Karena tidak suka dengan Ziarah ke makam Nabi, kaum Wahabi mengkorupsi kata-kata Nawawi—seorang ulama Sunni






Kaum Salafi/Wahabi sangat sering melakukan tindak kejahatan akademis dengan memalsukan atau mengubah-ubah kitab-kitab atau tulisan-tulisan dari saudara kita kalangan Ahlu Sunnah (Sunni). Karena menurut pemahaman mereka yang sempit, bahwa ziarah kubur itu bid’ah, maka mereka juga menolak ziarah kubur kepada Makam Nabi Suci Muhammad (SAW). Mereka malah menyebut ziarah kubur itu sebagai bentuk penyembahan (bentuk kemusyrikan—menduakan Allah Ta’ala). Ini tidak mengherankan sama sekali karena mereka memang termasuk kaum NAWASIB (kelompok orang yang suka memusuhi Nabi dan keluarga Nabi). Anda mungkin sekali akan terkejut melihat bagaimana mereka memalsukan sebuah kitab dari seorang ulama Sunni ternama yaitu Imam al-Nawawi (631H—676H), agar kitab itu bisa mendukung ajaran mereka yang sesat!

Imam al-Nawawi di dalam kitab-nya Al-Adhkar (Dar Ibn Katsir: Damaskus, Beirut), edisi pertama, yang diberi keterangan oleh Muhyi al-Din Muttaqi, halaman 333, menuliskan:

فصل في زيارة قبر رسول اللّه وأذكارها
اعلم أنّه ينبغي لكلّ من حجّ أن يتوجّه إلى زيارة رسول اللّه، سواء أكان ذلك في طريقه أم لم يكن، فانّ زيارته من أهمّ القربات وأربح المساعي وأفضل الطلبات، فإذا توجّه للزيارة أكثَرَ من الصلاة عليه في طريقه، فإذا وقع بصره على أشجار المدينة وقُراها وما يعرّف بها، زاد من الصلاة والتسليم عليه، وسأل اللّه تعالى أن ينفعه بزيارته وأن يسعده بها في الدارين.
وليقل: اللَّهُمَّ افْتَحْ عَليَّ أبْوابَ رَحمَتِكَ وَارْزُقْني في زيارَة قَبْرِ نَبِيِّك  ما رَزَقْتَهُ أولِياءَكَ وَأهْل طاعَتِكَ وَاْغْفِر لي وَارْحَمْني يا خَيْرَ مَسْؤول.

TENTANG MENGUNJUNGI MAKAM NABI DAN DO’A-DO’A YANG DIPANJATKAN KETIKA BERZIARAH KE SANAKetahuilah bahwa telah diwajibkan bagi setiap jema’ah yang pergi dan mengunjungi makam Nabi, baik itu ia sedang menuju kesana atau tidak. Sesungguhnya, mengunjungi Nabi itu adalah salah satu bentuk perbuatan yang penting sekali yang bisa mendekatkan diri seseorang kepada Allah; sekaligus mendatangkan keberkahan bagi pelakunya. Ketika seseorang melangkahkan kakinya untuk mengunjungi makam Nabi (SAW), maka biarkanlah ia mendapatkan keberkahan di sepanjang jalan yang ia lalui. Ketika ia bisa melihat pepohonan di kota Madinah, maka ia akan mendapatkan lebih banyak lagi keberkahan. Ia diharuskan memohon kepada Allah melalui ziarah kepadanya (kepada Nabi) dan memohonkan kemenangan di dua dunia[1] karenanya. 
Ia harus berdo’a: “Ya, Allah! Bukakanlah bagiku pintu-pintu ma’afMu! Dan sediakanlah bagiku melalui ziarah ke makam Nabi ini apa-apa telah engkau sediakan untuk kekasih-kekasihMu dan hamba-hambaMu. Dan ampunilah aku; sayangilah aku, wahai Engkau sebaik-baik tempat untuk meminta bagi orang-orang yang sedang membutuhkan.

Di dalam kitab yang sama yaitu kitab Al-Adhkar, yang ditulis oleh orang yang sama yaitu Imam al-Nawawi, tapi diterbitkan di Saudi Arabia, oleh Dar al-Huda, Riyadh, edisi kedua, tahun 1408H,dan diberi keterangan oleh Abd al-Qadir al-Arnaut, di halaman 295, maka inilah yang bisa kita baca di dalam kitab yang sudah dikorup oleh kaum Salafi/Wahabi  itu:

فصل في زيارة مسجد رسول اللّه
«اعلم انّه يُستحب لمن أراد زيارة مسجد رسول اللّه أن يكثر من الصلاة عليه في طريقه، فإذا وقع بصره على أشجار المدينة وحرمها وما يعرّف بها، زاد من الصلاة والتسليم عليه وسأل اللّه تعالى أن ينفعه بزيارته لمسجده وأن يُسعده بها في الدارين وليقل:
اللّهمّ افتَحْ عَليَّ أبْواب رَحْمَتِكَ، وَارزُقْني فِي زيارَةِ مَسْجِدِ نبيّك ما رَزَقْته أولياءك وَ أهل طاعَتِكَ ، واغفر لي وَارحَمْني يا خَيرَ مَسْؤول.

TENTANG MENGUNJUNGI MESJID NABI[2] Ketahuilah bahwa disarankan bagi siapa saja yang ingin mengunjungi masjid Nabi untuk memohonkan keberkahan untuknya ketika sedang dalam perjalanan menuju ke sana. Dan ketika ia melihat pepohonan kota Madinah dan perbatasan kota, maka ia boleh memohon keberkahan lebih banyak dan menyampaikan salam kepadanya (kepada Rasulullah) . ia harus memohon kepada Allah agar ia mendapatkan keberkahan melalui ziarah kepada masjid dan memohon agar diberikan kemenangan di dunia maupun akhirat.
Ia harus berdo’a: “Ya, Allah! Bukakanlah pintu ma’afMu dan berikanlah kepadaku dari ziarah kepada masjid NabiMu, apa-apa telah engkau sediakan untuk kekasih-kekasihMu dan hamba-hambaMu. Dan ampunilah aku; sayangilah aku, wahai Engkau sebaik-baik tempat untuk meminta bagi orang-orang yang sedang membutuhkan.

Lihatlah perubahan yang telah mereka buat! Itu adalah sebuah kejahatan akademis yang melecehkan dunia ilmiah. Karya Imam Nawawi telah diubah begitu rupa hanya untuk mewadahi keyakinan mereka yang keliru!

Ziarah kepada Nabi yang mulia dan suci, digantikan dengan ziarah kepada masjid Nabi yang kemuliaannya tidak akan pernah melampaui kemuliaan Nabi. Mesjid itu memperoleh kemuliaan karena ia pernah dibangun oleh Nabi. Tanpa ada embel-embel Nabi, masjid Nabi itu akan sama saja dengan masjid lainnya.

Sebuah Sunni website juga telah mengkonfirmasi perubahan yang telah dilakukan atas tulisan Imam Nawawi ini. Kita bisa baca di sana sebagai berikut:

Mengenai Shaykh `Abd al-Qadir al-Arna'ut, aku melihat yang berikut ini di dalam sebuah buku kecil yang ditulis oleh Hassan Ibn ‘Ali al-Saqqaf yang diberijudul: “al-Ighatsa bi adillat al-istighatsa”[Amman: Maktabat al-Imam Nawawi, 1410/1990, halaman 17]:
"Ini adalah tulisan asli [ghayr munharif] dari tulisannya Imam Nawawi dalam Kitab Jema’ah yang merupakan sebuah bagian dari sebuah kitab yang lebih besar lagi yang berjudul “Kitab al-Adhkar” [Kitab tentang do’a dan shalat], menurut manuskrip aslinya yang pernah diterbitkan (cf. Dar al-Fikr di Damaskus, halaman 306). Ibn ‘Allan memberikan komentarnya terhadap Kitab al-Adhkar itu sebagai berikut:
TENTANG MENGUNJUNGI MAKAM NABI (Qubr) DAN DO’A-DO’A YANG DIPANJATKAN KETIKA BERZIARAH KE SANA
Ketahuilah bahwa telah diwajibkan bagi setiap jema’ah (yanbaghi) yang pergi dan mengunjungi makam Nabi, baik itu ia sedang menuju kesana atau tidak. Sesungguhnya, mengunjungi Nabi itu adalah salah satu bentuk perbuatan yang penting sekali yang bisa mendekatkan diri (quburat) seseorang kepada Allah; sekaligus mendatangkan keberkahan bagi pelakunya. Ketika seseorang melangkahkan kakinya untuk mengunjungi makam Nabi (SAW), maka biarkanlah ia mendapatkan keberkahan di sepanjang jalan yang ia lalui. Ketika ia bisa melihat pepohonan di kota Madinah, maka ia akan mendapatkan lebih banyak lagi keberkahan…”

“Sementara itu di bawah ini kami sajikan tulisan Imam Nawawi di halaman yang sama dalam kitab tersebut akan tetapi telah dikorup oleh kaum Salafi/Wahabi. Tulisan itu telah dikorup oleh seorang Salafi/Wahabi bernama Abdul Qadir al-Arna’ut [al-mutamaslif] ….. di dalam edisi terbitan Dar al-Huda, Riyadh, 1409/1989. Terbitan itu disponsori oleh Supervisory Board for Publications, yang diketuai oleh Authority for Scholarly Research and Ifta, halaman 295, sebagai berikut:

TENTANG MENGUNJUNGI MESJID NABI

Ketahuilah bahwa disarankan [yustahab] bagi siapa saja yang ingin mengunjungi masjid Nabi untuk memohonkan keberkahan untuknya ketika sedang dalam perjalanan menuju ke sana. Dan ketika ia melihat pepohonan kota Madinah dan perbatasan kota, maka ia boleh memohon keberkahan lebih banyak ……”

“Kemudian editor yang bersekte Salafi/Wahabi itu melakukan tindakan yang lebih jauh lagi dengan menghapuskan catatan al-‘Utbiy yang dilaporkan oleh al-Nawawi [pada bagian akhir dari bagian ini], karena menurutnya bertentangan dengan pemahaman asli mereka [pemahaman Salafi/Wahabi]. Bagaimana menurut anda? Bukankah ini pantas disebut dengan pelacuran akademis? Bukankah apa yang dia lakukan itu sama sekali tidak ada gunanya dalam dunia ilmiah? Bukankah yang ia lakukan itu akan malah melecehkan dan menghancurkan dunia ilmiah? Ia sebenarnya bisa saja memberikan komentar saja atau menolaknya saja tanpa harus mengubah-ubah apa yang sudah dituliskan oleh orang lain. Ia tidak usah mengubah-ubah atau mengkorupsi hasil karya orang lain yang menyebabkan kaum Muslimin menjadi kebingungan dan ragu-ragu terhadap tulisan-tulisan para ulama terdahulu yang sebenarnya merupakan warisan tak ternilai di dalam khasanah ilmu keIslaman. Kalau kaum Salafi/Wahabi terus menerus melakukan korupsi terhadap tulisan-tulisan para ulama terdahulu, maka kaum Muslimin bisa saja akan meragukan semua tulisan yang ada yang pernah diwariskan oleh para ulama terdahulu.” (akhir tulisan Saqqaf).

Berikut adalah kisah al-‘Utbiy yang tertulis di dalam kitabnya Imam al-Nawawi:

"Al-‘Utbiy berkata: “Ketika aku sedang duduk di samping makam Rasulullah (SAW), seorang Arab Baduy datang kepadaku seraya berkata: ‘Salamun ‘Alaykum, ya Rasulullah! Aku telah mendengar bahwa Allah pernah berfirman: “… Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”(QS. An-Nisaa: 64) oleh karena itu, aku datang kepadamu untuk memohonkan ampun (kepada Allah) atas dosa-dosaku. Aku memohon syafa’atmu untuk Tuhanku (mustasyfi’an bika ila rabbi).” Kemudian setelah itu ia membacakan sebuah sya’ir puisi:

“Wahai engkau sebaik-baiknya tulang belulang yang terkubur di dalam tanah

Dan wewangianmu yang harum semerbak menjulang tinggi ke segala arah

Bolehlah kiranya hamba mengurbankan diri,  demi kubur yang engkau huni

Dimana kesucian, karunia Illahi, menawarkan kasih sayang dan kemurahan hati!”


Kemudian setelah itu ia pergi, dan aku dalam keadaan setengah sadar setengah tertidur melihat Rasulullah (SAW) di dalam mimpiku. Ia berkata kepadaku:

“Wahai Utbiy, larilah dan kejarlah orang Baduy itu; dan beritahulah kepadanya kebahagiaan yang telah Allah berikan kepadanya.” Dan Allah yang maha-kuasa maha-tahu akan segala sesuatu”
(LIHAT: al-Nawawi, Kitab al-Adhkar (Mekah: al-Maktaba al-Tijariyya, 1412/1992; halaman 253—254)

Sebuah Sunni website lainnya pernah membuat SCAN dari tulisan Imam al-Nawawi yang belum mengalami perubahan (korupsi)!

Jadi, sekarang kita dihadapkan kepada sebuah permasalahan yang cukup memusingkan. Kalau kita mencoba meyakinkan kaum Salafi/Wahabi tentang pentingnya ziarah kepada Nabi dengan menggunakan kitab al-Adhkar karya Imam al-Nawawi sebagai hujjah-nya; maka orang-orang Salafi/Wahabi lainnya akan menyerang kita dengan membawakan kitab al-Adhkar yang sudah mereka ubah-ubah. Orang-orang yang melihat dan menyaksikan akan kebingungan dibuatnya!

Begitulah cara kaum Salafi (dan juga Sunni pada umumnya) berdusta dan mengubah-ubah karya para ulamanya!


Wallahu ‘alam



________________________________________
[1] Dunia fana dan Akhirat
[2] Jadi kata-kata KUBURAN NABI diubah menjadi MESJID NABI, karena kaum Salafi/Wahabi mengharamkan ziarah ke makam Nabi

Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta