PERSETERUAN ITU BERLANJUT HINGGA KE ANAK CUCU
Ketidak-adilan Abu Bakar terhadap bunda Fathimah az-Zahra memberikan jalan yang mulus kepada para karib kerabatnya dan keluarganya untuk melakukan hal yang sama kepada keturunan Nabi. Sayyid Safdar Hussain, dalam bukunya yang sangat berharga yang diberijudul The Early History of Islam, halaman 242, merangkum tindak kejahatan yang dilakukan oleh keluarga Abu Bakar (keturunan, sanak kerabat, dan keluarga karena pernikahan dari keturunan Abu Bakar) kepada keluarga Fathimah dan keturunannya. Ia menuliskan sebagai berikut:
“Sejarah telah menunjukkan dengan jelas sekali kepada kita bahwa Abu Bakar sendiri dan seluruh keluarganya (kecuali Asma dan puteranya yang bernama Muhammad) bersikap bermusuhan dengan keluarga Nabi, walaupun Al-Qur’an telah mewajibkan kita untuk mencintai keluarga Nabi dan Rasulullah pernah bersabda mengenai rasa hormat dan rasa cinta kepada keluarganya. Berikut adalah bukti-bukti nyata yang menunjukkan sikap permusuhan dari keturunan Abu Bakar terhadap keturunan atau keluarga Nabi:
ABU BAKAR, ketika naik menjadi khalifah, ia mengirimkan Umar untuk menemui bunda Fathimah dan mewajibkan Ali dengan paksaan untuk mendatanginya dan memberikan bai’at kepadanya. Umar mengancam untuk membakar rumah bunda Fathimah. Umar menggiring Imam Ali dengan todongan senjata ke hadapan Abu Bakar dimana disana ia dipermalukan dan dihina. Imam Ali merasa sangat sedih atas perlakuan itu hingga ia tersungkur di pusara Rasulullah dan kemudian ia menangis sejadinya di sana. Bunda Fathimah sendiri sangat sedih dan marah sekaligus hingga tidak lama setelah ayahnya yang tercinta meninggal, maka ia tidak lagi bertegur sapa dengan Abu Bakar. Sejarah mencatat bahwa bunda Fathimah tidak lagi terlihat berbicara dengan Abu Bakar. Di pembaringannya ketika bunda Fathimah hendak meninggal dunia, bunda Fathimah berwasiat agar pemakamannya tidak dihadiri oleh dua orang itu: ABU BAKAR dan UMAR IBN KHATTAB. Pemakaman bunda Fathimah dilangsungkan pada malam hari dan tidak diketahui oleh seluruh penduduk kota Madinah. Hanya beberapa gelintir orang saja (keluarga dan pendukung keluarga Rasulullah) yang hadir di pemakaman itu. Hingga kini makam bunda Fathimah tidak diketahui orang dimana letak sebenarnya. ‘AISYAH BINTI ABU BAKAR, puteri dari Abu Bakar. Aisyah memberontak dan memerangi Ali bin Abi Thalib—khalifah yang sah; khalifah pertama yang ditunjuk oleh umat secara aklamasi (beda dengan para khalifah sebelumnya yang menjadi khalifah dengan intrik-intrik politik). Aisyah tidak pernah membai’at Ali sebelumnya dan ketika Ali baru saja menjabat jabatan khalifah, Aisyah langsung menyatakan perang terhadapnya. 30,000 nyawa melayang ….. dan mereka adalah para sahabat Nabi. Sebagian kecil sahabat Nabi yang setia kepada Nabi ikut dengan Ali; dan sebagian lagi yang lebih mencintai harta dan kekuasaan politik lebih memilih Aisyah. Untunglah pihak Aisyah kalah dalam perang itu. Kalau Aisyah menang, maka Islam akan jatuh ke tangan para sahabat Nabi yang lebih menyukai dunia dibandingkan akhirat; dan wajah Islam akan berubah seratus delapan puluh derajat. ZUBAYR BIN AWWAM, menantu dari Abu Bakar. Zubayr bin Awwam menikah dengan Asma binti Abu Bakar—puteri tertuanya. Zubayr juga memerangi keluarga Nabi dalam Perang Unta. Ia menjadi salah satu jendral pasukan dalam Perang Unta. Ia memilih untuk berpihak kepada Aisyah daripada Ali. Ia lebih memilih keluarga Abu Bakar daripada keluarga Nabi. Di tengah-tengah peperangan (Perang Unta) yang makin berkecamuk, Zubayr mundur dari peperangan dan pergi meninggalkan medan perang menuju kota Mekah. Akan tetapi ia dibunuh orang tidak jauh dari medan perang. ABDULLAH BIN ZUBAYR, cucu dari Abu Bakar. Abdullah bin Zubayr adalah putera dari Zubayr bin Awwam dan Asma binti Abu Bakar. Ia menjadi komandan pasukan infantri dalam pasukan pemberontak pimpinan Aisyah yang ditujukan untuk memerangi dan membunuh Ali bin Abi Thalib; dan kemudian merampas jabatan khalifah darinya. Abdullah bin Zubayr diadopsi oleh Aisyah yang tidak lain adalah tantenya sendiri. Setelah Perang Unta selesai, ia diketemukan diantara tumpukan mayat-mayat yang bergelimpangan. Ia kemungkinan besar bersembunyi di tumpukan mayat itu karena ketakutan. Ia masih hidup. THALHAH BIN UBAYDILLAH, sepupu sekaligus menantu dari Abu Bakar. Thalhah adalah suami dari puteri Abu Bakar yaitu Ummi Kultsum. Thalhah adalah komandan pasukan pemberontak pimpinan Aisyah. Ketika Perang Unta berkecamuk, Marwan bin Hakam (kelak menjadi khalifah kaum Muslimin; sementara pada waktu itu ia adalah sekretaris negara yang ditunjuk oleh Utsman bin Affan, saudaranya. Marwan adalah otak jahat yang ada di dalam kekhalifahan Utsman) datang mengendap-endap mendekati Thalhah bin Ubaydillah. Marwan dan Thalhah sebenarnya ada dalam pasukan yang sama dan memerangi orang yang sama yaitu Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi Marwan mengetahui bahwa Thalhah adalah orang yang ikut bertanggung jawab atas kematian Utsman bin Affan. Ketika melihat Thalhah sedang sibuk, Marwan berkata kepada budaknya, “Beberapa hari sebelumnya Thalhah sibuk menghasut orang-orang agar membunuh Utsman bin Affan; tapi sekarang ia sibuk untuk membalaskan darah Utsman bin Affan. Betapa memuakkan! Ia itu orang yang sangat munafik dan hanya mencari kesenangan dunia saja kerjanya!” Setelah berkata seperti itu, Marwan menembakkan sebuah panah yang kemudian menembus paha Thalhah dan menusuk kuda yang ditungganginya. Kuda itu menjerit keras dan lari kencang meninggalkan pasukan. Thalhah sendiri terlempar dari kudanya dan jatuh terjerembab ke tanah. Ia kemudian cepat-cepat dibawa ke kota Basrah dan ia tewas di sana tidak berapa lama kemudian. ABU AL-RAHMAN, sepupu Abu Bakar saudara dari Thalhah. Abu Al-Rahman juga ikut dalam Perang Unta untuk membela Aisyah dan memerangi Ali bin Abi Thalib dan keluarga Nabi. MUHAMMAD BIN THALHAH, putera Thalhah, juga ikut dalam perang untuk membunuh Ali bin Abi Thalib dan keluarga Nabi. JA’DAH BINTI ASY’ATS, puteri dari Ummi Farwa. Ummi Farwa sendiri adalah saudari dari Abu Bakar. Jadi Ju’dah itu keponakan dari Abu Bakar. Ia membunuh Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi. Jadi cucu Nabi dibunuh oleh cucu Abu Bakar. Yang menarik ialah JA’DAH BINTI ASY’ATS itu adalah istri dari Hasan bin Ali, Jadi Hasan bin Ali bin Abi Thalib—cucu Nabi—dibunuh oleh istrinya sendiri.Mas’ûdî mengatakan: ‘Tatkala ia diberi minum racun, ia bangun menjenguk beberapa orang kemudian, setelah sampai di rumah, ia berkata: ‘Aku telah diracuni, berkali-kali tetapi belum pernah aku diberi minum sepertiini, aku sudah keluarkan racun itu sebagian, tetapi kemudian kembali biasa lagi’.
Husain berkata: ‘Wahai saudaraku, siapa yang meracunimu?’.
Hasan menjawab: ‘Dan apa yang hendak kau lakukan dengannya? Bila yang kuduga benar, maka Allâh-lah yang melakukan hisab terhadapnya. Bila bukan dia, aku tidak menghendaki orang membebaskan diriku. Dan dia berada dalam keadaan demikian sampai 3 hari sebelum ia ra. akhirnya meninggal. Dan yang meminumkan racun kepadanya adalah Ja’dah binti Asy’ats bin Qais al-Kindî, dan Mu’âwiyah yang memerintahkan kepadanya, dan bila ia berhasil membunuh Hasan ia akan dapat 100.000 dirham dan ‘ akan mengawinkannya dengan Yazîd’. Ialah yang mengirim racun kepada Ja’dah, istri Hasan. Dan tatkala Hasan meninggal, ia mengirim uang tersebut dengan surat:‘Sesungguhnya kami mencintai nyawa Yazîd, kalau tidak maka tentu akan kami penuhi janji dan mengawinkan engkau dengannya’. {Mas’ûdî, Murûj adz-Dzahab, jilid 2, hlm. 50}As-Sibth bin Jauzi meriwayatkan dari Ibnu Sa’d dalam kitab At-Thabaqaat dan ia meriwayatkan dari Al-Waqidi bahwa Imam Hasan bin Ali a.s. ketika sedang menghadapi sakaratul maut pernah berwaiat: “Kuburkanlah aku di samping kakekku Rasulullah SAWW”. Akan tetapi, Bani Umaiyah, Marwan bin Hakam dan Sa’d bin Al-’Ash sebagai gubernur Madinah kala itu tidak mengizinkannya untuk dikuburkan sesuai dengan wasiatnya.Ibnu Sa’d pengarang kitab At-Thabaqaat berkata: “Salah seorang sahabat yang menentang penguburan Imam Hasan a.s. di samping Rasulullah SAWW adalah A’isyah. Ia berkata: “Tidak ada seorang pun yang berhak dikubur di samping Rasulullah”. Jadi selain diracun Hasan bin Ali cucu Nabi itu juga dilarang oleh Aisyah jenazahnya dikuburkan disamping kakeknya yang sangat mencintai dan dicintainya.Akhirnya, jenazah Imam Hasan a.s. diboyong menuju ke pekuburan Baqi’ dan dikuburkan di samping kuburan neneknya, Fathimah binti Asad.Dalam kitab Al-Ishaabah, Al-Waqidi bercerita: “Pada hari (penguburan Imam Hasan a.s.) orang-orang yang menghadirinya sangat banyak sekiranya jarum dilemparkan di atas mereka, niscaya jarum tersebut akan jatuh di atas kepala mereka dan tidak akan menyentuh tanah”. ISHAQ, putera dari Ummi Farwa (saudari dari Abu Bakar), juga dua orang putera dari Asy’ats, semuanya ambil bagian dalam tentara Yazid untuk membunuh Husein bin Ali (cucu Nabi, saudara dari Hasan bin Ali). Keturunan Abu Bakar itu ikut dalam pasukan Yazid bin Mu’awiyah (l.a) yang membantai keluarga Nabi di padang Karbala. Keturunan Abu Bakar ini kelak dibunuh oleh pengikut Imam Husein yang setia yang bernama Mukhtar yang membalaskan dendam cucu Nabi. Sementara yang lainnya mati digigit dan dikoyak-koyak oleh anjing-anjing buas. MUS’AB BIN ZUBAYR, putera dari Zubayr bin Awwam yang merupakan menantu dari Abu Bakar. Mus’ab bin Zubayr memerangi Al-Mukhtar (pengikut setia dari Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib—cucu Nabi)
PERANG UNTA MEMANG LEGENDARIS. SELAIN IA JUGA MEMALUKAN DAN MEMILUKAN.
Perang Unta itu mirip-mirip perang MAHABHARATA dalam kisah pewayangan. Perang itu perang saudara karena yang bertikai masih banyak pertalian darah antara satu dan lainnya.
Yang jelas perang itu melibatkan Keluarga Fathimah (keluarga Nabi) di satu sisi dan Keluarga Abu Bakar (keluarga Aisyah) di sisi lain.
Perang ini sarat kepentingan. Di pihak Ali bin Abi Thalib. Perang ini selain untuk mempertahankan kedaulatan negara (untuk melindungi rakyatnya) juga untuk mempertahankan Islam dari gangguan orang-orang yang tidak bertanggung-jawab. Kalau saja Ali dan keluarga Nabi kalah dan terbunuh dalam perang itu, maka itu artinya Islam yang asli akan musnah di muka bumi ini; digantikan dengan Islam palsu yang disebarkan oleh kalangan istana oleh para penguasa yang menjadikan Islam itu sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaannya sekaligus untuk menindas rakyatnya.
Di sisi lain, di pihak Aisyah, Thalhah, Zubayr (Keluarga Abu Bakar), perang ini adalah sebuah kesempatan emas untuk kembali mendapatkan tahta khilafah setelah sebelumnya pernah ada bersama mereka. Di dalam pasukan mereka ada juga para petualang yang mencoba untuk mencari peruntungan. Siapa tahu setelah perang, mereka bisa mendapatkan harta pampasan perang, atau jabatan, atau kedudukan; karena mereka kebanyakan adalah tentara bayaran.
Untuk lebih rinci tentang Perang Unta ini anda bisa baca: (JUST CLICK THE LINK BELOW):
.
Comments