SURAT AJAKAN UNTUK MASUK ISLAM BAGI PARA RAJA DAN PEMBESAR

Ketenangan yang telah dicapai setelah penandatanganan perjanjian damai Hudaybiah (LIHAT: PERJANJIAN HUDAIBIYAH ADALAH KEMENANGAN BESAR BAGI UMAT ISLAM (Umar Ibn Khattab meragukan Islam pada hari perjanjian Hudaibiyah)) memberikan kesempatan yang luas sekali bagi Rasulullah untuk memperkenalkan dan mengajarkan Islam ke seluruh penjuru jazirah Arab. Dan dari situ mulailah Islam meluas mencapai tempat-tempat yang jauh dan menyentuh semua umat manusia. Rasulullah mengirimkan para utusan dengan beberapa surat kepada para raja dan kaisar seperti Heraclius (Kaisar Byzantium); Khusro Parviz II (Kisra dari Persia); kepada raja-raja Mesir dan Abyssinia; kepada para emir atau pemimpin di Yaman dan Syria. Surat-surat ini masih tersimpan sampai sekarang dan dicatat dalam beberapa kitab sejarah Arab.

Surat kepada Heraclius yang dibawa oleh Dahiyah al-Kalibi isinya sebagai berikut:

Dengan Nama Allah, yang maha-pengasih dan maha-penyayang.

Dari Muhammad, hamba Allah dan UtusanNya, kepada Heraclius, kaisar Romawi. Semoga keselamatan terlimpah kepada dia yang mau mengikuti petunjuk.

Bersama surat ini, saya mengajak anda untuk menerima Islam. Terimalah dan ikutilah Islam semoga anda mendapatkan keberkahan dan Allah akan memberikanmu pahala berlipat ganda. Akan tetapi kalau anda menolak, maka dosa dari rakyat anda akan anda tanggung sendiri.

Wahai pengikut Kitabullah! Sepakatlah dengan perkataan yang sama antara kalian dan aku bahwa kita tidak akan pernah menyembah tuhan lain selain Allah, dan bahwa kita tidak akan menyekutukanNya dengan apapun juga. Sepakatlah bahwa kita tidak akan mengambil masing-masing dari kita sebagai sesembahan lain selain Allah. Akan tetapi kalau mereka tidak mau mengikuti, maka katakanlah bahwa kita ini kaum yang berserah diri.

Heraklius ingin tahu banyak tentang agama yang ditawarkan itu, jagi ia memanggil beberapa orang pedagang Arab yang sedang berdagang dan sampai di Gaza dengan karavan. Abu Sofyan (salah seorang musuh Nabi yang paling kejam) kebetulan adan di dalam kelompok itu; jadi akhirnya ia ditunjuk oleh kafilah dagang itu sebagai juru bicara. Pembicaraan antara keduanya yaitu antara Heraklius dan Abu Sofyan tercatat dalam kitab-kitab hadits. Pembicaraan antara mereka berdua kurang lebih sebagai berikut:

Heraklius: “Apakah keluarga orang yang mengaku nabi ini adalah keluarga yang mulia?”

Abu Sofyan: “Betul. Keluarganya keluarga mulia.”

Heraklius: “Apakah ada orang lain lagi yang mengaku nabi di dalam keluarganya?”

Abu Sofyan: “Tidak”

Heraklius: “Pernahkah ada raja di dalam silsilah keluarganya?”

Abu Sofyan: “Tidak. Belum pernah”

Heraklius: “Apakah orang-orang yang mengikuti agama yang diajarkannya itu orang-orang lemah atau orang-orang yang berpengaruh?”

Abu Sofyan: “Yang mengikutinya ialah orang-orang lemah”

Heraklius: “Apakah pengikutnya makin bertambah atau berkurang?

Abu Sofyan: “Makin bertambah terus menerus”

Heraklius: “Apakah engkau pernah mendapati dia berkata dusta atau bohong?”

Abu Sofyan: “Tidak. Tidak pernah sama sekali”

Heraklius: “Apakah ia pernah melanggar suatu perjanjian dalam bentuk apapun?”

Abu Sofyan: “Ia tidak pernah melakukannya sejauh ini, akan tetapi kami ingin tahu apakah ia akan tetap mematuhi perjanjian yang baru kami sepakati dengannya”

Heraklius: “Apakah kalian pernah memeranginya?”

Abu Sofyan: “Betul. Kami pernah memeranginya”

Heraklius: “Siapa yang menang?”

Abu Sofyan: “Kadang-kadang kami yang menang; kadang-kadang ia yang menang”

Heraklius: “Apa yang ia ajarkan?”

Abu Sofyan: “Ia meminta orang-orang untuk menyembah satu Tuhan dan tidak menyembah yang lain selainNya; ia mengajarkan shalat, berkata jujur dan mensucikan diri, juga mengajarkan kami untuk membayar zakat”

Heraklius menyimpulkan pembicaraan mereka:

“Kau mengatakan bahwa orang ini berasal dari keluarga yang mulia. Para Nabi senantiasa datang dari keluarga yang mulia. Engkau mengatakan bahwa tidak ada orang lain di dalam keluarganya yang pernah mengaku sebagai nabi. Kalau saja ada, maka aku mengira bahwa ia terpengaruh oleh keluarganya saja. Engkau mengatakan bahwa tidak ada seorangpun dari kakek moyangnya yang menjadi seorang raja. Kalau saja ada, maka saya berpendapat ia mengaku nabi itu untuk mendapatkan kekuasaan agar kelak ia menjadi raja. Engkau mengakui bahwa ia tidak pernah berdusta atau berkata bohong. Orang yang tidak pernah berkata bohong kepada manusia, maka ia tidak akan pernah berkata dusta tentang Tuhan. Engkau berkata bahwa orang-orang miskin dan lemah senantiasa mengikuti ajarannya. Orang-orang yang pertama kali yang mengikuti seorang nabi biasanya orang-orang yang memang berasal dari kelompok orang-orang miskin. Engkau juga berkata bahwa para pengikutnya makin bertambah. Ini memang ciri-ciri agama yang benar. Engkau mengatakan bahwa ia tidak pernah melanggar perjanjian; ia tidak pernah berbuat curang. Maka ketahuilah bahwa para nabi memang tidak pernah berbuat curang atau melanggar perjanjian. Engkau terakhir mengatakan bahwa ia mengajarkan kalian untuk melakukan shalat dan mensucikan diri serta beramal baik. Apabila ini memang benar, maka ini sesuai dengan yang aku perkirakan. Aku berpendapat bahwa seorang nabi memang akan datang, akan tetapi aku tidak mengira bahwa ia akan lahir di Arab. Seandainya aku bisa datang kesana, maka aku akan berkunjung dan menemuinya”

 

Abu Sofyan terpaksa berkata jujur di hadapan kaisar Heraklius karena kalau tidak maka perkataannya akan berbeda dengan perkataan orang-orang lain yang ada di kafilah yang sama. Dan kalau anggota kafilah yang lain ditanya dan memberikan jawaban yang berlainan, maka akan celakalah Abu Sofyan.

 

Abu Sofyan terpaksa berkata jujur walaupun itu perbuatan yang jarang ia lakukan……..

Perwakilan atau utusan yang dikirimkan oleh Rasulullah untuk menemui Khusro Parviz ternyata mendapatkan jawaban yang berbeda dengan yang diberikan oleh Heraklius. Khusro Parviz sangat murka sekali ketika membaca surat itu dimana seorang rakyat biasa menulis surat kepadanya dan memintanya (sebagai seorang kaisar dari negara besar) untuk patuh dan mengikuti apa-apa yang dituliskan di surat itu. Sang kaisar murka dan merobek-robek surat itu hingga berkeping-keping. Kisra atau kaisar itu memerintahkan gubernur Yaman untuk menangkap orang yang mengaku sebagai nabi itu dan membawanya ke pengadilan. Ketika para utusan itu sampai ke kota Madinah dan meminta Rasulullah untuk mematuhi perintah Kisra, maka Rasulullah menjawab, “Pergilah kembali kepada Kisra dan katakan kepadanya bahwa kekuasaan Islam itu akan mencapai kerajaan Kisra suatu saat.” Tidak berapa lama—hanya selang beberapa tahun, ramalan dari Rasulullah ini terbukti.

Sedangkan utusan yang datang menemui Harits, kepala suku dari Ghassan yang sedang berkuasa di Syria dihukum mati. Ini akhirnya memicu ketegangan antara kaum Muslimin dengan kaum Nasrani (Kristen) yang akhirnya menyebabkan perang Mu’tah dan ekspedisi perang Tabuk.

Rasulullah mengirimkan seorang utusan juga kepada al-Mundhir—orang Iran yang nantinya akan menjadi Gubernur di Bahrain. Surat yang dibawanya itu berbunyi:

Dengan Nama Allah yang maha-pengasih dan maha-penyayang.

Dari Muhammad Rasulullah kepada al-Mundhir putera dari Sawa, semoga kedamaian senantiasa beserta anda. Segala puji bagi Allah yang tidak ada tuhan selain Dia. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Dan sekarang aku mengingatkanmu akan Allah, yang maha-perkasa dan maha agung.

Barangsiapa yang mendapatkan peringatan maka terimalah itu untuk kebaikannya, dan barangsiapa yang menerima utusanku dan mengikuti setiap perintahnya maka ia harus setia dan patuh kepadaku. Barangsiapa yang tulus kepada mereka (para utusan itu) maka itu artinya mereka juga tulus kepadaku.

Para utusanku itu telah berbicara yang baik-baik tentang anda. Aku telah menerima perantara dari kalian yang mengatasnamakan rakyat Bahrain. Tinggalkanlah kepada kaum Muslimin setiap perkara sebelum mereka memeluk Islam. Sementara itu aku akan memberikan pengampunan kepada mereka yang telah berbuat salah, anda harus juga mema’afkan mereka. Anda tidak akan dipecat selama anda melakukan kebaikan dan mematuhi aturan. Dan barangsiapa tetap memeluk agama Yahudi, maka mereka diharuskan untuk membayar jizyah (pajak)”

Sementara itu surat yang dikirimkan kepada Negus—raja dari Abyssinia—bunyinya sebagai berikut:

Dengan Nama Allah yang maha-pengasih dan maha-penyayang

Surat ini dari Muhammad ar-Rasulullah kepada Negus, Raja Abyssinia. Semoga kesejahteraan senantia tercurah kepada siapa saja yang mau mengikuti petunjuk. Segala Puji bagi Allah yang tidak ada tuhan lain sisiNya; yang maha-perkasa, yang maha-esa, sang pemelihara kedamaian, pemelihara keyakinan dan pemberi petunjuk kepada setiap insan. Aku bersaksi bahwa Isa putera Maryam itu memang ruh suci dari Allah dan firmanNya yang ia sampaikan ketika Maryam sedang mensucikan dirinya. Dia menciptakan Isa melalui firmanNya seperti Dia menciptakan Adam dahulu kala dengan tanganNya. Dan sekarang aku memanggil kalian menuju Allah yang satu yang tidak punya sekutu di sampingnya. Aku memanggilmu dalam persaudaraan karena Allah. Ikutilah aku dan percayalah kepada apa-apa yang telah diwahyukan kepadaku karena aku ini adalah Utusan Allah. Aku mengundang anda dan juga kaum anda untuk menyembah Allah, Tuhan yang maha-perkasa, maha-agung. Aku telah menyampaikan pesan kepada anda, dan terserah anda apakah anda akan menerimanya atau tidak. Sekali lagi, kesejahteraan  atas dia yang senantiasa mengikuti petunjuk.

Seorang utusan lagi dikirimkan untuk Muqauqis—yang kelak kemudian hari menjadi raja muda Romawi yang menguasai Mesir, Suratnya adalah sebagai berikut:

Dengan nama Allah yang maha-pengasih, maha-penyayang.

Surat ini dari Muhammad, utusan Allah kepada Muqauqis, kepala suku dari Kopti. Salam sejahtera bagi siapa saja yang mengikuti petunjukNya. Aku mengundang anda untuk menerima pesan Islam. Terimalah pesan itu dan anda akan sejahtera. Akan tetapi kalau anda berpaling, maka anda akan terjatuh kedalam lembah dosa. Wahai ahli kitab! Sepakatilah diantara kita bahwa kita tidak akan menyembah tuhan lain selain Allah dan kita tidak akan menyekutukan DIA dengan segala sesuatu dan tidak ada diantara kita yang mengangkat tuhan lain selain DIA. Dan apabila ada yang berpaling, maka katakanlah: Kami bersaksi bahwa kami adalah orang yang berserah diri.

Ada sekitar 6 buah surat dari Rasulullah yang isinya mengundang para raja dan pembesar atau gubernur untuk memeluk Islam; dan surat-surat itu masih tersimpan dengan rapi hingga sekarang. Dokumen bersejarah ini menunjukkan keluruhan budi, keutamaan akhlak, sifat pemaaf dan kasih sayang yang dimiliki oleh Rasulullah terhadap semua insan—baik itu yang mau menerima Islam ataupun tidak. Surat-surat itu juga menunjukkan kegigihan Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam.

Para pembesar itu diajak untuk memeluk Islam dengan cara yang sangat santun dan bijak—jauh berbeda dengan apa yang senantiasa dilakukan oleh para ulama atau ustadz kita belakangan ini yang selalu menggunakan kekerasan dalam mengajak orang-orang untuk masuk Islam—apalagi kepada orang-orang yang menurut mereka telah mengikuti aliran sesat. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang baik dan luhur tapi tetap sangat efektif untuk mengajak orang masuk Islam hingga orang yang menerima surat itu merasa diperlakukan secara hormat dan tersanjung dan pada akhirnya mau masuk Islam dengan suka rela.

Seharusnya cara mengundang orang masuk Islam seperti yang dilakukan oleh Rasulullah itu ditiru oleh umatnya sekarang ini………………………………..

Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta