Foto ini diambil oleh the
Islamic Heritage Research Foundation. Tampak dalam foto perusakan cagar
bersejarah di tempat suci di dekat Masjidil Haram, di kota Mekah. Foto diambil
pada hari Senin, Bulan Maret tanggal 18, tahun 2013. Jam setempat menunjukkan
pukul 4:51 dini hari. Foto diambil oleh Dr. Kevin Barrett.
Sewaktu
menghancurkan monument tiang yang menandai tempat dimana Rasulullah berangkat
memulai “perjalanan malam” (dalam peristiwa Isra Mi’raj), pemerintah Saudi
sudah menyamai sifat-sifat kaum Zionis yang menolak toleransi; bersikap eksklusif; tidak peduli orang lain; dan tidak menghargai sifat-sifat relijius
agama Islam itu sendiri. Orang-orang Saudi (baca: Wahabi) menunjukkan pada
dunia bahwa mereka itu orang-orang yang kaku, berpikiran sempit, dan anti
kebudayaan. Mereka dipengaruhi orientasi keagamaan mereka yang berkiblat pada
madzhab Wahabi yang senantiasa bermimpi untuk “membersihkan” (baca:
menghancurkan) seluruh item sejarah dan kebudayaan Islam. Mereka juga memiliki
mimpi lainnya yang juga sama kejamnya yaitu mimpi untuk melenyapkan orang-orang
yang tidak sehaluan dengan mereka; orang-orang yang memilih madzhab Islam lain
yang jauh lebih toleran dan lebih lurus.
Menurut laporan terakhir, bagian
terakhir dari sisa-sisa puing peninggalan Islam di Arab Saudi itu sudah
dihancurkan oleh kerajaan Saudi. Bagian yang dimaksud ialah satu bagian dari
Masjidil Haram yang dulunya diyakini sebagai tempat Rasulullah memulai mi’raj.
Menurut laporan dari London Independent, kerajaan Saudi sudah menghancur-leburkan sebuah tiang yang menandai tempat yang bersejarah; tempat yang penuh berkah; tempat yang Allah telah memperlihatkan mukjizat-Nya dengan mengutus malaikat untuk mendampingi Nabi melakukan “perjalanan malam” ke al-Quds (Jerusalem) dan kemudian ke langit. Ada laporan-laporan yang menunjukkan bahwa polisi-polisi Syari’ah Saudi berpesta pora setelah proses penghancuran itu selesai!
Selain situs bersejarah di Saudi
yang menandakan kisah “perjalanan malam” Rasulullah, ada juga situs lainnya
yang berlokasi di Al-Quds, Jerusalem. Lokasi ini juga dihubungkan dengan kisah “perjalanan
malam” Rasulullah (dari Mesjadil Haram (Mekah) ke Masjidil Aqsha (Al-Quds,
Jerusalem)). Situs tersebut juga
terancam dihancurkan. Abdul Azim Salhab—ketua dari the Islamic Waqf
council di al-Quds (Jerusalem) yang masih dijajah Zionis Israel, mengatakan
bahwa orang-orang Zionis Israel mengadakan penggalian-penggalian di sekitar
situs bersejarah tersebut. Kendati usaha mereka itu mengundang kecaman dunia
tetapi mereka tetap saja melakukan proses penggalian tersebut.
Jadi kedua negara Iblis tersebut
(Saudi Arabia dan Israel) seolah-olah bekerja sama untuk menghancurkan
peninggalan-peninggalan bersejarah yang berkaitan dengan Muhammad (SAW) dan
Islam.
Lalu mengapa pihak Saudi dan Israel
itu bekerja sama untuk menghancurkan dua monument yang berkenaan dengan
perjalanan malam Rasulullah (Isra Mi’raj)?
Pihak Zionis Israel sendiri memang
sudah jelas sekali. Pertama, mereka memang ingin menghapuskan warisan sejarah
Islam di Palestina yang sejak dulu dikenal sebagai negara Islam berada di
wilayah pemerintahan Islam selama kurang lebih 1,300 tahun lamanya. Kaum Zionis
sendiri yang telah membunuhi dan membantai serta mengusir kaum Muslimin, kaum
Kristiani, bahkan kaum Yahudi Palestina (yang notabene masih sedarah dengan
mereka) sejak tahun 1948, secara sistematis menghancurkan dan memusnahkan
jejak-jejak sejarah Palestina dan warisan Palestina agar mereka leluasa
membangun koloni rasis mereka di sana.
Akan tetapi Masjidil Aqsha itu
(dengan kubah di atas batunya) bukan saja sekedar bangunan bersejarah. Masjid itu
merupakah masjid teragung (kedua) dan susah dicari tandigannya mengingat
statusnya yang maha penting di dalam sejarah arsitektur dunia Islam atau
sejarah monumen dunia. Karena meskipun kaum Muslimin itu shalat menghadap
Ka’bah di Mekah, dan berhaji di kota itu, tetap saja hanya Masjidil Aqsha
(Jerusalem) yang melambangkan puncak kenabian—sebagai satu-satunya keyakinan
yang sejati bagi seluruh umat manusia; keyakinan yang menggabungkan dan
menggantikan wahyu-wahyu yang telah diturunkan kepada para Nabi sebelumnya;
keyakinan yang mewajibkan para pemeluknya untuk juga melindungi para pemeluk
keyakinan yang lain di bawah lindungan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Masjidil Aqsa—yang merupakan
bangunan tempat Nabi Muhammad berangkat menuju langit—melambangkan spiritualitas
dan universalitas agama Islam. Di dalam perjalanan malam itu, Rasulullah
bertemu dengan para Nabi terdahulu termasuk bertemu dengan Nabi Musa (as) dan
Nabi Isa (as). Kubah di atas batu dalam kisah “perjalanan malam” itu
melambangkan status agama Islam sebagai agama universal yang menghormati para
Nabi sebelumnya dan sekaligus melindungi para pengikut dari para Nabi itu. Itu
sekaligus melambangkan semangat toleransi dan persatuan di bawah naungan satu
Tuhan yang sebenar-benarnya Tuhan yang tampaknya ide itu tidak dipahami dan
tidak bisa diterima oleh kaum Zionis dan Wahabi.
Kaum Zionis sudah lama mengincar dan
merencanakan untuk menghancurkan Masjidil Aqsa. Mereka mau menghancurkan masjid
itu dan kemudian mendirikan kuil Yahudi Kuno dimana di dalamnya mereka suka
memberikan kurban berupa darah. Mereka mencoba untuk menghancurkan masjid
al-Aqsa itu dimulai semenjak mereka menjajah daerah Palestina seabad yang lalu.
Meskipun kaum Zionis mengaku bahwa mereka juga menyembah Tuhan yang sama
seperti yang disembah oleh kaum Kristiani dan kaum Muslimin, kaum Zionis itu sebenarnya
sebagian besar adalah orang ateis yang tidak percaya kepada Tuhan sama sekali.
Bahkan sebagian dari mereka meyakini bahwa kepercayaan kepada adanya Tuhan itu
adalah omong kosong. Itu hanya keyakinan masa lalu dari suku-suku primitif
saja. Kaum Zionis sama sekali tidak meyakini bahwa Tuhan itu adalah pencipta
universal. Mereka tidak percaya bahwa Tuhan itu adalah sang penegak keadilan
yang hakiki. Bagi kaum Zionis yang memiliki keyakinan seperti itu, sikap
toleran dan sikap universal yang dimiliki oleh Islam itu adalah sikap yang
haram untuk didukung. Tidak heran kalau mereka sangat membenci keberadaan
Masjidil Aqsa dan segala sesuatu yang berhubungan atau melambangkan universalitasnya.
Kaum Wahabi Saudi juga memiliki
sifat yang kurang lebih sama dengan kaum Zionis. Mereka sangat membenci sikap
toleran, universalitas, dan mereka juga mengesampingkan sikap spiritualistas
yang seharusnya ada di kalangan orang-orang yang mengaku beragama. Kaum Takfiri
Wahabi senantiasa melaknat dan mengutuk orang-orang non-Muslim; bahkan mereka
juga tidak segan-segan mengkafirkan orang-orang Muslim sekalipun. Mereka
seringkali memfatwakan bahwa darah mereka itu halal dan boleh dicurahkan. Di
sisi lain mereka malah memberikan hak-hak istimewa kepada orang-orang
jahat—baik dari kalangan non-Muslim maupun Muslim—dan memberikan kunci-kunci
kekayaan dan akses langsung terhadap kekayaan dari minyak yang dikuasai oleh
keluarga kerajaan Saudi.
Sistem perbankan barat yang
berdasarkan riba yang mencekik leher—yang hampir seluruhnya dikuasai oleh
keluarga Rothschild (keluarga pendiri negara Israel)—disokong oleh uang minyak
Saudi sejak tahun 1970. Pada tahun itulah Henry Kissinger mengubah cadangan
dollar Rothschild yang tadinya berdasarkan tumpukan emas (standar—seperti yang
dimiliki oleh bank-bank lainnya) menjadi sistem yang didukung dan disokong
serta dibesarkan oleh petrodollar dari Saudi.
Keluarga Rothschild tempo dulu
Perusakan yang dilakukan oleh pihak keluarga kerajaan Saudi terhadap warisan kebudayaan Islam
Masjidil Aqsa terancam keberadaannya
Sewaktu menghancurkan monument atau
tiang yang menandai tempat Rasulullah berangkat dalam perjalanan Mi’raj,
keluarga kerajaan Saudi sebenarnya sudah bergabung bersatu padu dengan kaum
Zionis dalam tindak intoleransi. Mereka bersama-sama mencemarkan nilai-nilai
spiritual yang ada di dalam monument itu. Mereka mencampakkan nilai-nilai
universal yang dimiliki Islam. Mereka mengembangkan Islam gaya baru—agama
baru—yang disebut dengan Wahabisme. Paham yang sangat kaku, kolot, berpikiran
sempit yang hanya bermimpi untuk merusak sejarah dan kebudayaan Islam secara keseluruhan.
Mereka juga beritikad untuk membasmi semua orang yang memiliki pandangan yang
berbeda dengan mereka. Setiap pandangan yang berbeda akan mereka anggap sebagai
pandangan yang sesat dan menyesatkan dan oleh karena itu harus dilenyapkan.
Apakah perang yang dilancarkan oleh
pihak Saudi itu dirancang oleh kaum Zionis? Banyak yang berpendapat bahwa
keluarga Saudi itu sebenarnya memang merupakan keturunan dari orang-orang
Zionis yang disebut dengan “DONMEH” (LIHAT: PERAN KELUARGA SAUDI DAN WAHABI DALAM PEMBENTUKAN NEGARA
ISRAEL). Donmeh itu adalah sebutan bagi
para pengikut rahasia dari seorang Nabi palsu dari kaum Zionis yang bernama
Shabbeti Zevi. Di depan masyarakat, mereka mengaku sebagai pengikut agama Islam
akan tetapi di tempat-tempat tertentu mereka menyelenggarakan orgy
atau pesta seks dan kegiatan-kegiatan maksiat lainnya. Apabila mereka
benar-benar DONMEH, maka itu benar-benar menjelaskan sikap para pangeran Saudi
yang suka berhura-hura, berbuat maksiat, berjudi dan main wanita. Itu juga
sekaligus bisa menerangkan mengapa para anggota keluarga kerajaan Saudi itu
mendukung konsep Tatanan Dunia Baru (New World Order) yang diajukan oleh Rothschild. Itu juga
sekaligus menegaskan mengapa kerajaan Saudi membantu kaum Zionis mengambil alih
Palestina; melenyapkan kebudayaan dan sejarah Islam secara perlahan (sekarang
malah secara cepat dan sistematis serta terang-terangan). Dan monumen Isra Mi’raj
yang melambangkan universalitas Islam adalah target perusakan mereka sekarang
ini.
Perusakan warisan Islam ini adalah
bagian rencana Tatanan Dunia Baru yang digagas oleh Zionis. Identitas nasional
dari bangsa Amerika—misalnya—sudah dirusak secara sistematis lewat lobi-lobi
Zionis Yahudi yang didanai oleh keluarga Rothschild.[1]
Imigrasi besar-besaran yang diagendakan oleh lobi-lobi Zionis ini menjadikan
bangsa Amerika asli kehilangan tanah dan budayanya sendiri. Lobi-lobi Zionis
Yahudi juga melancarkan perang lewat media. Ideology Zionis ditebarkan lewat
sana dimana kaum kelas menengah[2]
dari bangsa Amerika menjadi sasarannya. Masih banyak lagi yang kaum Zionis lakukan
terhadap bangsa Amerika selain mengacaukan Undang-undang Negara Amerika Serikat
hingga akhirnya memuncak dalam kejadian kudeta 9/11[3]
(yang anehnya kaum Muslimin menjadi korban tudingan dari peristiwa itu).
Banyak orang yang percaya bahwa dua
rintangan terbesar di dalam pembentukan Tatanan Dunia Baru (New World Order)
ialah kekuatan umat Islam dan kaum kelas menengah Amerika. Mengapa? Alasannya ialah
karena kaum Muslimin pastinya akan berpegang teguh pada nilai-nilai Islam
tradisional mereka. Mereka akan terus menerus menentang Zionisme, mengharamkan
riba, dll. Sementara kaum kelas menengah Amerika adalah satu-satunya kelompok
yang kompak di dunia ini yang memiliki pendidikan tinggi yang cukup, kekuatan
ekonomi yang mapan dan mandiri, serta keinginan untuk tetap bebas dan
independen untuk menghentikan kelompok diktator global.
Bangsa Amerika (kaum kelas menengah)
dan umat Islam perlu kiranya untuk bersatu menentang kaum Zionis dan Saudi
serta menghentikan gagasan Tatanan Dunia Baru[4].
Akan tetapi ini tidak mudah. Bangsa Amerika sendiri sudah mengalami trauma yang
disebut dengan Islamophobia berkat propaganda kotor dari Zionis. Trauma itu
makin menebal dengan adanya kejadian 11 September 2001 yang ditimpakan kepada
kaum Muslimin. Oleh karena itu, cara yang paling baik untuk menyingkirkan
Islamophobia ituitu ialah dengan cara mengungkap kejadian yang sebenarnya
terjadi dalam serangan 9/11.
[1]
Bangsa Amerika Asli (yaitu
kaum Indian) sudah diadu domba untuk saling meniadakan. Selain itu mereka juga
dibunuhi oleh kaum kulit putih. Hak-hak manusiawinya dirampas. Harta kekayaannya
diambil. Warisan budayanya ditindas habis. Sehingga mereka seperti bangsa lain
di daerahnya sendiri. Seolah-olah mereka hidup di daerah bangsa lain.
[2]
Kaum kelas menengah dari
bangsa Amerika terdiri dari orang-orang terdidik yang terbuka mata dan akalnya.
Mereka bisa menjadi batu sandungan bagi langkah kaum Zionis Yahudi. Kaum
menengah ke atas dari bangsa Amerika tidak bisa begitu saja dibodohi dan
ditipu. Sudah lama mereka mencurigai orang-orang Zionis Yahudi yang ada di
sekitar mereka.
[3]
Kejadian serangan pada
tanggl 11 September 2001 (atau juga disebut dengan 9/11 attack) adalah kudeta
dari kelompok Zionis Yahudi untuk mengambil alih kekuasaan di negara tersebut
dan untuk melancarkan peperangan permanen terhadap Islam yang digagas oleh
Israel. Begitu kata seorang jurnalis yang sekaligus seorang ilmuwan dari
WISCONSIN.
“Agenda
dari kudeta 9/11 itu adalah untuk “memeras” Saudi Arabia dan Pakistan sekaligus
untuk mengekspansi seluruh sumber daya pemerintahan Amerika Serikat untuk
mendukung Israel”, kata Dr.Kevin Barrett—seorang anggota sekaligus pendiri dari
Serikat Muslim-Yahudi-Kristen (Muslim-Jewish-Christian Alliance).
“Ini benar-benar direncanakan oleh kaum Zionis. Mereka
memang benar-benar aktor kekuatan yang berada di balik kejadian 9/11 dan kaum
Zionis ingin memastikan bahwa kejadian 9/11 itu bisa menekan pihak Saudi Arabia
agar ia Saudi tidak meninggalkan mereka (AS dan Israel). Ini juga dipakai untuk
mengancam Pakistan dan memaksa Pakistan untuk menyetujui secara diam-diam
invasi ke Afghanistan,” kata Barrett
dalam sebuah wawancara via telefon dengan pihak Press TV pada hari Selasa.
“Jadi pada dasarnya pihak Saudi Arabia dan Pakistan
dijadikan kambing hitam (yang penurut) atas kejadian 9/11 agar mereka bisa
diperah susunya dimana kaum Zionis yang mengambil-alih kekuasaan di Amerika Serikat
dengan kudeta mereka pada tanggal 11 September, 2001 bisa menggunakan setiap
sumber daya dalam pemerintahan Amerika Serikat dan pihak militernya untuk
menyokong ekspansi Israel dan pembunuhan terencana di Palestina. Lebih jauh
lagi untuk melancarkan peperangan permanen terhadap Islam yang digagas oleh
Israel,” ia menambahkan.
Para
pejabat penting Amerika Serikat menegaskan bahwa serangan 9/11—yang menewaskan korban
jiwa 3000 orang dan korban harta benda sebanyak 10 milyar dollar Amerika—itu dilancarkan
oleh kelompok teroris Al-Qaedah akan tetapi banyak sekali para pengamat ahli
yang berkata sebaliknya. Mereka menyebutkan bahwa operasi 9/11 itu hanyalah
aksi tipu-tipu dan rekayasa saja. Osama bin Laden hanya dijadikan simbol saja
oleh pihak militer Amerika Serikat.
Presiden
Amerika Serikat Barack Obama mendapatkan tekanan dari kelompok bipartisan yang
terdiri dari para penyusun undang-undang untuk mengeluarkan laporan komisi setebal
28 halaman tentang kejadian 9/11 yang isinya tentang keterlibatan pihak Saudi
Arabia di dalam serangan 11 September 2001 itu.
Laporan komisi
itu diisukan berisi informasi tentang hubungan antara keluarga kerajaan Saudi
dengan Al-Qaedah.
Dr.
Barrett bersikukuh menyebutkan bahwa laporan dari Tim Pencari Fakta kejadian
9/11 itu hanyalah merupakan “cover-up” atau sandiwara untuk menyembunyikan
agenda Zionis sebenarnya dan laporan itu sama sekali tidak akan mengungkapkan
kejadian sebenarnya dari kejadian 9/11 itu. “Kita harus mengesampingkan laporan
itu akan tetapi kita juga perlu terus mendalami dan menyelidiki apa sebenarnya
yang terjadi pada tanggal 11 September itu.”
[4] Yang
akan mengubah wajah dunia agar bisa mengakomodasi kepentingan kaum Zionis dan
kaum penjajah
Comments