Derita cucu Nabi yang dibunuh sahabat Nabi

Oleh: Ali Jamaleddine

oppressed_grandson_prophet_jamaleddine_small

KEDZALIMAN TERHADAP AL-MUJTABA TAK BERAKHIR WALAU IA SUDAH SYAHID

Rasulullah dan Ahlul Bayt suci Nabi (shalawat dan salah tercurah kepada mereka semua) telah mengalami sejumlah kesulitan hidup dan kesengsaraan dalam tugas dakwah Islam dan penyampaian pesan-pesan kemanusiaan. Ketika kita memasuki bulan Safar, segera ingatan kita kembali kepada sebuah peristiwa yang memilukan hati. Kita segera teringat kembali kepada kejadian dimana para sahabat Nabi memperlakukan cucu Nabi dengan sangat tega. Imam Hasan al-Mujtaba (as) menjadi sasaran kedengkian dan dendam yang tidak terkira. Imam Hasan (as) sudah merasakan penderitaan pada usia yang masih teramat muda dengan melihat ibunya yang tercinta—Fathimah az-Zahra (as)—diserang, dilukai, dan kemudian menemui kesyahidannya setelah menderita luka-luka yang sangat serius. Cucu Nabi yang terkasih itu juga harus melihat hak ayahnya—Imam Ali (as)—dirampas oleh rezim yang berkuasa sepeninggal kakeknya (Rasulullah SAW). Penderitaannya berlanjut ketika ia harus menyaksikan ayahnya juga syahid di mesjid Kufah. Pada saat kesyahidan Imam Ali (as)-lah, Imamah dilanjutkan olehnya; akan tetapi penderitaan yang diderita olehnya malah terus bertambah dan akhirnya berakhir 10 tahun kemudian dengan kesyahidan dirinya. Dan sejak hari kesyahidannya hingga detik ini, Imam Hasan (as) tetap harus menderita. Ia sekarang menjadi korban para sejarawan; pemerintah yang dzalim; dan kebudayaan keliru yang sudah mendarah daging.


KESALAHAN MEDIA DAN TUDUHAN YANG KEJI

Imam Hasan (as) beratus-ratus tahun menderita oleh media yang dikuasai oleh keluarga Bani Umayyah yang memerintah dunia Islam dengan kekejaman. Kabar-kabar burung disebarluaskan lewat-lewat mimbar-mimbar mesjid. Isu-isu miring dihembuskan di sekitar penyerahan kekuasaan dari Imam Hasan (as) ke Mu’awiyah. Mereka menyebarkan pendapat miring setelah Imam Hasan (as) berperang melawan Mu’awiyah dan para tentara bayarannya; dan kemudian dikatakan menyerah takluk serta mencari kesepakatan damai dengan Mu’awiyah agar nyawanya selamat. Media yang dikuasai dan dikendalikan oleh Mu’awiyah—sebagai penguasa dari Bani Umayyah—bahkan bertindak lebih jauh lagi sampai mendiskreditkan figur Imam Hasan (as) yang mulia. 

Buku-buku sejarah—yang tentu saja dipengaruhi oleh propaganda media Bani Umayyah—menggambarkan Imam Hasan (as)—cucu terkasih Rasulullah; pemimpin pemuda di surga—sebagai seorang laki-laki yang senang menikah dan bercerai. Bani Umayyah menggambarkan Imam Hasan (as) sebagai orang yang suka berfoya-foya dan hidup dalam gemerlap dunia; dan beberapa sejarawan lainnya malah menuduh Imam Hasan (as) menjual Imamah dan kepemimpinan kepada Mu’awiyah karena ia lebih mementingkan kesenangan dunia!!! 

Tentu saja semua tuduhan (atau lebih tepatnya fitnahan) tidak benar sama sekali. Semua fitnah itu dulunya ditujukan untuk menggerus kemuliaan dan keagungan dari Imam Hasan (as) di mata masyarakat. Ketika Imam Hasan (as) masih hidup, fitnah itu berkembang begitu masif-nya hingga banyak orang yang menganggap bahwa Imam Hasan (as) telah membuat malu orang-orang yang beriman. Sayangnya fitnahan ini masih tetap diyakini orang sebagai kebenaran karena sudah tertulis di dalam berbagai buku sejarah. Imam Hasan (as) rupanya harus menderita lebih lama lagi. 14 abad sudah berlalu ……. Sang Imam tetap harus menderita. 


MUSUH TERSEMBUNYI

Imam Hasan (as) juga menderita dari kekejaman yang dilakukan oleh musuh tersembunyi. Musuh tersembunyi adalah musuh yang tidak berhadapan langsung dengan sang Imam akan tetapi terus menerus menyerang sang Imam. Musuh tersembunyi yang pertama asalnya adalah media Bani Umayyah. Sementara di sisi lain, ada musuh lainnya yang juga sama bahayanya karena sama-sama tersembunyinya. Musuh tersembunyi yang dimaksud adalah emas dan perak; selain itu musuh lainnya ialah para sahabat Nabi yang masih hidup akan tetapi lemah imannya. 

Semangat para pengikut Imam Hasan (as) itu sudah terguncang, dan penderitaan yang mereka pikul dengan cepat menggerus kesetiaan mereka. Pasukan Imam Hasan (as) sudah mulai mempertanyakan perang yang mereka lakukan dengan Mu’awiyah. Mu’awiyah menggunakan kesempatan itu untuk menggoda mereka yang sudah berbai’at kepada Imam Hasan (as) agar mau bergabung dengan dirinya. Emas dan perak digunakan sebagai pancingan yang dasyhat. Banyak sekali para pengikut Imam Hasan (as) yang akhirnya beralih menjadi pengikut Mu’awiyah—dan itu termasuk para komandan perangnya yang seharusnya menjadi teladan yang baik. 

Melihat para sahabat Nabi (yang menjadi pengikut Imam Hasan) dan para pengikutnya satu persatu bergabung dengan Mu’awiyah, Imam Hasan (as) menjadi sangat terasing dan kesepian di kampung halamannya sendiri. Imam Hasan (as) tidak lagi berperang melawan musuh yang jelas. Bergabungnya para sahabat Nabi dan para pengikut dirinya ke pihak musuh, membuat Imam Hasan (as) merasa sangat terpukul. Itu jauh lebih menyakitkan daripada serangan yang dilancarkan langsung oleh Mu’awiyah. 


KISAH RACUN MEMATIKAN

Mu’awiyah belum merasa cukup. Ia ingin benar-benar melenyapkan Imam Hasan (as); Mu’awiyah ingin menyelewengkan gambaran Imam Hasan (as) yang penuh dengan kemuliaan digantikan dengan gambaran lain yang sudah dikotori oleh rezim Bani Umayyah. Di jaman sekarang ini, kalau ada percobaan pembunuhan dengan racun satu kali saja dan kemudian gagal, maka itu akan menjadi pembicaraan dimana-mana. Itu akan menjadi berita yang menggemparkan dunia. Akan tetapi pada jaman itu, percobaan pembunuhan terhadap Imam Hasan (as) itu berlangsung beberapa kali dan menemui kegagalan. Selain itu Imam Hasan (as)  juga seringkali diserang secara fisik dan mengalami luka-luka diantaranya cukup serius. Satu usaha pembunuhan disusul usaha pembunuhan lainnya semuanya menemui kegagalan hingga akhirnya…..sang Imam menemui kesyahidan setelah sebuah racun yang sangat mematikan merusak hatinya dan membuatnya muntah-muntah hebat dan sebagian dari hatinya termuntahkan keluar bersama muntahnya. Ia menemui kesyahidan setelah beberapa kali usaha pembunuhan yang tidak berhasil. 


TEMAN TERDEKATNYA

Melihat para sahabat Nabi yang menjadi pengikutnya serta melihat para sahabatnya sendiri satu persatu meninggalkannya memang menyakitkan hati. Akan tetapi ada yang jauh lebih menyakitkan hatinya lagi. Orang yang paling dekat dengan dirinya adalah orang yang meracuninya hingga menemui kematian!!! Imam Hasan (as) diracuni oleh istrinya sendiri yang bernama Ja’dah binti Al-Asy’ats. Dialah yang memberikan racun kepada Imam Hasan (as) setelah ia diberi iming-iming oleh Mu’awiyah dengan sejumlah uang dan gelar kehormatan. Menurut beberapa laporan, Mu’awiyah juga memberikan janji akan menikahkan Ja’dah dengan putera mahkotanya yaitu Yazid bin Mu’awiyah. Ja’dah binti Asy’ats sendiri adalah  puteri dari Ummi Farwa. Ummi Farwa sendiri adalah saudari dari Abu Bakar. Jadi Ju’dah itu keponakan dari Abu Bakar. Ia membunuh Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi. Jadi cucu Nabi dibunuh oleh cucu Abu Bakar. Yang menarik ialah JA’DAH BINTI ASY’ATS itu adalah istri dari Hasan bin Ali, Jadi Hasan bin Ali bin Abi Thalib—cucu Nabi—dibunuh oleh istrinya sendiri. (LIHAT: SEJARAH MENCATAT PERSETERUAN ANTARA KELUARGA ABU BAKAR vs KELUARGA FATHIMAH BINTI MUHAMMAD, PUTERI NABI). Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).”(QS. Ar-Rahman: 60), akan tetapi kebaikan Imam Hasan (as) yang dilakukan kepada setiap orang—terutama kepada istrinya, tentunya—dibalas dengan kejahatan berupa racun mematikan!!!


IMAM HASAN (AS) DIBUNUH ISTRINYA ATAS PERINTAH SEORANG SAHABAT NABI YANG SEKARANG NAMANYA HARUS DI KALANGAN SEBAGIAN BESAR KAUM MUSLIMIN!!!

DIJAUHKAN DARI KAKEKNYA SETELAH KESYAHIDANNYA

Dalam berbagi riwayat disebutkan bahwa Imam Hasan (as) itu berwasiat bahwa kelak kalau sudah meninggal beliau ingin dikebumikan disamping pusara kakeknya—Rasulullah (SAW). Dalam beberapa riwayat yang lainnya, beliau meminta jenazahnya dibawa ke pusara kakeknya dulu sebelum dikebumikan untuk menghormati kakeknya yang sangat ia cintai. Akan tetapi kedua wasiat itu ditentang oleh kelompok Bani Umayyah. Padahal itu hanya permintaan yang sangat wajar dari seorang cucu terhadap kakeknya. Tidak ada sesuatu yang melanggar syari’ah manapun.


HUJAN PANAH DI PEMAKAMAN

Kelompok Bani Umayyah tidak berpuas diri walaupun Imam Hasan (as) sudah tiada. Di pemakaman cucu Nabi itu, kelompok Bani Umayyah—yang tentu saja sebagian besar ialah para sahabat Nabi ketika Nabi masih hidup—menyerang upacara pemakaman itu. Mereka menembakkan puluhan anak panah ke peti mati Imam Hasan (as). Tidak kurang dari 70 anak panah tepat mengenai sasaran!!! Inilah perlakuan orang-orang yang mengaku Muslim dan notabene masih para sahabat Nabi kepada seorang Muslim lainnya yang sangat dicintai Nabi; yang ketika hidupnya Nabi pernah menyebutnya sebagai “hiasan mataku”. 


KUBURANNYA PUN BEBERAPA KALI DIRUSAK

Bahkan setelah Imam Hasan (as) dikuburkan, kuburannya pun tetap menjadi sasaran kebencian dan dendam tak berkesudahan. Pada tahun 1221H, kaum Wahabi meluluh-lantakkan kuburan di Jannat al-Baqi—Madinah—termasuk kuburan dari Imam Hasan (as).

Setelah kuburan itu diperbaiki oleh orang-orang yang peduli , pada tahun 1335H, kembali kaum Wahabi menyerang kembali kuburan Imam Hasan (as) hingga rata dengan tanah. Kerusakan itu tidak lagi diperbaiki hingga sekarang karena yang memerintah di jazirah Arab (Arab Saudi) adalah tidak lain dari orang-orang Wahabi. Dan mereka masih merasa kurang sempurna dalam mendzalimi cucu Nabi. Mereka melarang para peziarah yang mencintai cucu Nabi ini datang dan menjenguk kuburannya. Mereka menutup-nutupi pelarangan itu dibalik kata-kata bahwa mereka “mencegah orang berbuat kemusyrikan”. 

Ya, Abu Muhammad, Ya Hasan Putera Ali,
Wahai dikau yang terpilih Nabi, Wahai sang cucu dari Utusan Illahi,
Engkau pemutus perkara bagi setiap insani
Engkau pemuka dan pemimpin kami

Kepadamu kami hadapkan wajah kami                                                                
Kepadamu kami mencari syafa’at suci                                                                  
Kepadamu kami sampaikan kebutuhan dan ajukan keluhan kami 
Karena lewat dirimu, Allah memberikan kasih dan cinta kepada kami

Belalah kami di hari pengadilan nanti                                                                        
Seperti kami telah bela namamu yang suci
Walau pembelaan dan pemihakkan dari kami
Belumlah sepadan dengan yang kau buat bagi kami, wahai cucu Nabi


Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta