Taken from:
Shabana
Syed for Veterans Today
Selama masa pendudukan Amerika Serikat
di Irak, ada kegiatan rutin yang selalu dilakukan terhadap para tawanan Irak di
penjara-penjara seperti di penjara Abu Ghraib dimana para sipir penjaranya
menggunakan cara-cara penyiksaan seperti yang mereka pelajari di kamp-kamp
latihan di Israel seperti yang dituturkan oleh Robert Fisk dalam tulisannya
“Abu Ghraib torture trails leads to Israel”. Salah satu pertanyaan yang sangat
mengejutkan dan sangat membingungkan (bagi orang-orang Barat) ialah pertanyaan
yang dilontarkan selama menginterogasi para tawanan itu. Pertanyaan yang
dimaksud ialah pertanyaan: “Dimanakah orang yang disebut dengan Imam Mahdi itu
bersembunyi?”
Menurut Mohabat News—sebuah kantor berita Orang
Kristen Iran yang pro-Israel—ketakutan terhadap Imam yang tersembunyi itu
begitu meyakinkannya hingga mereka menerbitkan sebuah postingan yang
menggambarkan bagaimana agen-agen CIA dan MI6 berusaha sekuat tenaga untuk
mendapatkan informasi tentang keberadaan Imam Mahdi. Dan mereka sudah melakukan
itu selama 20 tahun lamanya. Mereka melakukan terror dan penyiksaan terhadap
para ulama dan orang-orang desa yang tidak berdosa dengan pertanyaan yang sama
yaitu pertanyaan tentang keberadaan Imam Mahdi sekarang ini (Dimana ia
bersembunyi? Di kota mana? Kapan ia akan muncul kembali dan pada tahun berapa
tepatnya ia akan muncul kembali? Dll.)
Sebuah media korporasi Amerika sudah
menunjukkan sebuah tayangan dokumenter yang menakutkan yang menggambarkan sang
Imam yang tersembunyi yang tampak sedang memberikan nasehat kepada para
politisi Iran dari tempat persembunyiaannya yang tampak agung. Ia ditengarai
sedang memberikan nasehat untuk membuat manuver-manuver untuk perang Armageddon
(Perang Akhir Zaman).
Lalu siapakah Imam Mahdi yang dicari-cari oleh orang-orang
Zionis yang mengendalikan kongres Amerika ini? Siapakah gerangan Imam Mahdi
yang juga dicari-cari leh sistem keuangan internasional (International Monetary
System) yang keduanya memerintahkan tembak di tempat apabila ada orang yang
diyakini sebagai Imam Mahdi tampak di muka umum.
Imam Mahdi itu ialah imam ke-duabelas dari kaum
Muslim Syi’ah dan menurut hadits-hadits ia sedang berada dalam “keghaiban” dan
kemudian akan kembali lagi ke bumi untuk menegakkan keadilan di muka bumi ini.
Ia lahir pada tanggal 29 Juli 869, di kota Samarra, Irak. Ibunya bernama Nargis
berasal dari Romawi.
Ia disembunyikan sejak lahir hingga ia
mengalami keghaiban karena para penguasa Abbasiyyah pada waktu itu mengetahui
tentang ramalan tentang Imam Mahdi yang akan membawakan revolusi melawan
kedzaliman dan menentang para tiran. Para penguasa Abbasiyyah tahu betul akan
manusia yang dijanjikan kedatangannya itu dan ia adalah putera dari Imam
kesebelas, Imam Hasan al-Askari.
Demi untuk membunuh anak yang baru dilahirkan itu,
maka para penguasa Bani Abbasiyyah memasang mata mereka dan telinga mereka.
Mereka memata-matai para wanita yang ada di rumah Imam Hasan al-Askari itu
untuk mengawasi siapa saja yang keluar dari rumah itu dengan seorang bayi.
Menurut sejarah, kelahiran Imam Mahdi dan
beberapa tahun dari masa kecilnya itu dirahasiakan dari khalayak ramai akan
tetapi ketika Imam Al-Askari syahid dibunuh penguasa Bani Abbasiyyah, puteranya
(yaitu Imam Mahdi) yang pada waktu itu masih berusia 4 tahun masuk dalam
keghaiban, dan kemudian kembali muncul setelah beberapa tahun lamanya untuk
kemudian ghaib lagi ketika para penguasa mencari dan memburunya. Ia akan terus
ghaib hingga waktunya datang untuk kemunculannya lagi untuk memusnahkan para
pelaku kejahatan serta untuk membangun kembali kemanusiaan.
Apakah ini sebuah khayalan atau bukan (ini
keyakinan penulis—red), apa yang aneh ialah bahwa kecenderungan yang sama terus
menerus terjadi sepanjang sejarah hingga detik ini: para penguasa yang dzalim
selama kurang lebih seribu tahun yang lalu memburu Imam Mahdi ini untuk dibunuh
dan hingga sekarang para penguasa (yang baru) juga masih menyasar tokoh ini
untuk diburu dan dibunuh.

Matt Carr, seorang jurnalis, menulis dalam
blognya sebagai berikut: “Dengan kata lain, para pemimpin Iran sedang membangun senjata nuklir supaya Iran bisa dihancurkan dan para penduduknya bisa semuanya
pergi ke surga. Tidak mengherankan kalau pendapat ini disusun oleh seorang
Zionis fanatik yang bernama Melanie Phillips pada berbagai kesempatan.”
Phillips pernah menuliskan: “Seperti yang sudah
saya tuliskan beberapa kali, dari mulai Pemimpin Ruhani tertinggi Ayatullah Ali
Khamenei hingga terus ke orang-orang di bawahnya semuanya didominasi oleh
orang-orang (yang disebut dengan pengikut Syi’ah fanatik) yang yakin dan
percaya bahwa seorang messiah—seorang juru selamat—yang disebut dengan
“Al-Mahdi”, akan muncul kembali ke bumi ini baik karena hari akhir dunia sudah
dekat atau karena dia muncul, maka hari akhir dunia sudah makin mendekat.”
Jelas sekali kaum Zionis memang menginginkan
perang dengan Iran akan tetapi yang membuat kita bingung itu ialah mengapa
mereka masih menyusahkan diri mereka sendiri untuk mencari seorang laki-laki
yang sudah hilang atau ghaib selama lebih dari seribu tahun lamanya?
(Kesimpulan yang masuk akal ialah bahwa kaum Zionis itu sangat yakin bahwa Imam
Mahdi itu ada; dan itu sangat mengejutkan kita semua karena kaum Muslimin
sendiri tidak semuanya memiliki keimanan yang sama tentang sosok Imam Mahdi
ini. Banyak sekali kaum Muslimin yang malah tidak percaya—atau tidak beriman—terhadap
adanya Imam Mahdi (as.)—red.).
Imam yang disembunyikan atau Imam yang ghaib
sudah menjadi kepercayaan dari kaum Syi’ah dan Sunni selama beberapa abad
lamanya. Kaum Sunni pun menunggu kedatangan dari Imam Mahdi walaupun mereka
memiliki sedikit perbedaan dengan saudaranya dari kaum Syi’ah. Keyakinan akan
adanya Imam Mahdi ini tidak ada bedanya dengan bentuk keyakinan yang disebut
dengan Millenarianisme yang ada di hampir semua agama. Semua agama meyakini
bahwa akan ada seseorang yang akan menyelamatkan dunia ini dari kehancuran
moral dan itu menjadi tonggak sejarah dimana dunia akan dipenuhi dengan
keadilan dan ketentaraman dimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman dan
peperangan.
Orang-orang Nasrani meyakini bahwa Yesus
Kristus akan kembali (ini juga menjadi keyakinan kaum Muslimin) untuk memerangi
orang-orang anti Kristus (Anti-Christ). Sementara itu kaum Yahudi juga sedang
menantikan juru selamatnya sendiri (Mesiah Yahudi). Mereka mengambil resiko
yang sangat bahaya yang bisa menyebabkan timbulnya perang dunia ketiga. Mereka
mengobrak-abrik tempat suci nomor tiga bagi kaum Muslim yaitu Mesjid al-Aqsa
agar mereka bisa mendirikan kuil ketiga mereka agar sang Mesiah juru selamat
mereka cepat kembali untuk menguasai dunia.
Bagi mereka yang skeptis dan tidak mempercayai
kisah-kisah tentang juru selamat atau para mesiah ini atau bagi mereka yang
dididik dalam kebudayaan sekuler barat, kisah-kisah hanya akan dianggap sebagai
dongeng-dongeng saja. Akan tetapi yang membuat kita terperangah dan
terheran-heran ialah: Mengapa mereka—orang-orang Israel—mencari-cari Imam Mahdi
padahal mereka semuanya dibesarkan dan dididik dalam kebudayaan barat yang
tidak mempercayai ini semua.
Karena fakta-fakta yang sangat kuat menunjukkan
bahwa mereka sedang mencari dan memburu Imam Mahdi, maka hendaknya kita juga
tidak mengabaikan kisah-kisah atau cerita-cerita yang berasal dari Irak yang
menggambarkan apa yang harus kita lakukan untuk bisa mencari dan menemukan Imam
Mahdi.
Pada tahun 2006, makam dari ayahnya Imam
Mahdi—yang bernama Imam Hasan al-Askari (as)—dibom oleh orang-orang yang
berpakaian seragam pasukan keamanan. Makam itu ditengarai sebagai tempat lahir
Imam Mahdi (as) sekaligus juga tempat terakhir dimana Imam Mahdi (as) terakhir
kali tampil di muka umum. Banyak sekali orang atau saksi mata yang meyakini
bahwa orang-orang yang berpakaian seragam pasukan keamanan itu mencuri beberapa
pakaian yang menempel di tubuh jenazah Imam Hasan al-Askari (as) untuk
mengambil sampel DNA. Sampel DNA itu nantinya akan digunakan untuk mencari Imam
Mahdi (as).
Bukan sebuah kebetulan kalau Phillips dan
teman-teman Zionis Israel-nya menebarkan rasa takut untuk yang kesekian
kalinya. Dan untuk sekarang ini mereka menebarkan perasaan takut terhadap “Imam
yang tersembunyi” (the hidden Imam).
Phillips adalah bagian dari sebuah network yang
secara terus menerus menebarkan perasaan takut terhadap Islam (atau Islamophobia).
Ia juga merupakan bagian dari warga negara Israel yang pertama (pionir).
Perdana menteri Israel David Ben Gurion memberikan pernyataan yang secara tidak
langsung memuji Phillips: “Ketika seorang Yahudi—baik ia tinggal di Amerika
maupun di Afrika Selatan—berbicara kepada seorang Yahudi lainnya tentang
“Negara Kita”, maka yang dimaksud ialah Negara Israel.”
Mereka adalah orang-orang yang sama juga yang
mengilhami seorang pembunuh berdarah dingin dari Norwegia—Anders Brevik—yang
membunuh sekitar 77 orang tak berdosa yang tergabung dalam kelompok Pro-Palestina
yang hendak memboykot Israel.
Anders Brevik
Orang-orang Israel yang termasuk warga negara
pertama inilah yang disebut-sebut oleh organisasi “Hacker” (yang disebut
“Anonymous”) ketika mereka mengatakan bahwa Israel itu memiliki sekitar 30,000
network yang menjalankan operasi-operasi rahasia yang beberapa diantaranya
memiliki nama sandi “hitman”.
Gordon Duff—analis politik senior Amerika
sekaligus editor senior untuk Veterans Today—menulis sebuah tajuk
berjudul: “Horror in Israel: 30,000 Mossad Spies Exposed”. Ia menyatakan
dalam tulisannya itu: “Setiap hari kita melihat dalam berita puluhan orang
terbunuh di Pakistan, misalnya; atau puluhan terbunuh di Irak, Kenya, Nigeria,
itu melibatkan pasukan berjumlah 30,000 orang. Mereka merencanakan terror;
membuat puluhan bom mobil tiap hari dan kemudian mereka sanggup bukan saja
menuliskan kebohongan dengan menyalahkan pihak lain akan tetapi di dalam
beberapa kasus malah mengarahkan para pejabat masyarakat yang mereka suap atau
peras—baik dengan iming-imin maupun dengan ancaman—untuk memberikan “respon yang
dikehendaki”.
Seharusnya Phillips dan kawan-kawan zionis-nya
tidak usah merisaukan Perang Armageddon yang konon katanya akan dilancarkan
oleh seorang laki-laki yang sudah menghilang sekitar seribu tahun lamanya.
Lebih baik mereka merisaukan sebuah peringatan yang diberikan oleh seorang
sejarawan militer Israel yang bernama Martin van Creveld ketika ia berkata: “Kami
memiliki ratusan hulu ledak nuklir dan roket dan kami bisa mengarahkannya
kepada target-target dimanapun ………. Kami memiliki kemampuan untuk menghancurkan
dan menguasai dunia. Dan aku tegaskan bahwa itu akan terjadi sebelum Israel
hancur.”
Selama beberapa abad lamanya, kitab Talmud
mengajarkan bahwa “Yesus dari Nazareth itu sangat tidak bermoral dan mesum;
ia suka menyembah patung dari batu; ia terputus dari keturunan orang-orang
Yahudi karena ia memiliki sifat jahat dan menolak untuk bertaubat. Itu bisa
kita lihat dalam kitab Talmud (Sanhedrin 107b; Sotah 47a)”.
Akan tetapi selama beberapa abad pula melalui
pendanaan yang sangat besar dan massif disertai dengan manipulasi, pihak Zionis
berusaha untuk meyakinkan kaum Kristiani bahwa Islam-lah yang jahat itu dan
oleh karena itu Islam perlu untuk ditaklukan melalui persatuan umat Kristiani
dan Yahudi.
Banyak sekali kaum Kristiani di Amerika Serikat
yang memiliki hubungan yang kuat sekali dengan kaum Zionis dan oleh karena itu
mereka pastilah sangat terperanjat ketika seorang Katolik—bahkan seorang
Presiden dari suatu Negara (Venezuela)—Hugo Chavez membuat sebuah pernyataan
setelah bertemu dengan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Pernyataan dari Hugo
Chavez itu ialah: “Bagi kami kaum Kristiani, Jerusalem itu adalah sebuah tempat
yang sangat suci; dan Nabi Yesus itu akan datang bersama berpegangan tangan
bekerja sama dengan Hazrat Mahdi; kemudian kedamaian akan muncul di setiap
jengkal penjuru dunia.”
Fakta bahwa Chavez mengisyaratkan bahwa kaum
Muslim dan kaum Kristiani akan bersatu untuk memerangi kaum jahat adalah fakta
yang sangat tidak diinginkan oleh kaum Zionis untuk diketahui oleh orang
lain—orang kebanyakan. Mereka sudah susah payah mengeluarkan dana yang sangat
melimpah ruah untuk menebarkan rasa permusuhan terhadap Islam (Islamophobia).
Mereka sudah berusaha sekuat tenaga melalui seluruh media masa agar bisa
menyisihkan kaum Muslimin dari pergaulan dunia.
Sebuah wawancara dilakukan oleh Ann Curry bersama dengan Presiden Iran Ahmadinejad yang
diprakarsai oleh NBC. Wawancara ini dilakukan pada tahun 2009 dan tak pernah
ditayangkan karena jawaban dari Ahmadinejad terhadap pertanyaan tentang Imam
Mahdi yang ghaib itu tidak sesuai dengan pandangan yang ingin dipaksakan oleh
kaum Zionis. Kaum Zionis ingin memaksakan pandangan bahwa “Mahdi itu akan
membawakan perang akhir dunia”.
Presiden Ahmadinejad mengoreksi pernyataan Ann
Curry dengan mengatakan:
“Apa yang hendak
dikatakan tentang perang akhir dunia itu—perang global … ini adalah pandangan
yang dipaksakan oleh kaum Zionis. Imam Mahdi itu akan datang dengan logika yang
benar dan terang; ia datang dengan berbudaya, ia datang dengan ilmu
pengetahuan. Ia akan datang untuk membuat kedamaian hingga tidak ada lagi
perang di muka bumi ini. Tidak ada lagi permusuhan, kebencian. Tidak ada lagi
konflik pertentangan ….. ia akan kembali dengan Yesus Kristus. Keduanya akan
kembali bersama-sama. Dan mereka akan bekerja sama; mereka akan memenuhi dunia
ini dengan cinta.”
Israel tentu saja tidak ingin pandangan ini
menjadi pandangan dunia. Mereka tidak ingin kaum Kristiani terbangun dari
tidurnya dan menyadari bahwa musuh mereka sebenarnya itu bukanlah kaum Muslimin
melainkan kaum Zionis.
Fakta bahwa gereja Katolik Roma ingin
menutup-nutupi kejadian pembunuhan kaum Kristiani di Jerusalem menguatkan
pandangan mengapa para pendiri Israel dan keluarga Rothschild itu berkuasa
karena Mayer Amschel Rothschild (1744—1812) sendiri berujar: “Biarkan aku
mengurus dan mengendalikan uang negara; sementara itu aku tidak peduli siapapun
yang akan membuat hukum.”
Apabila Israel mendasari kebijakannya dengan
keyakinan agama bahwa memang sudah hak mereka untuk kembali ke Jerusalem
sebagai “manusia-manusia pilihan” setelah 2000 tahun lamanya berkelana (harap
camkan bahwa para penduduk Palestina yang tinggal di tanah Palestina adalah
aslinya orang-orang Khazar) maka kemudian tidak usah heran apabila para
pemimpinnya meyakini bahwa kembalinya mereka ke tanah perjanjian itu semacam
ramalan masa depan yang berdasarkan agama.
Jonas E Alexis dalam tulisannya yang berjudul “Bolshevik
Purge of Western Civilization and Rational Discourse (Part II)” menuliskan:
“Kalau hal ini masih dianggap tidak masuk akal, maka anda lebih baik
mendengarkan perkataan dari mantan kepala Shin Bet (Badan Agensi
Kontraspionase), Yuval Diskin: “Masalah utama aku ialah bahwa aku tidak
percaya dengan kepemimpinan yang ada sekarang ini, yang akan menggiring kita
kepada sebuah perang dengan Iran dengan skala perang rejional ….aku tidak
percaya dengan kepemimpinan yang senantiasa membuat keputusan berdasarkan
‘ramalan agama’”
Apakah “Ramalan Agama” ini yang dijadikan
alasan bagi orang-orang Israel untuk mencari-cari Imam Mahdi? Dan kalau memang
mereka yakin akan kedatangan Imam Mahdi ini, pastinya mereka juga pernah
mendengarkan sebuah hadits yang menyatakan bahwa “Pasukan yang membawa
bendera hitam akan datang dari Khurasan dan tidak ada kekuatan apapun yang bisa
menghentikan mereka dan mereka akhirnya akan sampai di Baitul Muqadas (Mesjid
Al-Aqsa) dimana mereka akan menancapkan bendera-bendera mereka.”
Fakta bahwa Iran—seperti dilansir oleh
IAEA—tidak sedang membuat senjata nuklir tidak membuat Israel berhenti untuk
memaksakan perang kepadanya. Jadi alasan yang mungkin bisa masuk akal ialah
bahwa orang-orang yang sangat meyakini adanya Imam Mahdi itu ada di Iran dan
Khurasan adalah salah satu tempat yang ada di kawasan Iran, jadi orang-orang
Israel itu tetap mengincar Iran karena mereka sangat percaya dengan “ramalan
agama” yang menyatakan bahwa Imam Mahdi akan muncul lagi kedunia ini.
Khurasan itu adalah sebuah provinsi yang
terletak di sebelah timur laut di kawasan Iran. Tapi sebagian dari Khurasan
juga meliputi kawasan Asia Tengah dan Afghanistan.
Dimanapun Amerika Serikat dan Israel
melancarkan peperangan, di situ juga mereka membawa dan menggunakan bom-bom
yang mengandung posfor putih. Itu sekaligus menyiratkan sebuah fakta yang sulit
dibantah bahwa mereka itu berperang bukan untuk mengekspor demokrasi atau untuk
menegakkan demokrasi melainkan mereka hendak membuat sebuah generasi anak-anak
yang lumpuh dan cacat seumur hidup yang nantinya tidak bisa membangun atau
membentuk sebuah gerakan perlawanan ketika mereka dewasa kelak.
10 tahun setelah setelah invasi Amerika Serikat
di Irak, para dokter yang bertugas di sana menyaksikan dengan mata kepala
sendiri banyak sekali kasus orang-orang (terutama anak-anak) yang terkena
kanker. Sebagian besar anak yang lahir mengalami kelainan atau cacat bawaan yang
diduga kuat akibat pemakaian senjata yang mengandung uranium dan posfor putih
oleh pihak militer Amerika Serikat. Tingkat kelahiran bayi cacat di kota
Fallujah sudah melebihi angka rata-rata bayi cacat yang pernah terjadi di
Hiroshima dan Nagasaki.
Dokumen militer Afghanistan yang sempat bocor
oleh The Danish Daily menggambarkan lebih dari 1,100 kasus dimana
tentara Amerika Serikat sudah menggunakan granat-granat yang mengandung posfor
putih (WP grenades); selain itu juga mereka menggunakan posfor putih itu dalam
roket-roket dan bom-bom yang mereka jatuhkan di kawasan Afghanistan.
Hadits-hadits yang beredar di kalangan kaum
Muslimin menunjukkan bahwa Imam Mahdi itu datang bersama sebuah pasukan
yang membawa bendera-bendera hitam. Hadits-hadits itu juga menyatakan bahwa
hanya sedikit sekali orang Arab yang akan membantu dan mendukung perjuangan
Imam Mahdi (as). Orang-orang Arab malah lebih suka mendukung para tiran.
Orang-orang Arab yang akan mendukung perjuangan
Imam Mahdi sebenarnya sudah bisa kita ketahui dari ciri-ciri mereka. Pasukan
militer sipil Hizbullah dari Lebanon misalnya. Mereka walaupun hanya memiliki
persenjataan yang terbatas (karena bukan pasukan sebuah negara melainkan
pasukan dari sebuah Partai saja—yaitu partai Hizbullah) tapi sanggup mengusir
tentara Israel yang bersenjata sangat canggih dan tentaranya sangat terlatih. Para
pejuang Hizbullah itu walaupun senjatanya sangat terbatas tapi mereka memiliki
semangat yang tak terbatas—semangat yang sama seperti yang pernah dimiliki oleh
Imam Ali bin Abi Thalib ketika mendobrak pintu gerbang benteng Khaybar
sendirian. Sama juga dengan semangat putera dari Ali yaitu Husein bin Ali
ketika harus dibantai di Karbala bersama dengan anggota keluarga Nabi lainnya
sejumlah 72 orang kurang lebih. Mereka tidak mau menyerah kepada seorang tiran
yang didukung orang-orang Arab (yang terdiri dari para sahabat Nabi dan para
tabi’in) yang bernama Yazid bin Mu’awiyah. Husein bin Ali dan seluruh keluarga
Nabi—walaupun pasukannya teramat kecil—tidak gentar melawan pasukan Yazid yang
bejumlah kurang lebih 10,000 orang.
Sangat menyedihkan sekali melihat hadits-hadits
sahih tentang Imam Mahdi yang berusia lebih dari seribu tahun lamanya
menyebutkan bahwa banyak sekali orang Arab yang akan mendukung kaum tiran—kaum
penindas yang kejam—dan memilih untuk memerangi Imam Mahdi yang akan datang
lagi kedunia.
Lalu siapa orang-orang Arab yang lebih suka
mendukung kaum tiran dan menolak bergabung dengan Imam? Kita bisa lihat peta
perpolitikkan di timur tengah selama beberapa decade ini. Kita lihat Arab Saudi
dan para pemimpin negara-negara teluk lainnya sudah bersekutu dengan Israel dan
itu terlihat secara telanjang dalam konflik di Syria sekarang ini.
Israel memaksakan perang kepada Syria dan Iran.
Israel bersekutu dengan mesra sekali dengan Saudi Arabia dan Qatar yang
menggelontorkan uang dalam jumlah sangat besar serta senjata-senjata canggih
kepada kelompok-kelompok gerombolan yang ada di Syria. Mereka membunuhi
orang-orang Ahlul Bayt (Syi’ah) dan membuat pembunuhan itu sebagai agenda utama
(padahal oran-orang Syi’ah inilah yang dalam hatinya tetap memelihara keyakinan
akan datangnya Imam Mahdi).
Seorang jurnalis bernama Seymour M Hersh
menulis dalam artikelnya di New Yorker—yang berjudul “The
Redirection”—menyoroti pemerintah Bush yang memfokuskan dirinya untuk
melucuti kekuatan Iran dan melemahkan kedigdayaan pasukan Hizbullah.
Pemerintahan Bush bekerja sama dengan Saudi Arabia yang mendanai
kelompok-kelompok ekstremis radikal.
Tatanan dunia baru (The New World Order) telah
memaksakan sebuah kekuatan brutal dalam Islam menjadi lunak sekali terhadap
Israel. Kekuatan Islam yang brutal itulah yang menanggap tidak masalah untuk
memperkosa para wanita dan membunuhi anak-anak kemudian memperlihatkan potongan
tubuhnya sebagai piala kemenangan lewat media sosial atau Youtube. Kelompok
radikal, ekstrim, dan intoleran ini sesungguhnya dibuat oleh seorang agen
Inggris bernama Abdul Wahab (pemimpin dan penggagas Wahabisme). Dialah yang
telah menciptakan suatu bentuk Islam yang baru—Islam yang tidak toleran; Islam
yang galak; Islam yang dalam dakwahnya lebih sering mengejek daripada mengajak.
Dialah yang mendakwahkan Islam radikal yang didukung oleh pemerintah Arab
Saudi—negara asal dari Abdul Wahab (Muhammad bin Abdul Wahab). Islam yang memusuhi
orang-orang Islam yang menurut mereka berbeda paham. Islam yang lebih mesra
terhadap para tiran.
Abdallah Tamimi—salah seorang pemimpin dari
pasukan Free Syrian Army—meminta bantuan kepada Israel untuk membuat
aturan hukum Sunni yang sengaja dibuat untuk menindas kaum Syi’ah (Ahlul Bayt
Nabi), kaum Kristiani, dan kaum Druze. Ia dengan terang-terangan berkata: “Israel
itu bukan musuh kita; kami ingin Israel membantu kita.”
Saudi Arabia dan Israel juga mendanai kaum
sektarian di negara-negara seperti Pakistan, Afghanistan, dan Irak. Di
negara-negara itulah kaum Syi’ah banyak sekali dibunuh—bukan karena mereka
melakukan perbuatan criminal tapi hanya karena mereka memiliki keyakinan
berbeda saja. Kabel Wikileaks Amerika di Lahore menyoroti bagaimana Saudi
Arabia menggelontorkan uang jutaan dolar Amerika kepada para Ahli Hadits dan
para Ulama Fatwa di kawasan itu.
Kematian kaum Syi’ah di Pakistan mengalami
peningkatan yang pesat sekali dan bahkan meskipun ada usaha-usaha di akar
rumput antara kaum Sunni dan kaum Syi’ah untuk bersatu mengurangi atau
mengakhiri usaha-usaha pembunuhan sadis terhadap kaum tertindas (kaum Syi’ah).
Akan tetapi masa depan Pakistan tetap saja suram. Masa depan yang penuh darah
karena Nawaz Shariff—yang telah didukung dan didudukan di kursi kekuasaan
dengan menggunakan bantuan uang Saudi—sekarang memberikan keleluasaan kepada
pihak Saudi untuk melakukan apapun yang mereka mau seperti yang pernah mereka
lakukan di Afghanistan dimana mereka mendidik para pemuda Afghan di
madrasah-madrasah yang didanai oleh Saudi. Mereka dididik supaya menjadi para
pemuda yang intoleran (kaum Taliban) dan takfiri (suka mengkafirkan orang yang
berlainan paham dengan mereka walaupun masih satu agama dengan mereka). Para
pemuda takfiri (Salafi Wahabi) inilah yang kemudian digiring ke Syiria untuk
melakukan pembunuhan dan penjagalan yang paling biadab dalam sejarah modern.
Besar kemungkinan orang-orang yang percaya bahwa Imam Mahdi itu akan muncul sekarang ini keyakinannya bertambah besar dan kuat demi melihat para pemimpin dunia sekarang ini bekerja sama dengan para penggagas Tatanan Dunia Baru. Mereka menggiring bangsa atau rakyatnya dan menjadikannya budak-budak yang harus patuh pada perintah mereka. Sementara itu PBB sendiri sudah menjadi alat mereka. PBB yang seharusnya dibentuk untuk melindungi bangsa-bangsa dan hak-hak asasinya, malah sekarang ia menjadi sebuah badan "yang tidak masuk akal, tidak adil, tidak demokratis, dan maniputalif. Amerika Serikat dan sekutunya menjadikan badan PBB itu sebagai alat untuk melecehkan konsep-konsep dan norma-norma yang luhur dan mulia dan kemudian mereka menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia," (Imam Khamenei).
Fakta bahwa Israel—dibantu oleh Amerika
Serikat—berusaha sekuat tenaga untuk mencari Imam Mahdi yang ghaib itu mau
tidak mau mendorong setiap orang untuk percaya dan yakin bahwa memang “ramalan
agama” tentang adanya sosok sang mesiah bernama Imam Mahdi itu benar adanya dan
ia akan datang di awal abad ini. Orang-orang yang merindukan sosok superhero
yang akan menjadikan dunia ini lebih baik pasti akan mendukung gagasan ini. Jadi
tidak mengada-ada kalau ada sebagian dari kita yang berharap-harap cemas
menunggu kedatangan sebuah pasukan yang membawa panji-panji hitam yang dipimpin
oleh seseorang yang sudah diramalkan kedatangannya yang akan membasmi
ketidak-adilan di muka bumi ini.
Wallahu ‘alam
Comments