayyidah Fathimah berkata: pergilah kau, meriam itu aku lindungi. Esoknya, berangkatlah ia. Di tempat yang dituju, ia menunggu perintah lebih lanjut. Sayyid Hasan lalu—lewat walkie talkie yang ia pegang—memerintahkannya memeriksa peluru-peluru meriam yang tersedia. Ia pun memeriksa dan kemudian melemparkannya melalui perbatasan Israel. Seiring dengan lemparan meriam itu, pasukan Hizbullah yang berada di garis depan menerobos terus ke muka. Dentuman itu pun melindungi penetrasi pasukan Hizbullah di tapal batas. Tidak lama, radar Israel yang menangkap sumber meriam itu pun meluncurkan serangan balik. Tidak ayal, meriam tempat kawanku itu diberantas oleh puluhan rudah dan serangan udara. Sejurus serangan itu terhenti, sahabatku keluar dari tempat persembunyiannya. Masya Allah, meriam itu tidak hancur sedikitpun. Demikian terus terjadi, hingga sisa peluru habis dilemparkan ke arah pasukan Israel. Yang menakjubkan, setelah peluru yang dibawanya habis, ia diperintahkan Sayyid Hasan Nashrullah untuk mencari peluru-peluru meriam yang dilemparkan Israel. Sungguh ajaib, peluru-peluru itu utuh terhujam di permukaan bumi. Sahabatku pun melemparkan peluru Israel itu kembali ke wilayah Israel.”

Dan Israel pun bertekuk lutut. Hizbullah kini melangkah pada sesi berikutnya: membangun Libanon yang telah hancur. Upaya itu dilakukan dengan turut serta dalam pemilihan anggota parlemen pada PEMILU yang akan datang. Semoga semangat perjuangan Hizbullah Libanon menjadi inspirasi bagi perjuangan seluruh umat Islam di dunia. (Miftah F. Rakhmat, dari berbagai sumber)

Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta