Beberapa anggota keluarga ‘Aisyah sendiri mengaku bahwa mereka lebih suka ‘Aisyah tidak pernah mengepalai sebuah pasukan dan bertempur di dalam peperangan. Pada suatu kesempatan, ia mengirimkan seorang utusan kepada keponakannya—Ibn Abil-Atiq—untuk meminta dirinya mengirimkan seekor keledai untuk dikendarai ‘Aisyah. Ketika keponakannya itu menerima pesan itu, ia berkata kepada utusan yang memberinya pesan:
“Katakan kepada Ummul Mukminin bahwa, demi Allah, kami belum bersih betul mencuci darah kaum Mukminin dari unta yang ia naiki. Apakah ia sekarang ingin menumpahkan darah lagi dan mengotori keledai yang akan ia naiki?” (LIHAT: Baladzuri dalam kitab Ansab al-Ashraf, volume 1, halaman431)
Ibn Abil Atiq seperti mengolok-olok ‘Aisyah ketika mengatakan kalimat di atas. Akan tetapi pada tahun 669, akhirnya hari itu datang juga. ‘Aisyah benar-benar menunggang seekor keledai dan menghasut orang-orang untuk melakukan sesuatu.
Ketika peti jenazah yang berisi cucu Nabi—Imam Hasan (as)—dibawa ke pemakaman Rasulullah—kakeknya yang sangat ia cintai, Marwan bin Al-Hakam dan para anggota keluarga Bani Umayyah lainnya datang ke pemakaman. Mereka datang lengkap dengan perlengkapan perangnya seolah-olah keluarga Nabi ke sana hendak berperang dan bukan hendak mengebumikan salah seorang anggota keluarganya yang meninggal. Kaum Bani Umayyah (individu-individu yang ada di dalamnya tentu saja termasuk para sahabat Nabi—menurut definisi Kaum Sunni—karena mereka pernah melihat Nabi dan hidup sejaman dengan Nabi) mencoba untuk mencegah Bani Hasyim (Klan Keluarga Nabi) yang hendak mengebumikan jenazah Imam Hasan (as) di samping kuburan kakeknya yang tercinta. Kaum Bani Umayyah tidak sendirian dalam menentangan pemakaman itu. Diantara mereka ada pula ‘Aisyah binti Abu Bakar (istri Nabi) dengan mengendarai seekor keledai!!! Ketika Perang Unta, ‘Aisyah menunggang unta memerangi keluarga Nabi. Sekarang ‘Aisyah menunggangi seekor keledai untuk mencegah Keluarga Nabi memakamkan salah satu anggota keluarganya yang mereka cintai.
‘Aisyah memang kalah telak di Perang Unta (Perang Jamal) di kota Basrah, akan tetapi tampaknya ia menang perang melawan jenazah Imam Hasan (as) di kota Madinah. Imam Hasan (as) tentu saja tidak bisa melawan karena ia sudah meninggal. Imam Hasan (as) hendak dikuburkan di dekat pusara kakeknya akan tetapi hal itu tidak terlaksana karena pemakamannya ditentang oleh ‘Aisyah dan kelompok Bani Umayyah. Akhirnya ia dikebumikan di pekuburan Jannat-ul-Baqi.
Sepanjang hidup ‘Aisyah seringkali membuat Nabi merasa sakit hati (LIHAT: Biarlah Al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih Ahlul Sunnah Berbicara Jujur tentang ‘Aisyah). ‘Aisyah juga menyakiti keluarga Nabi dengan memerangi mereka dalam Perang Unta (LIIHAT: HUBUNGAN ANTARA PERANG UNTA DAN PENCIPTAAN TOKOH “ABDULLAH BIN SABA”). Dan sekarang daftar kesalahan fatal ‘Aisah bertambah lagi dengan menunggangi seekor keledai untuk menghalang-halangi penguburan cucu terkasih Nabi agar tidak dikuburkan di samping pusara Nabi.
Para Ulama Sunni terkenal dan ternama yang sekaligus juga pakar sejarah terkemuka, semuanya menuliskan bahwa ketika jenazah Imam Hasan (as) hendak dibawa ke Madinah, ‘Aisyah menaiki seekor keledai diikuti oleh sekelompok tentara Bani Umayyah beserta budak-budak mereka berusaha untuk menghentikan prosesi itu. ‘Aisyah dan orang-orang Bani Umayyah itu berkata bahwa mereka tidak akan pernah mengizinkan Imam Hasan (as) dikebumikan di samping pusara Rasulullah. Para ulama sejarawan dari Ahlu Sunnah yang menuliskan fakta sejarah seperti itu diantaranya ialah:
- Yusuf Sibt Ibn Jauzi dalam kitabnya Tadhkira Khawasu’l-Umma, halaman 122
- Allama Mas’udi, penulis Muruju’z-Dhahab, dalam kitabnya Isbatu’l-Wasiyya, halaman 136
- Ibn Abi’l-Hadid dalam kitabnya Sharh-e-Nahju’l-Balagha, vol. IV, halaman 18, melaporkan dari Abu’l-Faraj dan Yahya Bin Hasan, penulis kitab Kitabu’n-Nasab; Muhammad Khwawind Shah dalam kitabnya Rauzatu’s-Safa
- dan masih banyak yang lainnya yang ruangan ini tidak cukup untuk menuliskannya.
Menurut sebuah laporan Mas’udi Ibn Abbas berkata:
“Aneh sekali perbuatan dirimu ‘Aisyah! Bukankah cukup engkau mengobarkan perang Jamal dengan menunggangi seekor unta? Mengapa engkau tambah malapetaka dengan mengobarkan perang dari punggung keledai pula? Dengan mengendarai seekor keledai kau hendak larang pemakaman putera Rasulullah. Satu hari engkau menunggangi seekor unta; di hari lain engkau tunggangi seekor keledai. Engkau telah runtuhkan wibawa dan hancurkan kemuliaan Rasulullah. Apakah engkau ingin memadamkan cahaya Allah? Akan tetapi sesungguhnya Allah berkehendak untuk menyempurnakan cahayaNya walaupun orang-orang musyrikin benci; sesungguhnya kita ini milik Allah dan kepadaNya kita akan kembali.”
Beberapa sejarawan malah menuliskan bahwa Ibn Abbas pernah berkata kepada ‘Aisyah:
“Pada suatu ketika engkau menunggangi unta dan pada suatu ketika yang lain engkau menunggangi keledai. Apabila engkau hidup lebih lama lagi, niscaya engkau akan menunggangi gajah (untuk menentang Allah)! Meskipun dari seperdelapan engkau hanya memiliki sepersembilan bagian. Tapi engkau sudah mengambil semua bagian.”
Kaum Bani Hasyim (keluarga Rasulullah) menghunus pedang-pedangnya dan bermaksud untuk mengusir ‘Aisyah dan tentara Bani Umayyah, akan tetapi Imam Husein (as) melerai mereka dan berkata bahwa saudaranya (yaitu Imam Hasan (as)) telah berwasiat kepadanya agar ia tidak menumpahkan setetes darahpun di pemakamannya. Oleh karena itu, keluarga Rasulullah tidak jadi melawan. Mereka memutar balik arah dan tidak jadi menguburkan jenazah Imam Hasan (as) di sisi pusara Rasulullah. Jenazah Imam Hasan (as) akhirnya dikebumikan di Pekuburan Baqi (sebuah kompleks pemakaman di kota Madinah dan sampai sekarang masih diziarahi orang-orang yang peduli dan mencintai Ahlul-Bayt Nabi yang suci).
Kebiadaban Mu’awiyah (yang notabene adalah sahabat Nabi dan dihormati oleh kaum Muslimin Sunni) terhadap Imam Hasan (as) diwujudkan dalam bentuk persekongkolan jahat dengan istri Imam Hasan sendiri yang bernama Ja’dah binti Asy’ats (yang tidak lain adalah cucu Abu Bakar. Jadi cucu Nabi itu dibunuh oleh cucu Abu Bakar (LIHAT: Derita Cucu Nabi yang dibunuh oleh Sahabat Nabi). Imam Hasan (as) menemui kesyahidannya pada tanggal 28 Safar 50H. Penguburannya dihadiri oleh Imam Husein (adiknya sendiri) dan seluruh keluarga Bani Hasyim. Tandu jenazahnya dihujani panah oleh musuh-musuhnya (yaitu ‘Aisyah binti Abu Bakar dan Bani Umayyah); sehingga akhirnya usungan tandu jenazah itu tidak jadi dibawa ke pusara Nabi melainkan dibawa ke kompleks pekuburan Jannat-ul-Baqi di kota Madinah. ‘Aisyah tidak menyukai jenazah musuhnya (yaitu Imam Hasan) mendapatkan kehormatan dan kemuliaan dikuburkan di samping pusara Rasulullah. ‘Aisyah sudah pernah berhadapan dengan kelompok Bani Hasyim atau keluarga Nabi dalam Perang Unta (Perang Jamal). Dan ia masih memendam dendam kepada keluarga Nabi karena ia kalah dalam perang itu.
Di jaman moderen, Kuburan Imam Hasan (as) dihancur leburkan oleh kaum Wahabi pada tanggal 8 Syawwal 1344H (atau tanggal 21 April 1926). Kaum Wahabi mendapatkan dukungan yang sangat kuat dari pemerintah Saudi—bahkan orang-orang Wahabi adalah orang-orang Saudi sendiri karena Wahabi menjadi madzhab resmi di Saudi Arabia. Para penguasa Saudi menjadi sangat kuat dan memerintah daerah Hijaz hingga sekarang. Dan oleh karena itu, kuburan Imam Hasan (as) masih hancur lebur dan belum pernah diperbaiki kembali hingga detik ini.
http://www.al-islam.org/brief-history-of-fourteen-infallibles/
Comments