Penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab
Jenderal-jenderal Umar menaklukan bangsa-bangsa besar
dunia seperti bangsa Persia, Syria, dan Mesir. Para penerus Umar dari kalangan
Bani Umayyah meneruskan penaklukan ini jauh sekali hingga sampai bagian selatan
Prancis di sebelah barat dan perbatasan-perbatasan sebelah barat dataran Cina
serta lembah Hindustan di sebelah timurnya. Para peneliti sejarah merasa takjub
dan heran melihat betapa cepatnya dan betapa luasnya penaklukan-penaklukan yang
dilakukan oleh bangsa Arab pada abad ke-7 atau ke-8. Bangsa Arab itu melakukan
penaklukan-penaklukan itu dalam kurun waktu 100 tahun saja—dan itu merupakan
penaklukan yang tercepat dan terluas dalam sejarah.
Beberapa
abad kemudian, para peneliti sejarah terus mencari penjelasan yang bisa
menjawab pertanyaan: “Mengapa bangsa Arab itu bisa melakukan penaklukan yang
menakjubkan seperti itu?”
Akhirnya
para sejarawan berhasil menemukan jawaban dari keberhasilan tentara Arab.
Beberapa faktor yang
membuat penaklukan-penaklukan itu berhasil diantaranya ialah:
1. Adanya perang saudara dan perbuatan anarkis di Persia.
2. Adanya perang antara Persia dan Romawi yang baru bisa berakhir setelah 26 tahun lamanya—peperangan itu membuat kedua negara adidaya pada masa itu kehabisan tenaga, menderita banyak korban, dan jatuhnya moral di kedua belah pihak.
3. Adanya ketidak-puasan dan ketidak-sukaan di kalangan masyarakat di Syria dan Mesir terhadap apapun yang berbau Romawi; dan sebaliknya mereka melihat bangsa Arab sebagai bangsa yang akan membebaskan mereka.
4. Hilangnya “payung” bantuan dari masyarakat setempat untuk orang-orang Romawi.
5. Kerajaan Persia dan Romawi sangat bergantung kepada wajib militer dan tentara bayaran untuk menghimpun kekuatan perangnya sedangkan mereka semua sudah kehilangan semangat dan jatuh moralnya.
6. Adanya persekusi atau hukuman berat bagi orang-orang yang memiliki keyakinan dan agama yang berbeda—dan ini dilakukan oleh baik bangsa Persia maupun bangsa Romawi.
7. Adanya pajak yang mencekik leher yang diberlakukan oleh bangsa Persia dan bangsa Romawi terhadap orang asing dan para petani miskin.
8. Tentara Persia dan Romawi tidak bisa bergerak cepat karena mereka membawa perlengkapan sangat berat dan sangat banyak; sementara itu pasukan bangsa Arab sangat mobil dan lincah. Pasukan Arab bisa memilih target dan kemudian menyerangnya secara tiba-tiba dan kemudian mundur ke gurun pasir dengan unta-unta mereka yang gesit sementara pasukan Persia dan Romawi tidak bisa mengejar mereka ke gurun karena mereka memerlukan logistik yang sangat banyak dan mereka tidak didukung oleh itu.
Sebenarnya
kalau pasukan Arab itu kalah jumlah dengan musuh-musuhnya akan tetapi ternyata
ini bukan masalah sama sekali. Sejarah panjang umat manusia menunjukkan banyak
sekali contoh dimana kekuatan kecil bisa mengalahkan kekuatan-kekuatan besar.
Akan
tetapi di kalangan Muslim sendiri, alasan-alasan tersebut di atas bukanlah
alasan-alasan yang mendasari kemenangan mereka. Kaum Muslimin senantiasa
mendasarkan kemenangan pasukan Muslim itu atas keshalehan dan ketakwaan dari
pasukannya. Jadi mereka menang karena mereka itu shaleh dan bertakwa; karena
mereka dekat dengan Allah Ta’ala.
Kekuatan
yang mendorong keberhasilah penaklukan-penaklukan oleh bangsa Arab pada abad
ketujuh mereka yakini berasal dari Islam; dan setiap orang Arab yang berangkat
meninggalkan jazirah Arab untuk menyerang musuhnya dianggap sebagai Mujahid
atau prajurit suci—prajurit yang berjuang untuk Tuhan.
Klaim
ini sebenarnya tidak seluruhnya benar. Memang benar, ada sebagian kaum Muslimin
yang mau mendakwahkan cahya Islam di dunia ini kepada orang lain, akan tetapi
di sisi lain ada juga sekelompok Muslim (yang sayangnya merupakan kelompok
mayoritas) yang “berjuang” hanya untuk kepentingan duniawi saja dan menggunakan
“penaklukan-penaklukan” itu untuk mengumpul dan menumpuk-numpuk harta saja.
Mereka memiliki syahwat yang tinggi dan dasyhat kepada kekuasaan dan kekayaan.
Joel
Carmichael
Joel
Carmichael mengemukakan sebagai berikut:
“Dorongan yang sangat kuat yang
bisa mendorong kaum Arab Baduy keluar dari jazirah Arabia ialah perasaan lapar dan
keserakahan, sesuatu yang sebenarnya sangat wajar dan alamiah yang terdorong
oleh keadaan yang terjadi di sana pada waktu itu. Selain itu juga ada kesempatan dan harapan untuk menemukan
dan memiliki harta kekayaan dari daerah yang mereka kuasai.”
“Ada diantara mereka yang ‘membunuh untuk tujuan akhirat’, akan tetapi kebanyakan diantara
mereka ‘membunuh untuk tujuan
mendapatkan dunia’ semata. Dakwah yang diajarkan Muhammad
untuk tujuan akhirat benar-benar lenyap ketika kaum Muslimin melakukan
penaklukan-penaklukan dengan menjarah banyak sekali harta pampasan perang yang
mereka rebut; menjadikan seorang lelaki Qurays—yang dulunya begitu shaleh dan
malah disebut-sebut sebagai salah seorang dari 10 lelaki yang dijamin masuk
surga oleh Muhammad karena kepatuhannya kepada ajaran Islam—menjadi seseorang
yang kaya dan meninggalkan sebidang tanah yang diperkirakan harganya sekitar 35
dan 52 juta dirham. Ia memiliki 11 buah rumah di Madinah saja; selain itu ia
juga memiliki rumah-rumah lainnya di Basrah, Kufah, Fustat, dan Alexandria.”
“Salah
seorang sahabat Muhammad yang termasuk kedalam 10 orang yang dijamin masuk
surga oleh Muhammad juga memiliki sebuah properti yang diperkirakan harganya
sekitar 30 juta dirham. Ketika ia meninggal, pelayannya saja memiliki uang 2
juta dirham banyaknya.”
“Apabila
kita lihat contoh-contoh tersebut di atas dengan jelas dan jernih, maka sangat
terang-benderang lah bahwa sangat bodoh
kalau kita menyebutkan penaklukan-penaklukan yang dilakukan bangsa Arab itu
dilakukan dengan berdasarkan semangat keshalehan atau ketakwaan yang didorong
oleh ajaran yang diajarkan oleh Muhammad. ...... tidak diragukan lagi bahwa
mengajarkan Islam dan membuat orang tertarik kepada Islam bukanlah tujuan utama
dari bangsa Arab pada waktu itu. Secara khusus, yang namanya keshalehan dan
ketakwaan itu—yang seharusnya menjadi ciri atau tanda ke-Islam-an, benar-benar
jauh dari para penakluk dari bangsa Arab pada waktu itu.”
“Sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa dorongan kuat yang mendorong kaum Muslimin Arab
untuk melakukan ekspansi wilayah itu bukanlahlah berasal dari dorongan
relijius, melainkan dorongan untuk melakukan perluasan wilayah yang disebabkan
oleh keadaan yang ada di jazirah Arab itu sendiri. Orang-orang seperti Khalid
(bin Walid) atau Amr (bin Aas), misalnya, jelaslah bukan orang yang shaleh atau
orang yang takwa. Keinginan dan niat mereka sangatlah praktis. Beralihnya
mereka kaum aristrokrat ke barisan kaum Muslimin menyuntikan benih-benih
sekularisme ke tubuh umat, yang walaupun dibungkus dengan agama tetap saja
tujuannya sangat politis.”
(LIHAT: The Shaping of the Arabs,
New York, 1967)
Serial 1: Umar bin Khattab, Sang Khalifah
Serial 2: Peristiwa-peristiwa penting pada masa rezim pemerintahan Umar
Serial 3: Kebijakan Pemerintahan Umar untuk kaum Sipil dan Militer
Serial 5 : Apakah agama berperan dalam sejumlah ekspansi wilayah?
Serial 6 : Hari-hari terakhir dari kehidupan Umar bin Khattab
Serial 1: Umar bin Khattab, Sang Khalifah
Serial 2: Peristiwa-peristiwa penting pada masa rezim pemerintahan Umar
Serial 3: Kebijakan Pemerintahan Umar untuk kaum Sipil dan Militer
Serial 5 : Apakah agama berperan dalam sejumlah ekspansi wilayah?
Serial 6 : Hari-hari terakhir dari kehidupan Umar bin Khattab
Comments