BETULKAH SIKAP KRITIS TERHADAP SAHABAT NABI ITU TERMASUK PERBUATAN TERCELA? (studi kritis atas hadits-hadits yang menyuruh kita untuk menghormati para sahabat nabi)

 

HADITS-HADITS YANG MENYURUH KITA UNTUK MENGHORMATI PARA SAHABAT RASULULLAH

Saudara kita dari kalangan Ahlu Sunnah sangat mencintai para sahabat Nabi sampai pada tingkat dimana kalau ada yang mengeluarkan kritik terhadap para sahabat Nabi itu seberapa lembutpun kritik yang kita lontarkan, itu akan menyinggung perasaan mereka. Semua sahabat Nabi harus dianggap sebagai uduul atau adil atau tidak tercela walaupun kitab-kitab sejarah malah membuktikan yang sebaliknya. Mereka memiliki dalil berupa “hadits-hadits” seperti:

قال مالك : الذى يشتم اصحاب النبى صلى الله عليه وسلم ليس لهم اسم او قال نصيب فى الاسلام ( الخلال / السن: ۲،٥٥٧

Imam Malik berkata : “Orang yang mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam” ( Al Khalal / As Sunnah, 2-557 )

 
الامام احمد ابن حمبل روى الخلال عن ابى بكر المروزى قال : سألت ابا عبد الله عمن يشتم أبا بكر وعمر وعائشة ؟  قال: ماأراه على الاسلام( الخلال / السنة : ۲، ٥٥٧)

"Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, ia berkata : “Saya bertanya kepada Abu Abdullah tentang orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan Aisyah? Jawabnya, saya berpendapat bahwa dia bukan orang Islam”.( Al Khalal / As Sunnah, 2-557)



ا
لله الله فى اصحابى لا تتخذوهم غرضا من بعدى
فمن احبهم فبحبى أحبهم ،ومن أبغضهم فببغضى أبغضه
( رواه الترمذى )

“ Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu menjadikan mereka sebagai sasaran caci-maki sesudah aku tiada. Barangsiapa mencintai mereka, maka berarti dia mencintai aku. Dan barang siapa membenci mereka, maka berarti dia membenci aku.” ( HR. At Turmudzi )
 
Sabda Rasulullah yang lain :
لا تسبوا أصحابى فوالذى نفسى بيده لو ان أحدكم
أنفق مثل أحد ذهبا ما بلغ مد أحدهم ولا نصيفه
( رواه ا لبخارى ومسلم )                     

“ Janganlah kalian mencaci maki sahabat-sahabatku. Demi Tuhan yang menguasai nyawaku, andaikata seseorang dari kamu membelanjakan emas sebesar gunung Uhud, tentunya ia tidak mencapai satu mud maupun setengahnya yang dibelanjakan oleh seorang dari mereka (sahabat-sahabatku)” ( HR. Bukhari dan Muslim )
 

KEBERATAN-KEBERATAN ATAS HADITS-HADITS TERSEBUT

Terlalu mudah untuk membuktikan bahwa hadits-hadits seperti itu adalah hadits-hadits bathil. Tidak diperlukan kecerdasan khusus untuk mengetahui itu bathil.

PERTAMA

Dari segi logika bahasa. Hadits-hadits seperti itu semuanya mengandung perintah untuk menghormati para sahabat baik itu secara umum maupun khusus. Artinya ketika Rasulullah menyampaikan kalimat itu, Rasulullah berhadapan dengan sekumpulan sahabat. Diantara para sahabat itu ada yang disuruh untuk menghormati Abu Bakar, Umar, dan ‘Aisyah (bisa juga ditambah sahabat lainnya seperti Utsman, Abu Sufyan, Mu’awiyyah dkk) dan yang sebagian lagi ialah Abu Bakar sendiri, Umar sendiri, atau ‘Aisyah sendiri sebagai orang yang kepadanya umat diperintahkan untuk hormat.
Yang menjadi pertanyaan ialah:
  1. MENGAPA PARA SAHABAT ITU DISURUH UNTUK MENGHORMATI SAHABAT YANG LAINNYA?
  2. APAKAH ADA INDIKASI MEREKA SALING MEMUSUHI ATAU SALING BENCI SEHINGGA RASULULLAH MENYURUH MEREKA UNTUK MENGHORMATI SAHABAT-SAHABAT TERTENTU?
  3. KALAU BENAR HADITS ITU SHAHIH, KAPANKAH HADITS ITU DIKELUARKAN OLEH NABI? DAN PERISTIWA APAKAH YANG MELATAR BELAKANGI HADITS ITU?
  4. KALAU BENAR HADITS ITU SHAHIH, MENGAPA PARA SAHABAT BERTIKAI DAN BAHKAN BERPERANG SATU SAMA LAINNYA SEOLAH-OLAH MEMANG HADITS ITU TIDAK PERNAH MEREKA DENGAR SEBELUMNYA?
  5. KALAU BENAR HADITS ITU SHAHIH, MENGAPA HANYA KAUM AHLUSSUNNAH SAJA YANG MENGAMALKANNYA? MENGAPA PARA SAHABAT SENDIRI TIDAK MENGAMALKANNYA?

KEDUA

Dari segi penelusuran sejarah. Hadits-hadits bathil seperti ini sepertinya tidak dikenal oleh para sahabat. Bukti kuat dari tidak dikenalnya hadits-hadits bathil ini ialah adanya beberapa peristiwa sebagai berikut:

1. Permusuhan antara Bunda Fathimah dan Abu Bakar. Abu Bakah dituding oleh bunda Fathimah sebagai orang yang khianat terhadap wasiat yang diberikan oleh Ayahandanya. Abu Bakar tidak memberikan wasiat Nabi berupa sebidang tanah di daerah Fadak yang memang diperuntukkan oleh Rasulullah untuk puterinya, Fathimah az-Zahra. Permusuhan ini terkenal dalam sejarah. Paling tidak sejarah memperkenalkan sisi bunda Fathimah yang tidak mau berbai’at kepada Abu Bakar.

Pertanyaan: APAKAH BUNDA FATHIMAH TIDAK TAHU ADA HADITS YANG MENGHARUSKAN PENGHORMATAN KEPADA ABU BAKAR SEBAGAI SALAH SATU SAHABAT NABI? MENGAPA CUMA KAUM AHLUSSUNNAH SAJA YANG TAHU HADITS INI?

2. ‘Aisyah menghasut orang-orang untuk memerangi khalifah yang sah waktu itu yaitu Imam Ali bin Abi Thalib. ‘Aisyah didukung oleh Thalhah bin Ubaydillah dan Zubayr bin Awwam mengobarkan perang yang kelak dikenal sebagai perang unta atau Perang Jamal dimana ‘Aisyah mengomandoi serangan di atas untanya.

Pertanyaan: MENGAPA ALI BIN ABU THALIB MELAWAN KETIKA IA DISERANG OLEH ‘AISYAH PADAHAL ADA HADITS YANG MENGHARUSKAN SETIAP ORANG ISLAM UNTUK MENGHORMATI ‘AISYAH? MENGAPA ALI BIN ABU THALIB TIDAK TAHU HADITS ITU? MENGAPA CUMA KAUM AHLUSSUNNAH SAJA YANG TAHU HADITS ITU?

Kalau saja Imam Ali bin Abu Thalib tahu tentang hadits (bathil) itu dan kemudian menghormati ‘Aisyah sesuai dengan yang dikehendaki oleh hadits itu, maka peperangan Jamal tidak perlu terjadi.

SEANDAINYA KELOMPOK AHLUSSUNNAH PADA WAKTU ITU TELAH LAHIR KEDUNIA DAN ADA DI TEMPAT ITU PADA WAKTU ITU DAN KEMUDIAN MEMPERINGATKAN IMAM ALI, MAKA “PERANG JAMAL” TIDAK AKAN TERJADI?

3. Tengoklah kisah tentang Umar berikut ini. Kisah ini bisa anda lihat di buku-buku sejarah dan sirah. Juga lihat dalam Shahih Bukhari dalam Bab as-Syuruthi Jihad 2: 122; lihat juga dalam Shahih Muslim Bab Shulhul Hudaibiyah jilid 2. Singkatnya ceritanya seperti ini:

Pada tahun keenam hijriah Rasulullah bersama seribu empat ratus sahabatnya keluar dari Madinah dengan tujuan umrah. Diperintahkannya para sahabat menyarungkan pedangnya masing-masing. Mereka berihram di Dzil Hulaifah dan membawa binatang korban agar orang-orang Qurays tahu bahwa mereka datang untuk umrah bukan untuk perang. Karena sifat angkuhnya, orang-orang Qurays tidak mau kelak ada penduduk Arab mendengar bahwa Muhammad telah masuk ke Mekkah dan memecahkan benteng mereka. Diutusnya serombongan delegasi yang diketuai oleh Suhail bin ‘Amr bin Abdul Wud al-‘Amiri agar meminta Nabi kembali ke tempat asalnya. Tahun depan mereka akan diizinkan untuk umrah selama tiga hari. Orang-orang Qurays juga meletakkan syarat yang berat yang kemudian diterima oleh Nabi berdasarkan kemashlahatan yang dilihatnya dan wahyu Allah yang diterimanya. Rasulullah tidak mungkin memutuskan segala sesuatu tanpa ada wahyu yang turun kepadanya.

Namun sebagian sahabat tidak senang dengan sikap Nabi seperti ini. Mereka menentangnya dengan keras. Umar bin Khattab (yang sangat dihormati oleh saudara kita dari kalangan Ahlussunnah) datang dan berkata dengan keras: “Apakah benar bahwa engkau adalah Nabi Allah yang sesungguhnya?”

“Ya,” jawab Nabi.

“Bukankah kita dalam hak dan musuh kita dalam bathil?”

“Ya,” jawab Nabi kalem.

“Lalu mengapa kita hinakan agama kita?”, desak Umar.

“Aku adalah Rasulullah. Aku tidak melanggar perintah-Nya dan Dialah penolongku,” jawab Nabi.

“Bukankah engkau mengatakan kepada kami bahwa kita akan mendatangi Rumah Allah dan bertawaf di sana?”, tanya Umar.

“Ya. Tetapi apakah aku katakan kepadamu pada tahun ini juga?”, tanya Nabi.

“Tidak,” jawab Umar.

“Engkau akan datang ke sana dan tawaf di sekitarnya, Insya Allah,” kata Nabi mengakhiri pembicaraan.

Kemudian Umar datang kepada Abu Bakar dan bertanya:

“Wahai Abu Bakar! Benarkah bahwa dia adalah seorang Nabi yang sesungguhnya?”

“Ya,” Abu Bakar menjawab.

Kemudian Umar mengajukan pertanyaan serupa kepada Abu Bakar dan dijawab dengan jawaban yang serupa juga.

“Wahai saudara!”, kata Abu Bakar kepada Umar. “Beliau adalah Rasul Allah yang sesungguhnya. Beliau tidak melanggar perintah-Nya dan Dialah penolongnya. Maka percayalah padanya.”

Usai Nabi menulis piagam perdamaian (pada perjanjian Hudaybiah), beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya: “Hendaklah kalian sembelih binatang-binatang korban yang kalian bawa itu dan cukurlah rambut kaliang.” Demi Allah tidak ada satu sahabatpun berdiri mematuhi perintah itu sampai Nabi mengucapkannya sebanyak tiga kali. Ketika dilihatnya mereka tidak mematuhi juga perintahnya, Nabi masuk ke dalam tendanya dan keluar kembali tanpa berbicara dengan siapapun. Beliau sembelih korbannya dengan tangannya sendiri lalu memanggil tukang cukurnya kemudian beliau bercukur. Melihat ini para sahabat kemudian menyembelih juga korban mereka, kemudian saling mencukur sehingga hampir-hampir mereka saling berbunuhan.”

Pertanyaan: KALAU SAJA SEMUA HADITS TENTANG KEHARUSAN MENGHORMATI PARA SAHABAT NABI ITU SHAHIH ADANYA MAKA KITA DENGAN HERAN BERTANYA:
  1. MENGAPA KITA HARUS MENGHORMATI UMAR YANG TIDAK HORMAT KEPADA NABI?
  2. MENGAPA KITA HARUS MENARUH HORMAT KEPADA ORANG YANG MENYAKITI PERASAAN NABI?
  3. MENGAPA KITA HARUS HORMAT KEPADA ORANG-ORANG YANG MEMBANGKANG PERINTAH NABI?
  4. MENGAPA KITA HARUS MENGHORMATI ORANG-ORANG YANG LEBIH MEMENTINGKAN PENDAPATNYA SENDIRI DIATAS PENDAPAT NABI?

Padahal Allah sudah menggariskan dalam al-Qur’an:

يا أيها الذين آمنوا لا ترفعوا أصواتكم فوق صوت النبي ولا تجهروا له بالقول كجهر بعضكم لبعض أن تحبط أعمالكم
 وأنتم لا تشعرون

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari” (QS. Al-Hujuraat: 2)

Umar telah meninggikan suaranya di hadapan Nabi. Umar telah menganggap pendapat dirinya lebih daripada pendapat Nabi. Oleh karena itu sesuai dengan hukum Allah dalam Al-Qur’an itu, amalan orang seperti itu akan terhapus dan ia diakhirat akan mengalami kerugian yang amat sangat.

APAKAH KITA KELUAR DARI ISLAM KALAU TIDAK MENGHORMATI PARA SAHABAT NABI?

Tentu saja tidak. Karena kalau menghormati sahabat itu dijadikan tolok ukur keIslaman seseorang maka semua madzhab (terutama madzhab-madzhab Ahlussunnah seperti Maliki, Hanafi, Syafi’I, dan Hambali) akan mencantumkan PENGHORMATAN TERHADAP SAHABAT NABI sebagai salah satu rukun Islam.

Selama ini rukun Islam orang-orang Ahlussunnah ialah:
  1. Syahadat
  2. Shalat
  3. Puasa
  4. Zakat
  5. Haji (bagi yang mampu)
Dimanakah gerangan PENGHORMATAN TERHADAP SAHABAT NABI diletakkan?

 

PENUTUP

Kalau saya tidak menghormati sebagian dari para sahabat, maka itu ada asalannya yang sangat kuat. Dengan alasan yang kuat itu, maka tidak ada alasan bagi orang lain untuk meragukan keIslaman saya. Apalagi mengingat penghormatan kepara para sahabat (tanpa kecuali) itu tidak termasuk rukun Islam. Jadi karena saya seorang Muslim, maka saya mendapatkan hak untuk diperlakukan sebagai seorang Muslim. Apabila ada orang yang mencabut hak itu dari saya dan mempelakukan saya dengan akhlak yang buruk, maka saya pasrahkan dia kepada Allah yang maha adil dan bijaksana. Hukum Allah itu tegas dan adil. Seandainya anda tahu itu, YAA .... AYYUHAL MUSLIMUUN…………………….

Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta