Ulama Saudi itu berkata, “Perbudakan itu bagian dari Jihad; dan Jihad akan terus berlangsung selama Islam masih ada”
Sheikh Saleh al-Fawzan adalah seorang ulama ternama di jajaran para ulama yang dipercaya oleh pemerintah Saudi Arabia. Ia juga adalah seorang penulis dan penyusun kurikulum pelajaran agama di Saudi Arabia dan ia percaya bahwa Islam itu membolehkan perbudakan.
Sheikh Wahabi dari Saudi ini berkata: “Perbudakan itu bagian dari Islam”
Sheikh Saleh Al-Fawzan
Sheikh Saleh Al-Fawzan, juga dikenal dengan as-Shaykh Dr. Saalih Ibn Fowzan Ibn ‘Abdullah Ibn Fowzaan. Ia menyentakkan kita semua dengan berkata, “Perbudakan itu adalah bagian dari Islam”. Itu dituturkannya kepada Independent Saudi Information Agency atau SIA.
Dalam sebuah khutbahnya yang kebetulan direkam oleh SIA, sheikh itu berkata, “Perbudakan itu adalah bagian dari Jihad; dan Jihad itu akan terus berlangsung selama Islam masih ada.”
Buku-buku agama yang ia tulis digunakan banyak orang untuk mengajari para pelajar Saudi tentang agama. Ada sekitar 5 juta pelajar—baik di dalam negeri (Saudi Arabia) maupun di luar negeri—yang belajar dan mengambil ilmu dari buku-buku yang ia tulis. Sebagian dari para pelajar itu ada yang belajar di Amerika Serikat.
Sheikh al-Fawzan itu adalah seorang anggota Dewan Ulama Senior di Saudi Arabia dan ia memiliki posisi yang paling tinggi. Ia mengatakan bahwa kaum Muslimin yang berpendapat “Islam itu menentang perbudakan” adalah “Orang-orang yang jahil dan tidak terdidik.”
“Mereka itu hanyalah para penulis picisan,” sheikh itu berkata kepada SIA. “Siapapun yang mengatakan itu adalah orang-orang sesat.”
Salah satu dari buku yang ditulis oleh Al-Fawzan ialah Al-Tauhid (monoteism). Dalam buku itu ia tanpa tedeng aling-aling menuliskan bahwa kebanyakan dari kaum Muslimin itu adalah para penyembah berhala (politeis) dan oleh karena itu darah dan hartanya boleh diambil secara bebas oleh “Kaum Muslimin Benar-benar Muslim”.
Independent Saudi Information Agency atau SIA melaporkan bahwa meskipun Pemerintah Saudi Arabia mengklaim bahwa mereka tengah merevisi dan mereformasi kurikulum pendidikan agama mereka, akan tetapi buku-buku dari Al-Fawzan masih tetap digunakan secara luas.
Al-Fawzan adalah salah seorang anggota Dewan Fatwa dan Riset Agama; ia juga seorang imam mesjid di Mesjid Mitaeb, Riyadh dan seorang profesor di Imam Mohamed Bin Saud Islamic University—pusat pembelajaran Penafsiran Islam yang strict dan kaku versi Wahabi.
SIA juga melaporkan bahwa Al-Fawzan—sebagai tokoh utama yang menentang reformasi kurikulum—menentang adanya PEMILU dan demonstrasi (yang biasanya ada dalam sebuah negara demokrasi). Al-Fawzan mengatakan bahwa keduanya itu sebagai produk barat yang sesat dan oleh karena itu tidak boleh ada. Al-Fawzan menentang praktek pernikahan wanita Arab dengan laki-laki yang bukan Arab meskipun laki-laki itu adalah seorang Muslim. Al_Fawzan juga mengatakan bahwa menonton televisi itu haram hukumnya.
Al-Fawzan telah mengancam Sheikh Hassan Al-Maliki untuk dihukum pancung. Sheikh Hassan Al-Maliki ialah seorang penulis dan cendikiawan dari Saudi Arabia yang tidak setuju dengan agama Wahabi (agama resmi Saudi Arabia). SIA melaporkan bahwa Al-Maliki dipecat dari jabatannya sebagai menteri pendidikan Saudi Arabia karena ia telah menulis sebuah makalah setebal 50 halaman yang isinya mengkritik buku yang ditulis oleh Al-Fawzan, Al-Tauhid.
______________________________________________________________________
DAMPAK-DAMPAK BURUK DARI PERBUDAKAN
Perbudakan itu menimbulkan banyak sekali dampak yang tidak kita inginkan. Dampak yang terjadi pada masyarakat budak atau bekas budak hampir sama dengan dampak yang diderita oleh sebuah negara yang terlalu lama dijajah oleh kaum penjajah seperti negara kita misalnya.
Diantara dampak buruk dari perbudakan yang berhasil saya temukan ialah sebagai berikut:
- Hilangnya percaya diri dan harga diri. Susah bergaul dengan orang lain karena merasa diri lebih hina. Tidak bisa mengembangkan potensi dirinya karena merasa sebagai orang yang “bukan siapa-siapa”. Apabila budak-budak itu terhimpun dalam satu kelompok, maka mereka juga tidak bisa berbuat banyak karena secara individu mereka sudah merasa tak mampu.
- Merasa orang lain lebih hebat dan mampu daripada dirinya. Perasaan ini juga timbul di kalangan masyarakat yang negaranya dijajah terlalu lama. Orang-orang Indonesia, misalnya, seringkali merasa rendah diri kalau bergaul dengan orang-orang Eropa dan Amerika atau orang-orang yang datang dari negara yang jauh lebih maju daripada Indonesia. Nama-nama orang-orang bule seringkali disebut nama-nama orang moderen. Nama Jack, Michael, Robert, Nancy, Suzie Margareth dianggap jauh lebih keren daripada nama-nama Dadang, Poltak, Asep, Abdul, atau Siti, Neneng, Ponirah dll. Karena rasa rendah diri yang sama tim olah raga kita juga sering kalah sebelum bertanding.
- Hilangnya nilai-nilai kemanusiaan. Manusia yang seharusnya tak ternilai harganya karena merupakan makhluk yang palng mulia yang telah diciptakan olehNya menjadi makhluk yang punya nilai rupiah. Ia bisa dibeli dan diperjual belikan. Ia diperlakukan sebagai komoditi dan bisa juga ditukar dengan komoditi lainnya seperti barang-barang mati atau dengan hewan-hewan ternak dan palawija. Nilai-nilai kemanusiaannya telah dihilangkan dan digantikan dengan nilai nominal yang bisa ditawar sesuai dengan perkiraan harga dari para pembelinya.
- Terampasnya kebebasan. Manusia itu dilahirkan merdeka dan ia memiliki hak unutk hidup bebas seperti manusia lainnya. Hak itu bisa langsung hilang kalau anda adalah seorang anak yang dilahirkan dari ibu seorang budak. Anda akan diperjual belikan atau dibunuh langsung kalau anda cacat sejak lahir karena anda nilainya sama dengan binatang-binatang ternak atau hewan peliharaan yang diperdagangkan.
- Masa depan suram; penuh ketidak pastian dan rasa frustasi yang mencekam. Para budak belian hampir-hampir tak punya mimpi yang indah karena setiap harinya, nasib dirinya sendiri tidak pernah bisa ia kendalikan. Nasibnya tergantung kemurah-hatian sang tuan. Ia tidak bisa merenda hari esok untuk mendapatkan masa depan yang cerah dan menjanjikan. Ia yakin bahwa ia nanti akan mati sebagai budak saja. Titik. Dan ia tidak yakin bahwa ia akan dikubur dengan upacara pemakaman yang layak seperti yang didapatkan oleh manusia bebas.
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.
Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?.
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,
atau memberi makan pada hari kelaparan,
(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
atau orang miskin yang sangat fakir.
Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.
Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri.
(QS. Al-Balad 10—19)
MELEPASKAN SEORANG BUDAK DARI PERBUDAKAN ITU ADALAH JALAN YANG SUKAR, AKAN TETAPI JALAN ITULAH YANG DIPILIH DAN DITEMPUH OLEH ORANG-ORANG DARI GOLONGAN KANAN—GOLONGANNYA PARA NABI DAN AULIA PARA KEKASIH TUHAN.
Comments