SIAPAKAH AHLUL BAYT NABI ITU MENURUT PARA ISTERI NABI?


 

 
Menarik sekali untuk kita simak bahwa baik itu Sahih Muslim dan Sahih al-Tirmidzi juga kitab-kitab hadits Ahlul Sunnah lainnya semuanya malah memperkuat pandangan kaum Syi’ah tentang Ahlul Bayt Nabi. Di dalam Sahih Muslim, misalnya, ada sebuah bab khusus yang diberi-judul “Bab Keutamaan Para Sahabat”. Di dalam bab itu, ada sebuah bagian yang disebut dengan “Keutamaan Ahlul Bayt Nabi”. Di sana hanya ada SATU HADITS SAJA, dan hadits itu sama sekali tidak menyebutkan tentang para isteri Rasulullah. Hadits yang dimaksud ialah sebuah hadits terkenal yang disebut dengan HADITS MANTEL atau HADITS AL-KISA, dan hadits itu berbunyi sebagai berikut: 
 
Diriwayatkan oleh ‘Aisyah:
“Pada suatu ada suatu hari Nabi (SAW) pergi keluar dengan mengenakan sebuah mantel (atau jubah) berwarna hitam. Kemudian al-Hasan ibn Ali datang dan Nabi memasukkannya kedalam mantel yang sama; kemudian al-Husein datang dan juga masuk kedalam mantel yang sama; kemudian Fathimah datang, dan Nabi memasukkannya kedalam mantel yang sama; kemudian Ali datang dan Rasulullah juga memasukkannya kedalam mantel yang sama. Kemudian Rasulullah membacakan sebuah ayat:
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (kalimat terakhir dari ayat ke-33 surah ke-33).
(LIHAT: Referensi Sunni
• Sahih Muslim, Bab Keutamaan Para Sahabat, bagian Keutamaan Ahlul Bayt Nabi (as), edisi tahun 1980, diterbitkan di Saudi Arabia, Versi Bahasa Arab, volume 4, halaman 1883, Hadits Nomor 61.)
Di bawah ini tulisan khat Arab dari hadits yang kami sebutkan di atas yaitu yang dikutip dari kumpulan hadits Sahih Muslim
 
خرج النبي غداة وعليه مرط مرحل من شعر أسود فجاء الحسن فأدخله معه ، ثم جاء الحسين فأدخله معه ، ثم جاءت فاطمة فأدخلها، ثم جاء علي فأدخله ثم قال: إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

Kita bisa lihat bersama-sama bahwa penulis dari kitab hadits Sahih Muslim ini menyatakan bahwa:
  1. Imam ‘Ali, Fatimah, al-Hasan, dan al-Husein semuanya termasuk kedalam Ahlul-Bayt,
  2. Kalimat pensucian dalam Al-Qur’an itu (ayat terakhir dari QS. Al-Ahzab: 33) diturunkan untuk menggambarkan keutamaan yang dimiliki oleh orang-orang yang disebutkan di atas, dan BUKAN untuk orang-orang yang tidak disebutkan oleh hadits itu. Karena para isteri Nabi tidak disebutkan sama sekali dalam hadits tersebut, maka mereka sama sekali tidak termasuk kedalam Ahlul Bayt Nabi.
Muslim, pengumpul hadits itu dan penulis dari Kitab Sahih Muslim, tidak menuliskan hadits yang lain selain hadits itu di bagian yang ia sebut sebagai “Bagian Keutamaan Ahlul Bayt Nabi”. Apabila si penulis Kitab Sahih Muslim itu percaya dan yakin bahwa para isteri Rasulullah itu termasuk kedalam Ahlul Bayt, maka ia akan menuliskan hadits-hadits tentang itu dalam bagian tersebut—tapi sayang hadits-hadits seperti itu tidak ada sama sekali. 
 
Patut diingat bahwa ‘Aisyah sendiri—sebagai salah satu isteri Rasulullah; sekaligus sebagai penyampai hadits itu—menyebutkan bahwa para anggota Ahlul Bayt itu adalah orang-orang yang disebutkan di dalam hadits tersebut (yaitu Imam Ali, Fathimah, al-Hasan, dan al-Husein alayhimussalam). 
 
Sebuah hadits lainnya yang juga disebut sebagai “Hadits al-Kisa (Mantel)” tertulis di dalam Kitab Sahih Al-Tirmidzi, yang diriwayatkan oleh Umar ibn Abi Salamah—putera dari Ummu Salamah (salah seorang isteri Rasulullah), yang berbunyi sebagai berikut: 
 
Ayat "….Sesungguhnya Allah bermaksud hendak ….” (QS. Al-Ahzab: 33)" diturunkan kepada Rasulullah (SAW) di rumah Ummu Salamah. Pada saat itulah, Rasulullah mengumpulkan Fathimah, al-Hasan, al-Husein, dan menyelimutinya dengan sebuah mantel; dan ia juga menyelimuti Ali yang berada di belakangnya. Kemudian Rasulullah bersabda: “Ya, Allah! Inilah anggota keluargaku (Ahlul Bayt). Jauhkanlah mereka dari setiap kotoran dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. “Ummu Salamah (isteri Rasulullah) bertanya: ‘Apakah aku juga termasuk bagian dari mereka, Ya Rasulullah?’ Rasulullah menjawab: “engkau tetaplah di tempatmu dan engkau termasuk orang yang cenderung kepada kebaikan.’”
(LIHAT: Referensi Sunni: Sahih al-Tirmidzi, volume 5, halaman 351,663)
Berikut adalah teks Arab-nya dari hadits yang kami sampaikan di atas yaitu hadits yang dituliskan di dalam Sahih al-Tirmidzi
 
نزلت هذه الآية على النبي "إنَّما يريدُ اللهَ...”في بيت أُم سلمه فدعا النبي فاطمه و حسناً و حسيناً فجعلهم بكسائه و علي خلف ظهره ثم قال: ألَّلهم هؤلاء أهل بيتي فاْذهب عنهم الرجس و طهرهم تطهيراً. قالت أمُّ سلمه: و أنا معهم يا نبي الله؟ قال أنتِ على مكانك و أنتِ إلى خير.

Seperti yang kita lihat, al-Tirmidzi juga menyatakan bahwa Imam Ali, Fathimah, al-Hasan, dan al-Husein itu adalah Ahlul Bayt Nabi, dan ayat pensucian yang terdapat di dalam Al-Qur’an (kalimat terakhir dalam ayat QS. Al-Ahzab: 33) itu diturunkan sebagai bentuk maklumat atas keutamaan dari orang-orang yang dimaksud dalam hadits-hadits itu. Jadi sekali lagi, para isteri Nabi TIDAK TERMASUK kedalam anggota Ahlul Bayt Nabi. Bahkan di dalam hadits-hadits sahih tersebut di atas terlihat jelas sekali bahwa Rasulullah-lah yang menyebutkan bahwa para isteri Rasulullah itu tidak termasuk Ahlul Bayt Nabi. Apabila Ummu Salamah (ra) termasuk kedalam Ahlul Bayt Nabi, maka Rasulullah (SAW) sendiri akan memasukkannya. Akan tetapi dalam hadits itu sendiri Rasulullah (SAW) malah bersabda bahwa Ummu Salamah hendaknya tetap di tempatnya dan tidak masuk kedalam selimut atau mantel yang menutupi para Ahlul Bayt Nabi. Rasulullah tidak memasukkan Ummu Salamah kedalam mantel yang sama dengan para anggota Ahlul Bayt lainnya. Ummu Salamah tetap berada di luar mantel itu ketika Rasulullah berdoa untuk para Ahlul Bayt yang ada di dalam mantelnya. 
 
Patut untuk kita sebutkan di sini bahwa Rasulullah TIDAK PERNAH BERSABDA:
“Inilah sebagian dari keluargaku (Ahlul Baytku).” Tapi beliau malah bersabda: “Inilah keluargaku (Ahlul Baytku).” Karena tidak ada lagi anggota Ahlul Bayt lainnya yang hidup di jaman itu. Juga catat bahwa Ummu Salamah (ra) yang merupakan salah satu isteri Rasulullah yang salehah adalah tidak lain dari orang yang meriwayatkan hadits sahih tersebut. Ia menyampaikan hadits itu kepada puteranya dan memberikan kesaksian tentang siapakah yang dimaksud dengan Ahlul Bayt Nabi itu.
Di dalam hadits al-Hakim, terdapat perbincangan antara Nabi dan Ummu Salamah sebagai berikut: 
 
Ummu Salamah berkata: “Ya, Rasulullah! Bukankah saya ini anggota keluargamu juga?” Rasulullah menjawab “Engkau memiliki masa depan yang baik akan tetapi keluargaku HANYA ini saja. Ya, Allah! Anggota keluargaku lebih layak bagimu.”
(LIHAT: Referensi Sunni: al-Mustadrak, oleh al-Hakim, volume 2, halaman 416)
Al-Suyuti dan Ibn al-Atsir melaporkan bahwa hadits itu kata-kata terakhirnya berbunyi sebagai berikut: 
 
“Ummu Salam berkata kepada Nabi: “Apakah aku termasuk salah seorang dari mereka?” Nabi menjawab: “Tidak. Engkau tidak termasuk. Tetapi engkau memiliki kedudukan yang istimewa dan masa depan dirimu baik sekali.”
(LIHAT: Referensi Sunni:
Usdul Ghabah, oleh Ibn al-Atsir, volume 2, halaman 289
Tafsir al-Durr al-Mantsur, oleh al-Suyuti, volume 5, halaman 198)

Dalam al-Tabari juga bisa kita lihat Ummu Salamah berkata seperti berikut ini:
“Aku berkata, “Ya, Rasulullah! Apakah aku ini termasuk salah satu dari Ahlul Bayt Nabi?” Aku bersumpah demi Dia yang maha tinggi bahwa Rasulullah TIDAK memberi aku kesempatan dan ia bersabda: “Tapi engkau memiliki masa depan yang sangat baik.”
(LIHAT: Referensi Sunni: Tafsir al-Tabari, volume 22, halaman 7 di dalam bagian tafsir dari ayat QS. Al-Ahzab: 33)
 



 
Selain Sahih Muslim dan Sahih al-Tirmidzi yang kami kutip haditsnya yaitu “Hadits Al-Kisa (mantel)”—yang masing-masing diriwayatkan oleh ‘Aisyah dan Ummu Salamah—berikut ini ada referensi lainnya dari kumpulan hadits-hadits Ahlu Sunnah yang meriwayatkan kedua hadits itu: 
 
1. Musnad Ahmad Ibn Hanbal, volume 6, halaman 323, 292, 298; volume 1, halaman 330-331; volume 3, halaman 252; volume 4, halaman 107 dari Abu Sa’id al-Khudri
2. Fadha’il al-Sahaba, oleh Ahmad Ibn Hanbal, volume 2, halaman 578, Hadits #978
3. al-Mustadrak, oleh al-Hakim, volume 2, halaman 416 (dua hadits) dari Ibn Abi Salama, volume 3, halaman 146-148 (5 hadits), halaman 158, 172
4. al-Khasa’is, oleh an-Nisa’i, halaman 4,8
5. al-Sunan, oleh al-Bayhaqi, diriwayatkan dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah
6. Tafsir al-Kabir, oleh al-Bukhari (penulis kitab Sahih), volume 1, bagian 2, halaman 69
7. Tafsir al-Kabir, oleh Fakhr al-Razi, volume 2, halaman 700 (Istanbul), dari ‘Aisyah
8. Tafsir al-Durr al-Mantsur, oleh al-Suyuti, volume 5, halaman 198, 605 dari Aisha and Umm Salama
9. Tafsir Ibn Jarir al-Tabari, volume 22, halaman 5-8 (dari ‘Aisyah dan Abu Sa’id al-Khudri), halaman 6, 8 (dari Ibn Abi Salama) (10 hadits)
10. Tafsir al-Qurtubi, di dalam bagian tafsir ayat QS. Al-Ahzab: 33 dari Umm Salama
11. Tafsir Ibn Katsir, volume 3, halaman 485 (versi lengkap) dari ‘Aisyah dan Umar Ibn Abi Salama
12. Usdul Ghabah, by Ibn al-Atsir, volume 2, halaman 12; volume 4, halaman 79, diriwayatkan dari Ibn Abi Salama
13. Sawa’iq al-Muhriqah, oleh Ibn Hajar al-Haythami, Bab 11, bagian 1, halaman 221, dari Umm Salama
14. Tarikh, oleh al-Khateeb Baghdadi, volume 10, diriwayatkan dari Ibn Abi Salama
15. Tafsir al-Kashshaf, oleh al-Zamakhshari, volume 1, halaman 193, diriwayatkan dari ‘Aisyah
16. Mushkil al-Athar, oleh al-Tahawi, volume 1, halaman 332-336 (7 buah hadits)
17. Dhakha’ir al-Uqba, oleh Muhibb al-Tabari, halaman 21-26, dari Abu Sa’id Khudri
18. Majma’ al-Zawa’id, oleh al-Haythami, volume 9, halaman 166 (oleh beberapa perawi)
... dan masih banyak lagi ...
 
 
Masih ada lagi satu hadits “Al-Kisa”. Hadits “Al-Kisa” berikut ini berkenaan dengan Safiyya—salah seorang isteri Rasulullah (SAW). Ja’far bin Abi Thalib meriwayatkan: 
 
“Ketika Rasulullah mengetahui bahwa wahyu Allah hendak turun, ia cepat-cepat memberitahu Safiyya (salah seorang isterinya): “Bawakan kepadaku! Bawakan kepadaku!” Safiyya bertanya: “Siapa yang dimaksud, Ya Rasulullah?” Ia menjawab: “Bawakan kepadaku Ahlul Baytku: Ali, Fathimah, al-Hasan, dan al-Husein.” Setelah itu kami menyuruh seseorang untuk memberitahu mereka dan akhirnya mereka datang kepadanya.” 
 
“Kemudian Rasulullah (SAW) membentangkan mantelnya menyelimuti mereka, dan mengangkat kedua tanganya (ke langit) seraya berdo’a: “Ya, Allah! Inilah keluargaku (Aali), berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad. “Dan Allah—pemilik Keagungan dan Kemuliaan—telah mewahyukan: “Sesungguhnya Allah berkehendak untuk mensucikan kalian dari segala ketidak-sucian, hai Ahlul Bayt dan akan mensucikan kalian sesuci-sucinya (QS. Al-Ahzab: 33, kalimat terakhir).” 
 
(LIHAT: Referensi Sunni
al-Mustadrak oleh al-Hakim, Bab “Memahami (keutamaan) Para Sahabat Nabi”, volume 3, halaman 148. Si penulis menuliskanThe author then wrote: "This tradition is authentic (Sahih) based on the criteria of the two Shaikhs (al-Bukhari and Muslim)."
Talkhis of al-Mustadrak, oleh al-Dhahabi, volume 3, halaman 148
Usdul Ghabah, oleh Ibn al-Atsir, volume 3, halaman 33)
Meskipun kebanyakan hadits tentang masalah Ahlul Bayt ini menunjukkan bahwa ayat pensucian itu diturunkan di rumahnya Ummu Salamah (seperti yang sudah didiskusikan di atas), akan tetapi hadits di atas menyiratkan bahwa ayat pensucian itu turun di rumahnya Safiyyah. 
 
Menurut para ulama Sunni terkemuka—termasuk Ibnu Hajar—ayat pensucian itu kemungkinan besar turun beberapa kali. Dalam setiap kesempatan Rasulullah mengulangi lagi perbuatannya—yaitu menyelimuti setiap anggota Ahlul Bayt dengan mantelnya. Dan ini terjadi di depan setiap isterinya dalam kesempatan yang berbeda sehingga kita—dan juga mereka (para isteri Nabi)—tahu benar siapakah yang dimaksud dengan Ahlul Bayt Nabi itu. 
 
 
Testimoni atau kesaksian dari tiga orang isteri Nabi itu (yaitu ‘Aisyah, Ummu Salamah, dan Safiyya) betul-betul tidak lagi menyisakan ruang untuk penafsiran lain tentang siapa yang dimaksud dengan Ahlul Bayt itu. Kita mau tidak mau harus meyakini dan mengimani bahwa anggota keluarga yang dimaksud dengan Ahlul Bayt itu ialah tidak lain melainkan: Nabi Muhammad, Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husein (shalawat senantiasa tercurah untuk mereka semua). 
 
Fakta bahwa jender atau bentuk kata ganti berubah di akhir kalimat dari ayat QS. Al-Ahzab: 33 dari bentuk feminim ke maskulin, itu membuat hampir seluruh ahli tafsir Sunni percaya dan yakin bahwa memang bagian terakhir dari ayat pensucian itu ditujukan untuk Ali, Fathimah, al-Hasan dan al-Husein. Ibnu Hajar al-Haytsami menunjukkan:
“Berdasarkan pendapat mayoritas para ahli tafsir (Sunni), firman Allah yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah bermaksud untuk …. (kalimat terakhir dari surah Al-Ahzab, ayat ke-33)” memang diturunkan untuk Ali, Fathimah, al-Hasan, dan al-Husein, karena penggunaan kata ganti maskulin berupa kata “ANKUM” dan kata-kata selanjutnya.”
(LIHAT: Referensi Sunni: al-Sawa’iq al-Muhriqah, oleh Ibn Hajar, Bab 11, bagian 1, halaman 220)
Meskipun para pengikut Ahlul Bayt Nabi (Syi’ah) memiliki rasa hormat yang tinggi sekali kepada para isteri Nabi saleh (dari beberapa isteri Nabi) seperti Khadijah, Ummu Salamah, Ummu Ayman, dan ….. (semoga Allah meridhoi mereka semua) yang tetap setia dan mengikuti Rasulullah dan Ahlul Bayt-nya—baik selama masa hidup Rasulullah maupun sepeninggalnya—para pengikut Ahlul Bayt tetap tidak memasukkan mereka kedalam kelompok anggota keluarga Ahlul Bayt Nabi karena Rasulullah sendiri secara tegas dan jelas memisahkan mereka. Itu bisa kita lihat dari hadits-hadits sahih baik dari kalangan Sunni maupun kalangan Syi’ah.
 
Ahlul Bayt Nabi memiliki keutamaan khusus yang tidak dimiliki oleh orang-orang lainnya walaupun mereka sangat saleh dan bertakwa. Ahlul Bayt Nabi memiliki ismah (kema’shuman) yang membuat mereka bersih dari dosa, terjaga dari ketidak-sucian dan mereka suci sesuci-sucinya.

Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta