UMAR IBN KHATTAB MELANGGAR HADITS NABI DAN TIGA AYAT SUCI

“Tiga hari sebelum Rasulullah wafat, Umar bin Khattab dan para sahabat lainnya datang menemui Nabi di pembaringannya. Rasulullah berkata, ‘Sekarang akan aku tuliskan sesuatu untuk kalian berupa surat wasiat agar kalian tidak tersesat sepeninggalku.’ Umar berkata dengan keras, ‘Rasulullah sedang mengigau; cukuplah Kitabullah di samping kita.’ Pernyataan Umar yang tidak sopan ini mengundang kegaduhan di antara orang-orang yang hadir di kamar Nabi itu. Mereka bertengkar satu sama lainnya. Sebagian sahabat yang setia berkata bahwa apa-apa yang dikatakan dan diperintahkan oleh Nabi itu harus didengar dan dipatuhi agar nanti Rasulullah bisa menuliskan apapun yang hendak beliau tuliskan untuk kebaikan umat. Sebagian lain memihak Umar dan tidak memberikan kesempatan pada Rasulullah untuk menuliskan surat wasiat. Ketegangan memuncak dan kemarahan terdengar di sana-sini akhirnya Rasulullah berkata, “Pergilah kalian semua dan menjauhlah dariku”

 

Kejadian di atas anda bisa lihat dalam

  1. Muslim: as-Shahih (“Kitabu ‘l-Wasiyyah”, Babu’t-tarki ‘lwasiyyah), volume 5, halaman 75—76
  2. al-Bukhari: as-Shahih, (Cairo, 1958), volume 1, (“Kitabu ‘l-‘Ilm”), halaman 38—39; volume 4, halaman 85; volume 6, halaman 11—12; volume 7 (“Kitabu ‘t-Tib”), halaman 155—156; volume 9, (“Kitabu ‘l I’tisam bi ‘l-Kitab wa ‘s-Sunnah”), halaman 137. Menarik untuk diketahui di sini ialah bahwa Bukhari menyatakan kalimat “Rasulullah sedang mengigau” akan tetapi ia menghapuskan nama orang yang mengatakan kalimat yang amat tidak sopan untuk Rasulullah itu. Akan tetapi lucunya ialah ketika Bukhari mengubah kalimat itu supaya lebih sopan lagi, ia menuliskan nama Umar secara jelas dan tegas sebagai orang yang mengucapkan kalimat tersebut. Rupanya Bukhari ingin melindungi Umar atas ketidak sopanan yang telah ia perbuat kepada Rasulullah.
  3. Ibn Sa’d: at-Tabaqat, volume 2, halaman 242, 324f, 336, 368
  4. Ahmad ibn Hanbal: al-Musnad, volume 1, halaman 232, 239, 324f, 336, 355.)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dengan melihat riwayat yang shahih dan masyhur itu kita bisa menyimpulkan bahwa Umar Ibn Khattab telah melakukan pelanggaran berat. Ia telah menentang Al-Hadits dan Al-Qur’an.

  • Ia telah melanggar al-Hadits karena ia telah dengan sengaja dan sadar menentang perintah Rasulullah. Padahal perintah Rasulullah itu ia dengan langsung tanpa perantara. Sanadnya langsung bersambung pada dirinya dan pada para sahabat lainnya. Ia ada di tempat kejadian perkara ketika HADITS itu sampai kepadanya. Akan tetapi Umar Ibn Khattab dengan pongahnya dan sombongnya melanggar perintah Rasulullah, junjungan sekalian alam.
  • Parahnya lagi, kelakuan Umar Ibn Khattab itu juga dengan jelas dan terang benderang melanggar ayat-ayat suci al-Qur’an. Diantaranya ialah:
  1. Setiap orang Muslim itu tidak boleh meninggikan suaranya di atas suara Nabi…… karena kalau mereka melakukan itu mereka akan kehilangan pahala mereka: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS. Al-Hujurat: 2). Dan Umar Ibn Khattab telah meninggikan suaranya di atas suara Nabi. Ia memaksakan kehendaknya agar Rasulullah tidak jadi menuliskan surat wasiatnya.
  2. Kata-kata Rasulullah itu semuanya adalah wahyu dari Allah; oleh karena itu mengingkari kata-kata Rasulullah itu sama saja dengan mengingkari sebuah wahyu: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) (QS. An-Najm: 3—4). Dan Umar Ibn Khattab kemungkinan meragukan Rasulullah sebagai Nabi dan Rasul oleh karena itu ia tidak menganggap perkataan Rasulullah yang mulia itu sebagai wahyu dari Allah yang sudah seharusnya ia taati dan patuhi.
  3. Kaum Muslimin itu semuanya wajib mematuhi setiap perintah Rasulullah tanpa “ba-bi-bu”; tanpa syarat; tanpa penentangan sama sekali: “……………..Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr: 7). Dan Umar Ibn Khattab tidak rela dengan yang diberikan oleh Rasulullah. Rasulullah memberikan sebuah wasiat yang apabila seluruh kaum Muslimin berpegang teguh padanya, maka mereka tidak akan tersesat selamanya. Umar rupanya tidak ingin seluruh Muslimin tetap pada kebenaran dan keselamatan.

Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta