(serial Timun Laut episode 19) EPILOG: PERBEDAAN ITU INDAH



(Serial Sembilanbelas) EPILOG: PERBEDAAN ITU INDAH


Timun mengakhiri catatan hariannya dengan sebuah puisi tentang perbedaan dan indahnya perbedaan itu. Ia berpendapat bahwa yang namanya perbedaan itu tidak mesti menjadi perselisihan atau pertengkaran karena perbedaan bisa juga membentuk keindahan dan kesempurnaan.

Tuhan itu maha-sempurna dan maha-pencipta. Dalam penciptaanNya ia membuat keaneka-ragaman yang indah dan menawan. Bisakah anda bayangkan ada suatu komposisi lagu yang isinya hanya satu nada saja dari awal hingga akhir. Pasti bunyinya seperti nada sibuk sebuah telepon tut.......tut........tut.......tut........tut........tut.........tut....... sangat membosankan dan memusingkan kepala. Lagu itu hanya akan berbentuk lagu apabila ia terdiri dari nada-nada yang beragam. Bisakah anda bayangkan ada satu bahasa yang terdiri dari satu kata saja dan tidak ada kata lainnya yang jumlahnya jutaan. Jangan pula tanya tentang frasa atau wacana karena itu sangat musykil adanya.

Bisakah anda bayangkan wajah anda sama dengan wajah tetangga (pasti anda geli membayangkannya!). Dan isteri anda mirip sekali dengan isteri tetangga dan susah dibedakan mana isteri anda dan mana isteri tetangga anda, karena keduanya sama sekali tidak memiliki perbedaan. Anda adalah anda, karena anda memiliki karakter pembeda dari orang lain. Dan orang lain adalah orang lain dan bukan anda, karena mungkin mereka tidak seganteng dan segagah anda walaupun kecerdasannya bisa saja melebihi anda.

Tidak. Tidak mungkin kehidupan itu ada, tanpa adanya keanekaragaman. Perbedaan itu perlu. Perbedaan itu suatu keniscayaan. Perbedaan itu indah. Perbedaan itu sesuatu yang perlu disyukuri. Karena perbedaanlah bapak kita jatuh cinta pada ibu kita karena ibu kita berbeda dengan ibu-ibu yang lainnya. Ibu kita lebih cantik dan lebih baik hati. Karena perbedaan itulah bapak kita memilih ibu kita dan lahirlah kita. Anda ada karena mereka yang berbeda dengan anda ada bersama anda; tanpa adanya mereka maka keberadaan anda menjadi tiada guna, juga keberadaan mereka.

Inilah puisi yang dibuat oleh Timun secara sederhana dan tergesa-gesa. Timun sengaja memilih bahasa dunia, bahasa Inggris, kemudian ia buatkan pula terjemahannya bagi siapa saja yang masih tergagap-gagap dalam bahasa dunia itu.

Timun memilih bahasa Inggris karena katanya bahasa Inggeris itu ialah bahasa global; bahasa internasional yang tanpa penguasaan terhadapnya anda akan susah mendapatkan kerja. Yang tanpa penguasaan terhadapnya akan membuat anda susah payah berkomunikasi dengan warga dunia. Oleh karena itu, Timun memilih bahasa itu sebagai alat untuk mengkomunikasikan idenya, gagasannya, curahan hatinya agar lebih didengar oleh banyak orang dari berbagai kalangan etnik kebudayaan hingga lintas benua. Agar ide Timun bisa mendunia. Sewaktu ditanya oleh temannya:

"Mun, kamu ini terlalu mengkhayal dan terlalu berlebihan. Kamu ini apa? Kamu bukan siapa-siapa. Teriakanmu itu kemungkinan besar tidak akan didengar oleh orang-orang di luar sana yang lebih memilih untuk membentur-benturkan perbedaan itu. Kamu ini seperti seseorang yang mengajak kepada kebaikan tetapi kamu meneriakkan ajakanmu itu di sebuah padang pasir luas yang sunyi tak berpenghuni. Siapa yang mau dengar?", kata Nono menasihati sahabatnya.

Timun ingat sebuah dongeng dari ustadznya dan ia gunakan dongeng itu untuk menjawab nasihat dari sahabatnya itu.

"No, saya ingat sebuah cerita yang saya dengar dari ustadz saya. Syahdan, pada suatu ketika ada seekor burung pipit kecil (sudah burung pipit, kecil lagi!) yang terbang melintasi lautan luas. Di tengah-tengah lautan itu ia menukik ke bawah menyiuk air laut dengan paruhnya yang sangat kecil. Setelah itu, air yang ada di paruhnya itu ia bawa melintasi samudera, lalu daratan, pepohonan dan lain-lain hingga akhirnya sampai ke sebuah tempat dimana Nabi Ibrahim (as.) sedang dijilati oleh lautan api yang berkobar.

Si burung pipit itu kemudian menyiramkan air yang ada di paruhnya itu. Hingga setetes tentu saja! Dan burung lainnya yang ada di sekitar tempat kejadian itu tertawa terbahak-bahak demi melihat si pipit menyiramkan air yang hanya setetes itu.

Mereka berkata, “Wahai pipit yang malang! Mana mungkin kamu bisa memadamkan api yang sedang membakar Ibrahim itu. Kamu ini melakukan suatu perbuatan sia-sia saja”.

Si pipit tadi kemudian menjawab, “Memang benar kalian, wahai burung-burung yang gagah dan besar. Aku tak mungkin bisa memadamkan api itu. Itu terlalu besar bagiku. Tapi aku  ingin nanti Tuhan bisa mengenaliku sebagai makhluk yang mencintai kekasihnya, Ibrahim. Aku ingin dicatat sebagai makhluk yang turut membantu memadamkan api yang melahap Ibrahim kekasih Tuhan, walau pekerjaan itu hanya kecil dan hampir tak berarti.”

"Nah, saya mirip-mirip dengan burung pipit itu. Pekerjaan saya kecil dan tak berarti. Tapi saya ingin nanti Tuhan mengenali saya sebagai orang yang mencintai perbedaan yang telah diciptakanNya. Saya ingin dikenali sebagai orang yang mensyukuri perbedaan yang telah ditakdirkanNya", Timun mengakhiri ceritanya.


DIVERSITY IS A BEAUTY

We we made unique and special by the Almighty
From men and women, He created diversity

There are yellows and reds; or brownish like me
Some are blacks or whites; like ebony and ivory

God has created us in colorful variety
Each color contributes to a rainbow of beauty

We're different in languages, religions, and ethnicity
Yet we must stand firmly in solid unity

For you are you if there is me
You cannot stand alone holding your identity

You are you if there is me
Otherwise you live alone and feel lonely

You are you if there is me
Who will stand together with you in happiness or misery

You are you if there is me
Who will treat you as a member of my own family

Differences mean not necessary
A groundless prejudice, hatred, and enmity

Differences may not mean opposition or controversy
Or confrontation that will result in chaotic catastrophy

We were divinely created to make up as a symphony
To cerish the excellent creation of the Almighty

A symphony in melodious miscellany
Played in an orchestra of eternal harmony
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------


INDAHNYA PERBEDAAN

Kita diciptakan sempurna oleh sang Kuasa
Dari lelaki dan wanita ia jadikan berbeda-beda

Ada yang kuning maupun merah; atau sawo matang seperti saya
Atau juga yang hitam sempurna atau putih mempesona

Tuhan telah ciptakan kita dalam warna dan rupa
Setiap warnanya membentuk bianglala indah di cakrawala

Kita tentu berbeda dalam bahasa, agama, dan suku bangsa
Tapi kita mesti bersatu teguh dalam untaian utuh nan perkasa

Karena kau ada apabila aku ada
Takkan mungkin kau ada dengan hanya sebuah nama

Kau ada apabila aku ada
Kalau tidak, kau akan menyendiri dan hidup sengsara

Kau ada apabila aku ada
Aku yang akan bersamamu dalam suka dan duka

Kau ada apabila aku ada
Aku yang akan menganggapmu saudara seayah bunda

Perbedaan itu bukanlah apa-apa
Janganlah berperasangka, menyimpan benci atau rasa permusuhan atasnya

Perbedaan tidak mesti berakhir dengan pertikaian diantara kita
Yang hanya mengundang dendam kesumat diakhiri malapetaka

Kita diciptakan sang Kuasa untuk melagukan seuntaian nada
Memuji-muji ciptaanNya yang sangat sempurna

Lagu pujian yang berisikan syair indah penuh warna
Yang dimainkan dalam orkestra serasi sepanjang masa



Wassalam.

Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta